Share

Bab 20

"Kalau jauh gini gimana Romi, Bu Munah. Jadi cuman minum Asi saja dong, ya?" tanya Bu Kasih.

"Iya kayaknya Bu. Yang penting saya tiap hari mengingatkan Rina untuk tetap kasih makan Romi kerokan pisang gitu. Kalau digunakan atau tidak omongan saya itu saya udah pasrah. Soalnya juga rumah kita tidak dekatan. Kalau dekat mungkin setiap hari saya bakal kontrol itu si Rina. Soalnya saya nggak tega kalau lihat cucu saya kelaparan," terangku.

"Iya, Bu, bener itu sing penting diingatkan. Perkara dipakek atau nggak itu biar urusan dia. Yang penting kewajiban kita sebagai orang tua sudah dijalankan."

"Aku juga setuju itu, Mbak kasih," ucap Bu Sayuti.

"Maaf, Bu-Ibu. Saya tinggal masuk dulu. Soalnya badan saya lagi capek."

Kalau tidak cepat aku masuk ke dalam, pasti aku terus ditanyain perkara Rina dan Romi. Daripada salah bicara, lebih baik aku istirahat saja di kamar.

Ku jatuhkan bobotku ke kasurku yang begitu empuk ini. Rasanya lega sekali setelah bertemu dengan kasur.

"Rin, Rina. Kamu itu suda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status