Share

Bab 22

Angga dan Ajril duduk berdampingan, menikmati nasi kuning buatan nenek. Rasanya sangat lezat. Patut diacungi jempol, sebab masakan nenek tak pernah gagal soal rasa. Sala satunya, Angga yang begitu lahap saat memakan makanannya.

Nenek dan Mirna ikut berbaur menemani dua bocah itu. Namun ada yang kurang mengenakan dari wajah Ajril. Bocah itu belum juga mau bicara dan wajahnya sejak tadi masih ditekuk masam.

"Loh, cucu Nenek kenapa diam aja? Rasanya kurang enak, ya?" tanya sang nenek.

"Enak ko, Nek! Angga suka!" Angga menanggapi ucapan sang Nenek. Sementara Ajril masih terdiam, tetapi terus menyuap tiap sendok nasi kuning kedalam mulutnya.

"Nenek bicara sama Ajril, bukan sama kamu," timpal Mirna ketus.

"Angga mau nambah lagi?" tanya Nenek.

"Udah kenyang, Nek!" Angga menjawab.

"Kalau, Ajril mau nambah?"

Ajril melirik sang nenek. Beberapa saat hanya terdiam sembari menatap.

"Mau nambah, Nak?" lagi sang nenek bertanya.

"Mau, Nek!" sahut Ajril sembari tersenyum.

Senyum Nek idah merekah. Ia s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status