Share

Kenangan Hari Itu

Bukan cuma air mata yang menetes, tapi, tangis pilu pun turut menyertai. Membuatku merasa diriku tak ubahnya manusia bodoh yang dengan mudahnya menaruh rasa simpati terhadap penjahat.

Ya, memang benar, kan kalau dia itu penjahat?

Lantas, kenapa aku harus merasakan kepedihan ini saat melihatnya hancur?

Kenapa?

Kuusap dengan kasar air mata yang menetes di pipi. Sambil bertanya pada diri, perlukah aku menangisinya? Lelaki yang telah membuat hidupku hancur.

Perlukah?

Aku menyesal saat lagi-lagi tanpa diminta, air mataku menetes kembali ketika jari tanganku secara refleks memutar kembali video yang Arman kirimkan belum lama ini.

Aku merasakan kepalaku terasa berat ketika dihadapkan dengan situasi yang benar-benar sulit seperti ini.

Kenapa semua orang justru memanipulasi diriku?

Bukankah di sini aku adalah korban? Lantas, kenapa justru seolah-olah aku yang bersalah? Sisi hatiku yang lain bergejolak saat rasa bersalah itu kembali muncul.

Buang pikiran tak jelas ini, Indah!

Buang segera!

Tak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status