Share

Honeymoon Part 1

Mendengar kata honeymoon membuat Eva menjadi kesal, ingin rencananya ia menggagalkan semua rencana Rayhan.

"Papah setuju, iya kan, Mah? Nanti kita cepat dapat cucu," kata Papah Andi tersenyum.

Claudia menundukkan kepalanya, ia merasa sedih. Hal yang sangat tidak mungkin untuk menolak ajakan Rayhan, tapi tekanan dari mertuanya membuatnya sakit.

"Kalau kakak punya anak, pasti Aruna gak disayang lagi," tutur Aruna mengerucutkan bibirnya.

"Buat teman kamu di rumah, Runa," ujar Rayhan.

Papah Andi kemudian mengajak Rayhan ke ruang kerjanya, beliau hendak memberikan tiket untuk keberangkatannya nanti.

"Claudia, sebelum kamu pergi beli obat penunda kehamilan dulu sana! Awas saja kalau sampai kamu hamil," pinta Eva penuh dengan ancaman.

"Dengerin tuh kata Mamah! Aruna juga gak sudi, punya keponakan turunan orang miskin," sahut Aruna tidak punya sopan santun.

Claudia hanya bisa meneteskan air mata, setiap ada yang membentaknya. Dia juga tidak mungkin menentang ucapan mertuanya, demi suaminya ia melakukan semua itu. Ia kemudian pergi ke apotek tanpa seizin suaminya, membeli obat yang dimaksud oleh mertuanya tadi. Agar Rayhan tidak mengetahui, ia menyelipkan ke dalam baju lalu dimasukkan ke dalam koper yang sudah Rayhan siapkan.

Sebelum berangkat Rayhan mengajak istrinya untuk ke rumah orang tuanya, mereka hendak meminta izin terlebih dahulu.

"Sayang, semoga saja pulang dari Bali kamu hamil," ungkap Rayhan penuh harap.

"Itu tidak mungkin, Mas. Maafkan aku .... " ucapnya dalam hati lirih.

"Sayang, kok diam? sepertinya kamu tidak suka, kalau Mas bahas soal anak," kata Rayhan melirik ke arah istrinya, yang terlihat sedang mengusap wajahnya.

"Maaf Mas, mataku kelilipan. Mana ada orang menikah tidak ingin punya anak, pasti ingin mempunyai. Karena kebahagiaan setelah menikah itu, mempunyai keturunan," jelas Claudia memaksakan tersenyum, walaupun dalam hatinya terasa sakit.

Perjalanan mereka sudah memasuki perkampungan, sebentar lagi sampai di rumah orang tua Claudia. Jalan yang rusak, dan penuh kerikil membuat Rayhan memperlambat laju mobilnya.

Rumah yang bercat warna hijau, dengan taman kecil di depannya membuat rumah itu terlihat sangat sejuk. Walaupun berada di daerah perkampungan, tempat itu selalu ramai. Rumah di daerah itu juga saling berdekatan, sehingga menyerupai perumahan.

Tok ... tok ... tok

Claudia mulai mengetuk pintu rumahnya, Bapak dan Ibunya membukakan pintu dan menyambut hangat kedatangan anak dan menantunya.

"Claudia, Rayhan, kenapa tidak bilang mau datang? Bapak kan bisa petikan buah mangga di kebun dulu," ucap Pak Harto.

"Kita hanya mampir sebentar, Pak, Bu," kata Rayhan dengan sopan.

Bu Ani mengajak mereka masuk ke dalam rumah, dan beliau membuatkan minuman. Claudia turut membantu ibunya, menyiapkan minuman.

"Claudia, bagaimana enak tidak tinggal di rumah Rayhan?" tanya Bu Ani sembari menuangkan air panas ke dalam teko, untuk menggulai teh.

"Enak gak enak, Buk. Sekarang Claudia sudah menjadi istrinya Mas Rayhan, kata ibu harus nurut dan berbakti," jawab Claudia terlihat lesu.

"Mertua kamu baikkan?" tanya Bu Ani mengkhawatirkan putrinya.

Pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Claudia, rasanya berat untuk mengatakan kebenaran yang dia alami. Seandainya dijawab dengan jujur, pasti orang tuanya akan sedih dan selalu mengkhawatirkan dirinya. Karena tidak punya pilihan, Claudia memilih untuk berbohong.

Claudia menceritakan kebaikan keluarga Rayhan, walaupun yang dia jalani tidak sama dengan yang ia ucapkan.

Karena teh yang mereka buat sudah jadi, Claudia dan Bu Ani ikut bergabung di ruang tamu. Yang ukurannya separuh dari kamar Rayhan di rumahnya.

Rayhan mulai meminta izin untuk berangkat honeymoon, dan meminta agar mertuanya mendoakan keselamatan mereka berdua.

"Honeymoon itu apa, Nak? Kok Bapak tidak ngerti," ujar Pak Harto.

"Liburan, Pak. Maksud Mas Rayhan kita akan liburan ke pulau Bali," jelas Claudia tersenyum.

Orang tua Claudia mengizinkan mereka berdua berangkat, dan berpesan agar Rayhan menjaga Claudia dengan baik. Berhubung waktu juga sudah hampir mepet, mereka langsung berpamitan.

Mereka berangkat dengan menggunakan pesawat pribadi, yang sudah disewakan oleh Papah Rayhan.

