Masukan dalam daftar pustaka, komen, ulasan bintang lima dan ikuti author ya supaya makin semangat update. Soalnya rasanya sepi banget kalau gak ada yg komen, bikin author suodzun kalau ceritanya gak ada yang baca alhasil malas wkwkwkwk
“Hati-hati, Pak, kopinya masih panas!” ucap Riana cemas.Wira langsung mengambil sapu tangan yang berada di kantong celananya dan bergegas membersihkan wajahnya karena ada sisa-sisa kopi yang berantakan di sana.“Lain kali sebelum diminum, dinginkan dulu,”“Aku terlalu haus sampai tidak sadar kalau kopinya masih panas,” Wira berbohong untuk menyembunyikan perasaan yang dia rasakan.“Apa mau saya ambilkan air putih? Soalnya kpoinya masih panas,” tawar Riana.“Kan bisa ditiup?” “Minuman atau makanan yang masih panas tidak boleh ditiup, tidak baik untuk kesehatan. Nanti perlahan akan dingin sendiri kok, karena ACCdi ruangan inikan menyala.” Riana mengambilkan air putih untuk Wira.Wira menyambut segelas ari putih yang Riana berikan kepadanya, tanpa sadar tangan mereka saling bersentuhan membuat jantung Wira yang baru tenang kembali berdetak dengan kencang. Lelaki itu bergegas mengambil gelasnya dengan kasar, dia takut kalau R
"Mungkin ini semua karena Wira menyukainya sehingga membuatku menjadi sangat semangat dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatkan mereka secepat mungkin. Apa lagi setelah aku tahu kalau Wira pernah kecolongan," gumam Desi lirih. "Sabar lah, Bu, kalau jodoh tidak akan kemana." Mbok mengelus pundak Desi lembut, berharap sang majikan tidak bertindak gegabah."Terima kasih, Mbok." Desi menggenggam tangan wanita paruh baya itu erat."Ayo kita masuk saja, Bu, Mbok buatkan pisang goreng sama teh hangat." Mbok menggandeng lengan Desi erat, mereka bergandengan tangan sambil berjalan masuk.*"Kita mau ke mana?" tanya Riana. "Kita makan dulu di restoran." Wira menyahut sambil terus fokus menyetir."Em," Riana ingin berbicara tetapi dia merasa ragu.Mendengar suara Riana yang terdengar ingin mengatakan sesuatu, membuat Wira menoleh. "Katakan saja, tidak usah ragu seperti itu.""Saya mau makan di pinggir jalan atau warung makan saja boleh? Soalnya saya tidak terbiasa makan di restoran,
"Maksudmu?" Wira mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti maksud dari perkataan Riana."Kamu mengetahui kalau banyak wanita berstatus gadis tapi tidak perawan, berarti kamu pernah melakukannya?" jelas Riana."Tidak. Mana pernah aku melakukan hal seperti itu, aku tahu dari perkataan teman-temanku. Mereka sering bercerita kalau pernah melakukan kepada wanita yang masih gadis, tapi ternyata mereka tidak perawan," Wira menjelaskan dengan jujur, memang dia tidak pernah melakukannya dengan siapa pun. Karena hatinya masih terisi oleh Riana seorang."Aku kira Kamu pernah melakukannya, makanya mengetahui banyak hal. Memang sih pergaulan sekarang sangat bebas dan mereka yang menjaga kesuciannya malah harus direnggut oleh orang yang jahat, betapa liarnya dunia sekarang," gumam Riana lirih."Yah, seperti itulah dunia, mungkin karena dunia sudah terlalu tua sehingga banyak yang melakukan hal yang tidak pantas seperti itu." Wira menggelengkan kepalanya."Kita mau ke mana lagi setelah ini?" Riana m
“Ada apa, Riana?” Wira mendengar Riana berbicara, tetapi tidak jelas karena terlalu ramai.Bukannya menjawab Riana malah mengarahkan telunjuk ke antrian belakang sana, membuat Wira segera memperhatikan dengan teliti siapa yang sedang wanita itu tunjuk.“Dia bersama dengan wanita barunya datang ke bioskop, terlihat sangat romantis sekali. Padahal saat denganku malah tidak pernah mengajakku kemari,” gumam Riana lirih.Wira yang sudah tahu orang yang ditunjuk oleh Riana adalah Reynald dengan kekasihnya, dia menghela napas beraat. Memang mencintai wanita yang baru saja berpisah seperti Riana sangat lah berat, karena tidak akan mudah bagi wanita itu untuk melupakan mantan suaminya dan mencintai Wira secepatnya.Wira malah merangkul pundak Riana mesra, walau ada rasa nyeri di hatinya sekarang karena merasakan kecemburuan kepada Reynald.“Apa yang kamu lakukan?” Riana bertanya lantaran merasa risih.“Aku? Tentu saja sekarang sedang ingin membuat lelaki itu cemburu, sekaligus membuatnya meras
