Bab 24Perlu Bicara"Dek, kita perlu bicara!" ucap Anton kepada Razmi. Pagi ini Anton memang pergi ke rumah Razmi. Dia tak masuk kerja. Ijin terlebih dahulu. Karena hatinya benar-benar sedang berkemelut hebat. Tak tenang, galau, dilema. Membuat dia tak fokus untuk kerja. "Tak ada yang perlu dibicarakan! Semuanya sudah cukup jelas, bahkan sangat jelas! Jadi apa lagi yang perlu dibicarakan? Sungguh memalukan. Tapi, nampaknya yang melakukan tak punya malu!" balas Razmi. Anton berusaha menarik pergelangan tangan Razmi. Tapi Razmi terus menolaknya. Anton sebenarnya sangat sakit hati dengar ucapan Razmi. Tapi dia harus tetap bersabar demi mendapatkan maaf dan kesempatan lagi dari Razmi. "Razmi, aku mohon, tolong kasih aku kesempatan satu kali lagi. Aku janji akan berubah. Aku janji akan setia sama kamu!" ucap Anton. Razmi menyeringai kecut. Kepalanya geleng-geleng heran dengan sikap kekeuh Anton yang menurut Razmi tak tahu malu itu. "Tapi sayangnya aku sudah tak percaya dengan janjimu!
Bab 25Tamam dan Razmi"Pa, itu mamanya Nathan!" ucap Nabilla seraya menunjuk. Mereka baru saja sampai. Bahkan belum turun dari motor.Tamam menoleh ke arah telunjuk anaknya menunjuk. Kemudian melepas helm pelan."Owh, ternyata Razmi yang datang!" ucap Tamam dalam hati. Ia menelan ludah sejenak."Iya. Turun dulu, ya!" balas dan pinta Tamam kepada anaknya."Iya, Pa," balas Nabilla dengan nada suara yang sangat polos.Nabilla segera turun dari motor. Pun Tamam juga ikut turun dari motor."Ma, itu papanya Nabilla!" Nathan menunjuk ke arah Nabilla dan Tanam. Razmi segera menoleh ke arah anaknya menunjuk."Iya, berarti papanya yang datang," balas Razmi. Nathan manggut-manggut saja."Mungkin Mas Tamam juga sama seperti aku pemikirannya, malu jika istrinya yang datang memenuhi panggilan sekolah. Atau kasihan Nabilla akan jadi tambah malu!" ucap Razmi dalam hati."Yaudah, kamu masuk dulu ya, Mama biar langsung menuju ke kantor saja!" pinta Razmi. Nathan menganggukkan kepalanya pelan."Siap, M
Bab 26Mengcapek"Mas Anton? Ngapain dia chat aku?" ucap Arsilla ngomong sendiri. Matanya fokus ke layar pipih yang ia pegang. Melihat ada pesan masuk dari Anton, cukup membuatnya terkejut. Hatinya deg-degan akut. Gimana tak deg-degan, rasa saat ketahuan kala itu, masih sangat terasa. Karena penasaran, akhirnya Arsilla membuka pesan singkat dari Anton. Ingin tahu juga, pesan apa yang Anton kirimkan. [Aku mau ketemu! Kamu lagi sendirian kan di rumah?!] seperti itu pesan singkat dari Anton. Seketika mata Arsilla membelalak."Gila orang ini? Masalah belum juga kelar, malah dia mau ngajak ketemuan. Dia benar-benar gila apa ya?" sungut Arsilla ngomong sendiri. Seketika napasnya memburu. Dadanya pun naik turun. Emosi seketika memuncak. Arsilla menatap tajam ke layar pipihnya. Dia masih di rumah Tamam. Belum mau pergi dan enggan untuk pergi. Masih ingin merayu Tamam untuk rujuk. Seperti itulah maunya. Ya, Arsilla ini bisa dibilang keras kepala. Apa yang dia inginkan harus terwujud, bagai
Bab 27Saling Geram"Boleh saya ketemu anak saya?" tanya Tamam. "Iya, Bu, saya juga ingin ketemu anak saya. Jadi kita pertemukan Nathan dan Nabilla, agar mereka bisa baikan! Kita bisa sama-sama menasehati mereka," sahut Razmi. Bu Guru yang memanggil mereka mengulas senyum. "Boleh, Pak, Bu, bentar saya panggilkan mereka di kelas," balas Bu Guru itu. "Terimakasih," balas Tamam. Razmi pun mengangguk, pertanda dia juga nitip ucapan terimakasih. Bu guru itu menganggukkan kepalanya dan mengulas senyum, kemudian beranjak dan melangkah menuju ke kelas Nathan dan Nabilla. Memanggil mereka karena permintaan orang tuanya. Acara pemanggilan orang tua dan pemberitahuan apa yang diinginkan sekolahan telah selesai. Pihak sekolah sangat menyayangkan dengan keadaan yang terjadi. Kabar tak senonoh itu memang sudah terdengar di sekolahan Nathan dan Nabilla. Tamam dan Razmi tak banyak bicara. Karena mereka juga menyadari salah juga dalam hal ini. Walau bukan mereka yang melakukan kesalahan, tapi ju
