Share

38. Lelaki Bermata Biru

Langit sore perlahan turun ke bumi. Sebagai tanda pergantian waktu akan tiba. Saat matahari kembali ke peraduan dan bergantikan bulan, satu hari jatah hidup manusia berkurang dengan sendirinya. Karena esok, masih menjadi rahasia bagi makhluk paling sempurna itu.

Di keramaian sebuah rumah makan aku menekuri kejadian yang terlalui. Harusnya tak perlu ada insiden lemparan telur-telur dan cekcok di rumah ibu mertua. Tak perlu juga ada cacian untuk saling menyakiti. Namun, roda hidup seolah tak seru jika ia tak mempermainkanku seperti itu.

Segelas teh hangat yang kupesan terasa asin. Buliran air dari pelupuk mata sedikit tercampur saat aku meneguknya. Sudah hampir petang dan aku belum menemukan tempat untuk menginap. Malam ini akan terlalui lebih lama lagi.

Ponsel yang sudah berada dalam mode diam kulirik sekilas. Untuk memastikan apakah sudah ada balasan dari Ibu atau belum. Sialnya justru panggilan dari orang yang sejak tadi mencoba menghubungiku, datang membuat getar. Kubiarkan pangg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status