“Iya, tentu saja begitu. Benarkan, Sayang?” Wira memberikan kode supaya Riana membenarkan perkataannya.Riana terdiam lama, dia tidak ingin berbohong karena memang mereka berdua tidak memiliki hubungan apa pun kecuali hanya sebatas bos dan sekertaris saja.“Riana tidak menjawab, berarti tidak,’ ucap Diandra.Wanita itu tentu saja merasa tidak percaya karena Riana mendapatkan seorang lelaki yang lebih tampan dan kaya dengan wajah yang seperti itu, dia merasa kalau wajah Riana kalah jauh dengan wajah dirinya sendiri apa lagikan dia adalah seorang model, wajah dan tubuh yang pasti lebih terawat dibandingkan mantan istri kekasihnya.“Tidak. Kami adalah sepasang kekasih.” Wira menggenggam lengan Riana kuat, membuat wanita itu segera menganggukkan kepala tanda membenarkan.“Wah hebat kamu, Riana, baru tidak sampai sebulan sudah mendapatkan seseorang lelaki kaya dan tampan seperti Pak Wira ini. Entah kamu pakai cara apa sehingga lelaki setampan dia mau menjadikanmu sebagai kekasihnya,” sindi
“Sialan sekali! Semua ini gara-gara wanita itu, kenapa dari dulu sampai sekarang dia selalu bisa mendapatkan semua perhatian dan apa pun yang aku inginkan?!” Diandra bermonolog seorang diri. Yah, dia memang satu kampus dengan Riana, Diandra sangat iri dengan wanita yang bernama Riana, karena wanita itu tidak perlu melakukan apa pun untuk mendapatkan smeua perhatian dari sekitarnya. Mulai dari nilai yang bagus, sampai wajah yang cantik tanpa perlu memoleskan sedikit pun make –up di wajah dan beberapa lelaki yang selalu memperhatikan Riana, itu semua membuat Diandra iri dengan wanita itu. Tanpa Diandra sadari, kalau Riana tidak mengetahui semua lelaki memperhatikannya, dia pun meraih nilai yang bagus bukan untuk dipuji rlainkan untuk masa depan yang dia inginkan. Yah walau setelah lulus dia malah menikah tanpa bisa melanjutkan masa depan yang telah dia rencanakan, semua itu hanyalah angan demi seorang lelaki yang dia cintai bernama, Reynald. Sayang, suami Riana harus Diandra ambil akib
“APA?! Kamu bilang aku maling? Wanita cantik sepertiku adalah seorang maling.” Diandra menunjuk dirinya sendiri, dia sangat kesal dengan tuduhan dari pelayan toko. “Yaiya, kalau bukan maling kenapa membawa sendal mahal itu keluar tanpa membayar di kasir?!” Pelayan toko itu menatap tajam Diandra. “Aku hanya ingin melihat pacarku yang tidak kelihatan sedari tadi,” sahut Diandra melunak. Dia melhat ke sekeliling yang sudah mulai ramai karena pelayan toko terlalu berisik membuat semua mata tertuju kepada mereka berdua, Diandra sangat malu sekali sekarang dan merasa kesal lantaran Reynald meninggalkannya tanpa pamit. “Kalau memang bukan maling, bayar dulu belanjaannya.” Pelayan toko menengadahkan tangannya meminta uang kepada Diandra. “Memang berapa sih? Paling juga barang murahan saja ini, aku yang seorang model tentu saja sanggup membayarnya!” gerutu Diandra, dia hanya menutupi rasa malunya saja. “Satujuta limaratus,” sahut pegawai toko membuat Diandra membelalakan mata. Memang sih
Riana membelalakan mata melihat sebuah butik di pusat perbelanjaan itu, dia melangkah masuk ke dalam sambil melirik kesana-kemari karena semua pakaian yang dipajang sangat bagus, menarik perhatian dirinya. Yah walau di sana juga ada gaun seksi memperlihatkan lekuk tubuh, Riana bergidik ngeri melihat pakaian seperti itu. ‘Apa mereka nyaman memakai pakaian seperti itu?' gumam Riana di dalam hati. Mereka terus berjalan masuk, di dalam sana ada seorang pegawai yang menyapa mereka dengan ramah dan seakan sangat mengenal Wira. “Tolong layani dia dengan baik, pilihkan pakaian yang cocok dengannya untuk dinner!” perintah Wira. “Dinner?” Riana terkejut kalau mereka akan dinner, bukankah Wira tidak memberitahukannya. “Iya, kita akan dinner nanti malam. Jadi aku ingin melihat penampilanmu yang terbaik untuk malam ini, karena aku ingin membuatmu bersinar dari wanita lainnya."Riana merasa Wira terlalu berharap lebih dengan dirinya, sedangkan dia memang tidak secantik seperti wanita lain, pena