Bab 28Saat Tahu"Mau ke mana kamu?" tanya Bu Anna. Karena Arsilla datang untuk meminjam mobil ke orang tuanya. "Mau ke sekolahannya Nabilla," jawab Arsilla santai. Bu Anna melipat keningnya sejenak. Mencerna."Ke sekolahannya Nabilla? Ngapain?" tanya balik Bu Anna. Untuk lebih memastikan. "Nabilla tengkar di sekolahan. Tengkar sama Nathan. Jadi orang tua dapat panggilan ke sana! Memang anak itu bikin ribet aja!" jelas Arsilla. Bu Anna tentu saja terkejut mendengarnya. "Kamu itu yang bikin ribet. Bukan anakmu! Ini semua ya karena ulahmu!" balas Bu Anna. Arsilla menghela napas panjang. Menata hati dan pikiran. Harus tetap tenang menanggapi ucapan ibunya. "Kok gitu sih, Bu? Udah bagus Arsilla mau datang ke sekolahannya Nabilla! Faktanya Mas Tamam juga nggak mau datang ke sana, mikirin kerjaan dia. Berat sama kerjaannya dibandingkan dengan masalah anak. Katanya malu. Urusan anak kok malu. Aneh!" balas Arsilla. Sengaja berbohong agar mamanya mau meminjamkan mobilnya. Bu Anna menghela
Bab 29Atur Rencana"Astaghfirullah!" ucap Razmi dengan nada syok. "Kenapa? Ada apa?" tanya Tamam penasaran. Tanpa banyak bicara Razmi seketika menyerahkan hapenya itu ke Tamam. "Ini, lihat sendiri!" balas Razmi. Seketika Tamam menerima hape Razmi. Melihat apa yang ada di dalam hape itu. "Astagfirullah! Sungguh biadab mereka!" ucap Tamam dengan nada suara murka. Ya, Razmi menerima, foto Anton dan Arsilla sedang jalan berdua. Foto sembunyi-sembunyi. Teguh yang mengirimkan foto mereka. Seketika napas Tamam dan Razmi saling memburu. Dada mereka saling naik turun. Tamam segera mengembalikan layar pipih itu kepada pemiliknya. Razmi dengan cepat menerima. "Apa yang akan kita lakukan?" tanya Razmi. Tamam menelan ludah sejenak. Masih berpikir secara kilat. "Kamu telpon saja Teguh. Minta tolong kepada dia, untuk terus membuntuti mereka, mudah-mudahan Teguh tak keberatan. Jadi kita bisa susul mereka! Kita pergoki lagi!" jawab Tamam. Razmi menelan ludah sejenak. Mencerna. "Yakin mau nyu
Bab 30Semua Geram"Kenapa berhenti?" tanya Tamam kepada Razmi. Ya, Razmi memang berhenti. Cukup membuat Tamam penasaran tentunya."Perutku sakit. Aku mau berhenti di POM itu dulu, ya!" jawab Razmi. Tamam menganggukkan kepalanya pelan. Membuka kaca helmnya."Ok. Kalau gitu aku tunggu di sini, ya!" balas Tamam. Razmi menganggukkan kepalanya pelan."Iya. Yaudah aku ke POM dulu, udah nggak tahan. Peru sakit di saat yang tidak tepat!" gerutu Razmi. Tamam hanya menyeringai tipis saja."Sabar!" balas Tamam. Razmi mencebikan mulutnya sejenak. Kemudian membalas dengan senyuman. Kemudian tanpa mikir panjang lagi, Razmi segera meluncur ke POM yang telah ia incar. Karena perutnya memang sudah melilit.Karena Razmi sudah meluncur ke POM, akhirnya mau tak mau, Tamam menunggu tak jauh dari POM yang didatangi Razmi itu. Berangkat bersama, jadi kalau ada apa-apa yang harus saling menunggu. Seperti itu pemikiran Tamam."Arsilla, sebenarnya apa maumu? Kamu bilang tak ingin pisah denganku. Tapi faktanya
Bab 31Semakin Memuncak"Kamu jangan asal ngomong! Arsilla ngomong pinjam mobil ibu, mau ke sekolahan Nabilla. Karena Nabilla kena teguran, dia tengkar sama Nathan. Sedangkan Tamam tak bisa ke sekolahan Nabilla, karena dia mementingkan perkerjaan! Jadi mau tak mau, Arsilla yang datang untuk memenuhi panggilan pihak sekolah anaknya!" sungut Bu Anna. Tak langsung percaya dengan ucapan Adam. Adam nyengir, seraya garuk-garuk kepala mendengar ucapan Bu Anna. "Busyet, si Arsilla gitu amat sekarang, ya? Pintar bohong dan pintar ngeles. Nggak nyangka pokoknya!" ucap Adam dalam hati. Tak menyangka kalau seperti itu Arsilla sekarang. Karena setahu Adam, Arsilla dulu itu lugu dan polos. Tak pernah punya tingkah yang macam-macam. "Jadi kamu jangan ngada-ngada, Arsilla itu nggak mungkin bohongi saya!" sungut Bu Anna, tak gampang percaya dengan apa yang Adam sampaikan. Seketika Bu Anna membuang muka dengan kasar. Napasnya semakin memburu. Adam menelan ludah sejenak. Memang harus sabar menanggap