Sejak pembicaraan terakhir mereka yang berakhir dengan tidak mengenakkan hati itu, Eun-Gyo tak bisa dihubungi lagi. Tiga hari, seminggu, dua minggu pun berlalu. Do-Jin kalang-kabut. Sang detektif takut sesuatu yang buruk terjadi kepada gadis itu. Satu-satunya orang yang bisa jadi tempatnya mengadu hanyalah Ji-Young.“Tidak apa-apa, Eun-Gyo baik-baik saja, Detektif Han,” kata Ji-Young menenangkan. "Son Hisayuki melihatnya di kantor setiap hari.”“Tidak ada yang aneh?” tanya Do-Jin resah.Ji-Young menggeleng.“Sebenarnya apa yang dilakukan anak itu di sana?” tanya Do-Jin lagi.Ji-Young hanya angkat bahu. “Sejujurnya saya tidak tahu.”“Lalu bagaimana dengan rencana kita?” cecar Do-Jin. “Apa mungkin anak itu berkhianat dan kembali berpihak kepada Han Tae-Sung?”“Tenangkan dirimu, Detektif Han!”Teguran Ji-Young membuat Do-Jin tersentak. Sang detektif menundukkan kepalanya malu. Ia, yang sebelumnya berdiri dengan gelisah, kini menempati salah satu kursi kosong di ruang makan.“Kita memang
Hari itu Son Hisayuki izin tidak masuk kerja. Yang Jung-Hyeok tahu, Hisayuki cedera saat berolahraga. Yang Jung-Hyeok tidak tahu, Hisayuki sedang bertemu dengan Do-Jin dan Ji-Young di suatu tempat untuk merencanakan sebuah aksi pencurian besar.Hisayuki, Do-Jin, Ji-Young serta Eun-Gyo akan mencuri sebuah dokumen penting yang dapat menggonjang-ganjingkan Korea Selatan di ruangan Han Tae-Sung.Sementara ruangan itu berada di Yusan Developers Tower, salah satu gedung bersistem keamanan paling canggih di dunia, mungkin peringkat kedua setelah gedung Pentagon di Amerika.Ruangan itu terletak di lantai 62.Selusin bodyguard Han Tae-Sung berpatroli dalam formasi sepasang-sepasang di sepanjang lantai itu selama 24 jam. Pergantian shift penjaga adalah setiap 12 jam sekali, pagi enam penjaga, malam enam penjaga. Pintu ruangan Han Tae-Sung dikunci secara digital. Pintu tangga darurat pun memiliki kunci manual yang hanya dipegang oleh bodyguard yang sedang menjaga lantai itu. Satu-satunya cara un
Ribuan kilometer jauhnya dari kantor Marcus, Cecilia terbangun oleh ponselnya yang berdering, menggema di tengah kesunyian kamarnya yang nyaman.Jam digital di atas nakas menunjukkan saat itu pukul 9 malam. Cecilia memeriksa nama penelepon yang muncul di layar ponsel. Lantas wanita itu pun tertegun.Kemudian, sambil menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, Cecilia tersenyum lembut.“Halo, Sayang …” ucap Cecilia mesra. “Kau di bandara?”Marcus tertegun mendengar suara wanita yang menyapanya. Suara dari sosok yang begitu dia rindukan. Misi Marcus di Korsel memisahkan mereka selama tiga bulan, dan selama itu waktu terasa begitu lambat berlalu, mendera keduanya dengan kerinduan yang menyakitkan.“Ya, aku masih di Incheon, aku menunggu boarding pesawat,” jawab Masahiro seraya menghela napas berat. “Mau kubawakan oleh-oleh apa?”Cecilia termangu. Suara Marcus Wong masih seperti dulu, begitulah pikir Cecilia, terdengar begitu menenangkan kalbu. Hanya dengan mendengar suara pria itu s
(WARNING : STEAMY SCENES / 18+)“Kau bukan rekan Han Tae-Sung dalam melakukan penipuan, kan?”“Bagaimana menurutmu?” Marcus menyilangkan kaki dan membalas tatapan Cecilia. “Menurutmu aku seorang penipu?”Cecilia menghela napas berat, lantas menyesap seteguk anggur.“Sayang, kau jelas pandai menipu,” gumam Cecilia sambil tersenyum. “Selain mengetahui tentang kerja samamu dengan Han Tae-Sung, aku juga tanpa sengaja mengetahui hal lain yang kau sembunyikan dariku.”“Hal yang aku sembunyikan darimu?” Marcus memicingkan mata.“Saat ini ibu tiriku dalam kondisi koma di rumah sakit, bukan?” kata Cecilia. “Kudengar perempuan sialan itu dianiaya orang sampai matanya buta. Anehnya, kau yang bawa Angel ke rumah sakit, lalu kau bayar pula biaya rumah sakitnya hingga sekarang. Dari informan yang aku sewa, aku juga tahu bahwa Dylan, kekasih ibu tiriku, juga sudah tewas dalam tawuran antar gangster.”Cecilia mengesah keras untuk mengatur emosinya yang berserakan. Sementara Marcus terus menatapnya de
