Share

Bab 1741

Tiga menit kemudian. Semua pembunuh dari Paviliun Lingga sudah tergeletak di genangan darah. Sementara itu, Luther yang seluruh tubuhnya penuh dengan darah juga sudah terhuyung-huyung dan sulit untuk tetap berdiri. Tanda-tanda kehidupannya makin melemah dan energi sejati di seluruh tubuhnya sudah habis, seluruh tubuhnya sudah sekarat. Pemandangan di depannya sudah menjadi makin kabur dan jantungnya hampir berhenti berdetak.

"Nggak disangka. Setelah mengalami begitu banyak badai, pada akhirnya mati di tangan rekan sendiri. Sungguh konyol!" kata Luther sambil tersenyum mengejek diri sendiri. Setelah itu, dia menundukkan kepala untuk melihat pisau di dadanya, lalu memegangnya dengan kedua tangan dan tiba-tiba mencabutnya. Dalam sekejap, darah menyembur ke segala arah. Dia sudah akan mati, tidak enak dilihat jika pisau itu terus menancap di dadanya.

Setelah mencabut pisau itu, Luther merasa pemandangan di depannya berputar-putar, lalu terjatuh ke tanah dengan keras. Kesadarannya menghilang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status