Dalam laporan Bang Jack mengatakan dua laki-laki itu sudah ke luar dari komplek perumahan elit itu sesaat setelah melempar batu setengah jam yang lalu. Tepatnya sesaat setelah melempar ke taman mereka langsung pergi meninggalkan komplek perumahan.Nomor motor yang dipakai hanya nomor palsu. Setelah diselidiki dan di croscek dengan teman kepolisian yang berwenang tidak ada nomor itu. Dicari dikaryawan ojek online juga tidak ada yang mirip seperti motor itu."Jadi bagamana, Bang?" tanya Raline."Dia sudah ke luar dari komplek saat Jack ke pos pintu gerbang komplek."Raline memegang dagu sambil mengangguk, "Padahal Ra ingin tenang di sini, tetapi mengapa lebih tidak lebih tidak tenang, ya?" "Apakah mau pindah lagi?""Pindah ke mana, Bang?""Jangan seperti orang miskin, Ra. Abang masih punya rumah selain di sini, punya apartemen juga. Ra tinggal bilang mau yang seperti apa?"Raline tersenyum kecut, dibilang orang miskin, dari kecil sudah terbiasa hidup dengan pas-pasan. Tidak pernah tahu
Walau Raline tidak bisa membalas saat Edrriz mengeksplor dan menyusuri bibir mungilnya. Namun, Raline bisa merasakan dan menikmati getaran yang disalurkan. Sampai Raline hampir kehabisan oksigen, tautan dua bibir itu baru terlepas sempurna."Abang." Wajah Raline merona seperti tomat karena malu.Eddriz mengusap bibir Raline yang basah setelah menurunkan Raline, "Apakah Ra baru pertama melakukannya?" "Iya, Ra jadi malu.""Pantas saja, lain kali dibalas jangan hanya menikmati saja!"Raline memonyongkan bibirnya lima centimeter, "Ra tidak tahu caranya, bagaimana bisa membalas?""Mau Abang ajarin?" Badan Eddriz sedikit membungkuk.Raline spontan melihat jam diniding yang berada di atas pintu. Sebentar lagi suami harus berangkat kerja karena akan meeting. Selain karena malu juga masih canggung karena tidak pernah melakukan adegan dewasa itu."Coba lihat sudah jam berapa, Abang?""Meeting bisa ditunda, kalau Ra mau diajarin.""Eee, tidak Ra malu.""Baiklah, Abang tidak akan memaksa."Akhir
Asiten Wibi bercerita kepada wartawan tentang jati diri dan identitas Raline Mariyam. Dalam kartu undangan hanya di tulis dengan nama Ra Maryam. Putri dari Almarhumah Ibu Rayya dan Almarhum Ayah Hasan.Seorang gadis yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa keluarga. Tidak menceritakan tentang pernikahan kedua ibu dari Raline. Seolah pernikahan itu telah dihapus dan pernah terjadi dalam kehidupan Almarhumah Ibu Rayya.Terkadang uang memang yang berkuasa, seluruh berita, bukti dan apapun yang menyangkut ayah tiri sudah hilang lenyap tanpa bekas. Hanya ada cerita dari mulut ke mulut tanpa bukti. Asisten Wibi sudah mengantisipasi segala kemungkinan cerita Raline yang berkaitan dengan ayah tiri.Saat sedang memberikan keterangan kepada wartawan, Bang Jack mencurigai seseorang. Laki-laki kekar itu langsung melapor kepada sang asisten dengan berbisik, "Asisten Wibi, lihatlah ada Nyonya Arum di antara para wartawan itu!" "Yang mana?" "Orangnya memakai serudung hitam dan masker hitam juga.
Raline membelalakkan mata saat melihat sepasang suami istri yang berjalan mendekat. Walau sang istri tidak mengenalnya, tetapi sangat mengenal senyum licik sang suami yang berjalan itu. Ayah Wisnu datang dengan percaya diri, seolah dia adalah orang yang sangat penting dalam acara.Raline memundurkan kakinya dan berdiri di samping Eddriz. Tangan menggelayut manja di lengan suami yang dari tadi terlihat bahagia, "Senyum, Ra. Jangan menujukkan kesedihan, sisanya Abang yang akan mengatasi, mengerti?""Hhmm."Bang Jack berdiri tegak di samping pasangan pengantin. Eddriz selalu menerima uluran tangan ucapan selamat para tamu yang hadir. Raline hanya melipatkan tangan di dada saat ada tamu yang mengucapkan selamat.Baru saja Ayah Wisnu dan istrinya melangkah di panggung pelaminan. Tangan direntangkan ingin memeluk mempelai pria, "Menan ...!" Laki-laki yang sering disebut ayah durjana itu tidak melanjutkan ucapannya.Ada derap langkah pasukan penting masuk dengan berkomando suara yang tegas.