Bertopang dagu, Cecilia memandangi wajah Marcus yang terlelap pulas di sisi wanita itu. Mereka berdua masih berbaring di atas tempat tidur, tanpa busana di balik selimut. Malam telah diserobot oleh pagi, matahari pun sudah tinggi mengudara.Cecilia termangu.Apa yang terjadi kemarin terbayang di benaknya. Sulit dipercaya. Ada begitu banyak hal yang sudah dia alami dalam waktu beberapa jam saja sejak Marcus tiba hingga dini hari: mereka berbincang, lalu bermesraan, kemudian sedikit berdebat soal pekerjaan Marcus yang misterius, lantas bercinta dengan hebat — dan mereka membuat kamar yang hening itu jadi berisik.Suara obrolan ringan dan perdebatan yang tidak terlalu serius, suara tawa, suara kecupan, suara pasangan yang memadu asmara — mereka adalah pasangan yang dinamis. Bagaimanapun, rasanya semua itu belum cukup untuk mengobati rindu atau untuk memuaskan hasrat, meski tubuh mereka lelah bukan main seolah-olah mereka baru saja tanding tinju.Marcus membuka sebelah matanya, mengintip
(WARNING : STEAMY SCENES / 18+)Setelah meninggalkan rumah ayah Cecilia, Marcus perhatikan istrinya jadi murung.Marcus jadi merasa bersalah pada Cecilia karena Marcus sudah membawa wanita itu ke rumah yang membangkitkan banyak kenangan traumatis.Mata Cecilia sembap akibat terlalu banyak menangis.“Sayang,” bisik Marcus saat mereka berada dalam mobil. Panggilan Marcus menyadarkan Cecilia dari lamunan panjang. Wanita itu menoleh dan menemukan sang suami yang duduk di balik setir tersenyum lembut kepadanya. “Mau pergi ke tempat yang kau sukai?”“Eh?” Cecilia tertegun.“Jangan sedih lagi, Sayang. Ayo kita pergi ke tempat yang belum pernah kau kunjungi, tapi selalu ada di dalam benakmu. Ke mana pun kau mau, aku siap mengantarmu,” ujar Marcus. “Ayo kita berkencan.”Cecilia merenung sejenak, kemudian dia berkata, “Aku belum pernah ke taman hiburan.”“Taman hiburan?” Marcus cukup kaget dengan lokasi pilihan Cecilia. “Apa kita tidak terlalu tua untuk pergi ke sana?”“Yah …” gumam Cecilia. “J
Akhirnya orang tua Olivia pun tiba di rumah, usai bulan madu kedua mereka yang cukup singkat namun memuaskan.Olivia tergelak riang ketika digendong oleh ibunya dan mendapat kecupan bergantian dari Cecilia dan Marcus.Marcus cukup terkejut, bayinya bertambah besar dan menggemaskan, juga semakin lincah.“Olivia, putri mungilku, kau sudah tambah besar!” seru Marcus sambil mengambil Olivia dari gendongan Cecilia. “Wah, lihat ini, kau semakin berat saja!”Marcus mengangkat Olivia tinggi-tinggi, lalu membuat suara dengan meniup perutnya, membuat bayi gemuk itu tertawa terbahak-bahak.“Woo-hoo!” seru Marcus antusias. Sudah lama dia tidak bermain dengan bayinya. Dan Olivia tampak begitu gembira bertemu dengan ayahnya lagi. “Wah, sepertinya Ayah harus rutin olah raga dan kembali membentuk otot supaya bisa terus bermain denganmu, Olivia!”Marcus agak ngos-ngosan. “Olivia sungguh berat,” gumam Marcus sambil melirik istrinya.“Ya, makannya sangat lahap,” kata Cecilia khawatir. “Dia lebih besar d
Empat musim tanpa terasa terus berganti sejak Marcus kembali bersatu dengan istri dan anaknya di rumah. Keluarga Wong tampak begitu bahagia dan damai. Saat perayaan ulang tahun pertama Olivia, Marcus mengundang Han Tae-Sung alias Mikey Han datang ke rumahnya, dan memperkenalkan rekannya itu pada sang istri.Di pesta itu Marcus dengar Han Do-Jin, adik Mikey, kini menjadi peneliti untuk United Nations Department for Safety and Security (UNDSS) yang khususnya menulis tentang isu-isu keamanan di Asia.Mikey Han dan Marcus Wong pun terus bergerak di bawah tanah sebagai makelar adidaya, seperti Maggie Wong ibu Marcus dulu, yang memasok apapun yang diminta klien mereka — mulai dari informasi, pasukan, bahkan senjata gelap.Kedua pria itu tidak pernah pandang bulu. Klien mereka berasal dari segala kalangan. Baik pejabat, atau penjahat, mau pun orang yang tidak memiliki identitas yang jelas namun memiliki kekayaan tidak terbatas.Toh bagi Marcus, kehidupan ini hanyalah sebuah permainan. Dia me