Share

Bab 15. Rival?

"Mbak." Panggilan Athar yang lembut membuat aku mengerjap pelan. Saat itu aku tersadar kalau ketiduran dan mobil Athar sudah berada di depan rumahku yang jalannya sudah diperlebar hingga nyaman untuk parkir.

"Eh, maaf saya ketiduran." ujarku seraya membenarkan posisi duduk seraya memegang kepala.

Entah mengapa rasanya kepalaku sangat sakit, sepertinya ini karena aku terlalu syok atas insiden di kantin beberapa waktu lalu. Beruntung, Athar datang dan menghindarkanku dari cengkraman Hans. Masih terbayang aksi heroik Athar tadi hingga akhirnya aku diantai pulang.

Athar tersenyum mafhum. "Gak apa-apa, saya paham Mbak pasti kelelahan dan masih syok gara-gara Hans."

Aku menoleh pada Athar dan mata kami bertemu. Tatapan teduhnya membawa perasaanku serasa lebih baik. Aku jadi berpikir andai aku bertemu Athar lebih dulu dan bukan Hans, mungkin kejadian buruk ini tak akan terjadi.

Andai, Athar bukanlah adik tiri dan bagian dari keluarga Yusuf Kalindra yang merupakan besan Bu Nur mungkin kepu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status