Share

121. Masih Terluka

Tiga bulan kemudian.

“Sya, antar Mama dong ke rumah teman Mama. Kamu sedang nggak sibuk kan?” pinta Amanda di Sabtu pagi.

“Ya sudah, aku antar sampai depan rumahnya saja ya, Ma,” sahut Pasya kalem.

Amanda berdecak sebal mendengar ucapan anaknya. Wajahnya yang semula ceria kini berubah sendu.

“Ck, masak sampai di depan rumahnya saja sih, Sya. Memangnya kamu sopir taksi, yang selesai mengantar langsung pergi. Kamu ini anak Mama lho, Sya. Harusnya menjaga Mama di saat papa kamu sedang nggak ada di rumah,” ucap Amanda mulai merajuk. Wajahnya langsung ditekuk, dan bibirnya pun cemberut

“Memangnya papa ke mana, Ma? Tumben amat Mama nggak ikutan pergi. Biasanya ke mana papa pergi, di situ selalu ada Mama,” sahut Pasya dengan senyum yang dikulum.

“Papa sudah jalan duluan tadi, Sya. Papa juga yang suruh Mama datang dengan diantar kamu. Nanti pulangnya barulah Mama bersama Papa. Ayolah, antar Mama! Kalau kamu nggak mau, nanti papa bisa marah lho soalnya istrinya nggak datang ke sana,” jelas Ama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status