"Mas, kenapa hanya kita penumpangnya? yang lain mana," tanya Claudia sambil melihat ke sekeliling.

"Pesawat ini sudah disewa sama Papah untuk kita, Sayang," jelas Rayhan.

"Tau kalau disewakan pesawat, Claudia minta kita honeymoon ke Jepang, Mas," ujar Claudia membuat Rayhan terkekeh.

Dia memang sengaja tidak bilang ke istrinya, kalau akan mengajak honeymoon. Maka dari itu, ia memilih ke Bali dengan alasan cutinya hanya bisa satu minggu. Kemungkinan mereka berdua juga akan kelelahan, dan lebih banyak santai di sana nanti.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam di dalam pesawat, mereka sampai juga ke pulau Bali. Untuk penginapan Papah Rayhan sudah menyiapkan sebuah villa, yang letaknya dekat dengan pantai.

Claudia tersenyum bahagia menikmati keindahan pulau Bali, baru ini dia pergi berlibur. Saat masih berpacaran dulu Rayhan tidak pernah mengajaknya, mereka juga bertemu sebulan sekali. Mereka terbilang pasangan yang sangat hebat, bisa melanjutkan sampai ke jenjang pernikahan.

Rayhan sejak awal pacaran sudah mempunyai janji kenapa Claudia, walaupun jarang bertemu ia akan tetap menjaga cintanya untuk Claudia. Bahkan ia juga berjanji akan menikahinya setelah sukses, janji Rayhan akhirnya terpenuhi. Kasih sayang Rayhan untuk Claudia begitu besar, begitu juga sebaliknya.

"Mas, boleh tanya sesuatu tidak?" tanya Claudia. Saat ini mereka sedang duduk di kursi balkon villa, sambil melihat keindahan pantai.

"Iya Sayang, apa yang ingin kamu tanyakan," jawab Rayhan memeluk Claudia dan menyandarkan kepala istrinya di bahunya.

"Seandainya terjadi sesuatu dengan pernikahan kita, bagaimana, Mas?" tanya Claudia menatap suaminya.

Rayhan mengerutkan dahinya. "Kita akan selalu bersama, Sayang. Kita hadapi berdua jika ada masalah, sampai kapanpun Mas tidak akan pernah meninggalkanmu. Walaupun ada badai menerjang, sebesar apapun kita akan tetap bersama," terangnya meyakinkan sang istri.

Claudia menggenggam erat tangan suaminya, ia merasa bangga dan begitu beruntung mendapatkan seorang suami seperti Rayhan. Begitu perhatian, dan selalu ada untuknya.

Rayhan kemudian mengajak istrinya jalan-jalan ke pinggir pantai, angin yang berhembus kencang membuat suasana semakin sejuk.

"Mas, kita istirahat dulu yuk," ajak Claudia.

"Kamu capek ya? Mas gendong aja ya," kata Rayhan menyodorkan bahunya.

Claudia justru memukul bahu suaminya, dan berlari kemudian Rayhan mengejar istrinya. Setelah tertangkap Rayhan memeluk istrinya dengan erat, lalu menggendongnya. Perlakuan Rayhan begitu romantis, membuat Claudia semakin jatuh cinta kepada suaminya itu.

Langit sudah mulai gelap, kedua pasangan itu kemudian menuju ke sebuah restoran seafood. Mereka memesan udang saus tiram, dan ikan bakar.

"Sayang, kenapa memesan udang? kamu kan alergi makan udang," kata Rayhan selalu teringat dengan pantangan Claudia.

"Aku ingin makan udang, Mas. Sedikit saja, boleh ya," rengek sang istri.

Rayhan bersikeras melarang Claudia makan udang, ia kemudian memilihkan menu lainnya. Melihat perlakuan suaminya, yang begitu peduli dengannya membuat Claudia tersenyum.

Setelah selesai makan, mereka melihat pertunjukan musik di pinggir pantai. Hingga keduanya lupa kalau belum mandi. Lagu-lagu yang dibawakan oleh para pemain musik begitu romantis, dan membuat mereka malas beranjak.

Rayhan teringat kalau mereka sudah berjam-jam menghabiskan waktu di luar, ia segera mengajak istrinya ke villa.

Claudia menyuruh Rayhan untuk mandi lebih dulu, agar dia mempunyai kesempatan untuk meminum obat yang dia bawa. Namun, Rayhan mengajak istrinya untuk mandi berdua.

"Nanti pasti lama, Mas. Keburu dingin," kata Claudia tersenyum malu ke arah suaminya.

Rayhan lalu mengambil handuk, dan memaksa Claudia masuk ke dalam kamar mandi. Ternyata benar perkiraan Claudia, kalau Rayhan tidak hanya mengajaknya mandi saja. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar mandi, setelah puas dengan kegiatannya mereka baru keluar.

Rayhan kemudian membuka koper, dan mengambil baju gantinya. Namun, ia tidak sengaja menjatuhkan botol berisi obat. Ia pun mengambilnya, dan hendak menanyakan kepada istrinya.

"Sayang, ini obat siapa? kamu sakit?" tanya Rayhan menunjukkan obat itu kepada Claudia.

Claudia terkejut dengan pertanyaan Rayhan, kenapa suaminya bisa menemukan padahal ia sudah menyimpannya dengan rapat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status