Asiten Wibi bercerita kepada wartawan tentang jati diri dan identitas Raline Mariyam. Dalam kartu undangan hanya di tulis dengan nama Ra Maryam. Putri dari Almarhumah Ibu Rayya dan Almarhum Ayah Hasan.Seorang gadis yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa keluarga. Tidak menceritakan tentang pernikahan kedua ibu dari Raline. Seolah pernikahan itu telah dihapus dan pernah terjadi dalam kehidupan Almarhumah Ibu Rayya.Terkadang uang memang yang berkuasa, seluruh berita, bukti dan apapun yang menyangkut ayah tiri sudah hilang lenyap tanpa bekas. Hanya ada cerita dari mulut ke mulut tanpa bukti. Asisten Wibi sudah mengantisipasi segala kemungkinan cerita Raline yang berkaitan dengan ayah tiri.Saat sedang memberikan keterangan kepada wartawan, Bang Jack mencurigai seseorang. Laki-laki kekar itu langsung melapor kepada sang asisten dengan berbisik, "Asisten Wibi, lihatlah ada Nyonya Arum di antara para wartawan itu!" "Yang mana?" "Orangnya memakai serudung hitam dan masker hitam juga.
Raline membelalakkan mata saat melihat sepasang suami istri yang berjalan mendekat. Walau sang istri tidak mengenalnya, tetapi sangat mengenal senyum licik sang suami yang berjalan itu. Ayah Wisnu datang dengan percaya diri, seolah dia adalah orang yang sangat penting dalam acara.Raline memundurkan kakinya dan berdiri di samping Eddriz. Tangan menggelayut manja di lengan suami yang dari tadi terlihat bahagia, "Senyum, Ra. Jangan menujukkan kesedihan, sisanya Abang yang akan mengatasi, mengerti?""Hhmm."Bang Jack berdiri tegak di samping pasangan pengantin. Eddriz selalu menerima uluran tangan ucapan selamat para tamu yang hadir. Raline hanya melipatkan tangan di dada saat ada tamu yang mengucapkan selamat.Baru saja Ayah Wisnu dan istrinya melangkah di panggung pelaminan. Tangan direntangkan ingin memeluk mempelai pria, "Menan ...!" Laki-laki yang sering disebut ayah durjana itu tidak melanjutkan ucapannya.Ada derap langkah pasukan penting masuk dengan berkomando suara yang tegas.
Ibu dari anak laki-laki itu berlari mendekati Ayah Wisnu untuk meminta maaf. Bang Jack juga mendekati ayah tiri Raline yang mengibaskan tangannya. Untung hanya pungung tangan yang terkena kuah panas soto betawi dan mangkuk masih dipegang tangan satunya.Anak buah Bang Jack langsung datang membawa sasu botol air putih, "Bang, ini untuk pertolongan pertama!""Benar juga bawa sini, cepat kamu panggil petugas kesehatan untuk ke sini!""Iya, Bang."Bang Jack langsung menyiramkan air putih ke punggung tangan Ayah Wisnu. Dengan bantuan air mengalir kulit tidak akan melepuh. Walau masih terasa panas, tetapi luka itu tidak akan membekas."Silakan, Anda duduk saja!""Terima kasih."Petugas kebersihan langsung sigap membersihkan lantai yang basah. Datang petugas kesehatan membawa salep untuk mengatasi luka bakar. Luka hanya memerah dioleskan merata pungung tangan Ayah Wisnu."Kami ambilkan lagi menu makan yang tumpah tadi, selain soto Betawi apa lagi yang Anda inginkan?" tanya Bang Jack."Tidak
"Silakan, Bang Jack. Dia milikmu sekarang, berikan pelajaran banyak tidak masalah atau mau dikirim sekalian ke neraka juga boleh!" teriak Raline sampai pintu kamar.Ayah Wisnu meronta karena ditahan oleh Bang Jack. Niatnya ingin mendekati Raline gagal karena laki-laki seumuran Eddriz itu dalam cengkeraman kepala godyguard. Hanya bisa sumpah serapah dengan kata-kata kasar ditambah nama binatang disebut satu per satu.Raline meneteskan air mata sesaat masuk kamar. Hanya mendengar sekilas Bang Jack memberikan bogem mentah dan tendangan berkali-kali. Ditambah teriakan istri Ayah Wisnu yang meminta untuk tidak memukul suaminya."Tolong hentikan, jangan pukul suamiku!"Istri Ayah Wisnu tidak berani memanggil nama Raline. Nyalinya ciut saat mendengar anak tiri suaminya itu masih membenci dan dendam. Sangat mengenal gadis yang baru lulus SMA itu dari cerita suami saat dulu masih pacaran."Nyonya, jangan menangis, yang sabar," nasihat Jenny sambil mengusap air mata Raline.Untung MUA belum dat