Ibu dari anak laki-laki itu berlari mendekati Ayah Wisnu untuk meminta maaf. Bang Jack juga mendekati ayah tiri Raline yang mengibaskan tangannya. Untung hanya pungung tangan yang terkena kuah panas soto betawi dan mangkuk masih dipegang tangan satunya.Anak buah Bang Jack langsung datang membawa sasu botol air putih, "Bang, ini untuk pertolongan pertama!""Benar juga bawa sini, cepat kamu panggil petugas kesehatan untuk ke sini!""Iya, Bang."Bang Jack langsung menyiramkan air putih ke punggung tangan Ayah Wisnu. Dengan bantuan air mengalir kulit tidak akan melepuh. Walau masih terasa panas, tetapi luka itu tidak akan membekas."Silakan, Anda duduk saja!""Terima kasih."Petugas kebersihan langsung sigap membersihkan lantai yang basah. Datang petugas kesehatan membawa salep untuk mengatasi luka bakar. Luka hanya memerah dioleskan merata pungung tangan Ayah Wisnu."Kami ambilkan lagi menu makan yang tumpah tadi, selain soto Betawi apa lagi yang Anda inginkan?" tanya Bang Jack."Tidak
"Silakan, Bang Jack. Dia milikmu sekarang, berikan pelajaran banyak tidak masalah atau mau dikirim sekalian ke neraka juga boleh!" teriak Raline sampai pintu kamar.Ayah Wisnu meronta karena ditahan oleh Bang Jack. Niatnya ingin mendekati Raline gagal karena laki-laki seumuran Eddriz itu dalam cengkeraman kepala godyguard. Hanya bisa sumpah serapah dengan kata-kata kasar ditambah nama binatang disebut satu per satu.Raline meneteskan air mata sesaat masuk kamar. Hanya mendengar sekilas Bang Jack memberikan bogem mentah dan tendangan berkali-kali. Ditambah teriakan istri Ayah Wisnu yang meminta untuk tidak memukul suaminya."Tolong hentikan, jangan pukul suamiku!"Istri Ayah Wisnu tidak berani memanggil nama Raline. Nyalinya ciut saat mendengar anak tiri suaminya itu masih membenci dan dendam. Sangat mengenal gadis yang baru lulus SMA itu dari cerita suami saat dulu masih pacaran."Nyonya, jangan menangis, yang sabar," nasihat Jenny sambil mengusap air mata Raline.Untung MUA belum dat
Dengan terpaksa Eddriz mengikuti arahan photografer untuk berfoto bersama. Ivan diarahkan berjajar pada Eddriz dan Arum diarahkan dekat dengan Raline. Harus saling menempel dan tersenyum walau senyum itu palsu.Tidak hanya photografer yang mengambil foto mereka. Wartawan dan para tamu undangan juga tidak ketinggalan mengambil foto. Bahkan, mulut terasa kaku karena terlalu lama tersenyum penuh kepalsuan.Tepuk tangan bergemuruh setelah selesai pemotretan. Melihat pertama kali pertemuan antara mantan suami istri yang terlihat rukun dan baik-baik saja juga menjadi nilai positif bagi para tamu. Padahal prediksi awal para wartawan dan publik akan ada kemarahan dan perang dingin jika bertemu.Saat tepuk tangan itu masih menggema, diam-diam Arum berbisik di telinga Raline, "Aku tahu kamu hanya istri bayaran karena aku tahu Ed cinta mati hanya padaku."Raline langsung mengerutkan kening dan sedikit memundurkan badan. Memandang wajah Arum yang tersenyum devil dan sangat percaya diri. Bergeser
Jenny tersenyum sambil menggerakkan kepala seperti wanita India, "Nyonya kira Tuan Ed bersandiwara menikahi istri yang sekarang, perlu Nyonya tahu, setiap hari Jenny selalu melihat film India secara life. Yang kejar-kejaranlah, yang suap-suapan bahkan terkadang mereka pangku-pangkuan segala.""Kamu dibayar berapa sama Bang Ed untuk bercerita bohong, ha?" tanya Arum dengan kesal."Ooo, banyak sekali, tentunya sepuluh kali libat dari uang yang Anda pegang itu," jawab Jenny sambil menunjuk uang yang dipegang Arum. "Baik, nanti aku bayar dua puluh kali lipat dari ini, sekarang ini dulu dan ceritakan sekarang!""Maaf, Nyonya. Kalau tidak ada uang tidak ada cerita, bye!" Jenny melambaikan tangan menirukan lambaian tangan Arum saat masuk di acara resepsi tadi."Brengsek. dedemit jadi-jadian susah di kibulin," gerutu Arum sendiri berjalan masuk kamar mandi.Bang Jack yang dari tadi merekam perbincangan antara Jenny dan Arum dibalik tiang besar tersenyum. Langsung mengirim rekaman vidio ke p