Dengan terpaksa Eddriz mengikuti arahan photografer untuk berfoto bersama. Ivan diarahkan berjajar pada Eddriz dan Arum diarahkan dekat dengan Raline. Harus saling menempel dan tersenyum walau senyum itu palsu.Tidak hanya photografer yang mengambil foto mereka. Wartawan dan para tamu undangan juga tidak ketinggalan mengambil foto. Bahkan, mulut terasa kaku karena terlalu lama tersenyum penuh kepalsuan.Tepuk tangan bergemuruh setelah selesai pemotretan. Melihat pertama kali pertemuan antara mantan suami istri yang terlihat rukun dan baik-baik saja juga menjadi nilai positif bagi para tamu. Padahal prediksi awal para wartawan dan publik akan ada kemarahan dan perang dingin jika bertemu.Saat tepuk tangan itu masih menggema, diam-diam Arum berbisik di telinga Raline, "Aku tahu kamu hanya istri bayaran karena aku tahu Ed cinta mati hanya padaku."Raline langsung mengerutkan kening dan sedikit memundurkan badan. Memandang wajah Arum yang tersenyum devil dan sangat percaya diri. Bergeser
Jenny tersenyum sambil menggerakkan kepala seperti wanita India, "Nyonya kira Tuan Ed bersandiwara menikahi istri yang sekarang, perlu Nyonya tahu, setiap hari Jenny selalu melihat film India secara life. Yang kejar-kejaranlah, yang suap-suapan bahkan terkadang mereka pangku-pangkuan segala.""Kamu dibayar berapa sama Bang Ed untuk bercerita bohong, ha?" tanya Arum dengan kesal."Ooo, banyak sekali, tentunya sepuluh kali libat dari uang yang Anda pegang itu," jawab Jenny sambil menunjuk uang yang dipegang Arum. "Baik, nanti aku bayar dua puluh kali lipat dari ini, sekarang ini dulu dan ceritakan sekarang!""Maaf, Nyonya. Kalau tidak ada uang tidak ada cerita, bye!" Jenny melambaikan tangan menirukan lambaian tangan Arum saat masuk di acara resepsi tadi."Brengsek. dedemit jadi-jadian susah di kibulin," gerutu Arum sendiri berjalan masuk kamar mandi.Bang Jack yang dari tadi merekam perbincangan antara Jenny dan Arum dibalik tiang besar tersenyum. Langsung mengirim rekaman vidio ke p
Teriakan Eddriz yang terdengar emosi menciutkan sebagian orang yang mendengar di sekitar panggung pelaminan. Untung udah tidak ada tamu yang datang. Hanya ada kru WO dan karyawan hotel serta pegawai pribadi Eddriz.Arum tetap nekat ingin naik ke panggung pelaminan. Sayangnya, wanita hamil itu ditahan oleh Bang Jack dan tidak bisa bergerak, "Maaf, Nyonya. Sebaiknya Anda jangan naik dan silakan ke luar dari sini!"Raline menarik tangan Eddriz untuk tetap duduk. Mengusap pundaknya untuk mengurangi emosi yang meledak-ledak, "Bang, turunkan emosinya," bisik Raline mulutnya menempel di telinga.Eddriz tersenyum bukan karena emosi yang turun, tetapi tersenyum karena geli. Bibir Raline menempel di daun telinga yang membuat badan menjadi merinding. Apalagi tanpa dikomando keris tumpul tiba-tiba bangun sempurna tanpa diperintah."Apakah kaki masih pegal, Ra?""Masih, Bang.""Ayo kita ke kamar saja!""Tunggu sebentar, apakah boleh Ra melepas sepatu hight heels ini?" tanya Raline sambil membungk
"Abang jahat!" Raline menutup selimut sampai kepala dan wajah tidak terlihat seperti semula.Eddriz berjongkok dan turun dari tempat tidur. Membuka kembali selimut yang menutup wajah Raline. Walau senyuman bahagia selalu terlihat di bibir, tetapi khawatir karena dibilang jahat."Ra, Sayang. Apa salah Abang?"Raline kaget dan mengintip saat Eddriz memanggil sayang, "Banyak.""Coba sebutkan satu saja, biar Abang bisa memperbaiki diri?""Dulu Abang berjanji akan menunggu Ra sampai siap, mengapa tadi setengah memaksa. Ininya Ra sakit dan perih jadinya," jawab Raline dengan suara manja.Eddriz menahan tawa dengan menutup mulut menggunakan tangan kiri. Rasa yang ada tadi sama sekali tidak bisa dikandalikan. Cinta yang tumbuh tiba-tiba menuntut lebih karena sudah lama tidak melakukan itu."Maaf, Abang khilaf, habisnya Ra manis sekali jadi Abang ingin menikmatinya.""Ra bukan gula.""Iya, Ra itu cintanya Abang.""Gombal.""Maafkan Abang, Ra Sayang.""Ra kesal sama Abang sampai sekarang masih