Rhea hendak memakinya sakit jiwa, tetapi tiba-tiba mendapati punggung tangan Charlie berdarah karena ditekan olehnya barusan. Bagaimanapun, pria ini baru diinfus."Ka ... kamu nggak bisa merasa sakit?" tanya Rhea yang mengambil tisu, lalu buru-buru menekan tangan Charlie supaya darah berhenti mengalir."Bukannya kamu ingin melihatku mati kesakitan?" balas Charlie sambil menyingkirkan tangan Rhea. Rhea yang kesal pun berbalik dan tidak mau meladeninya lagi.Martin yang sedang mengemudikan mobil menoleh dan berkata, "Di belakang ada kotak P3K.""Untuk apa? Biarkan saja dia! Huh!" Rhea melipat lengannya di depan dada dan bergeming.Kemudian, terdengar suara gemeresik dari sampingnya dan sebotol obat jatuh di samping kaki Rhea. Rhea masih berpura-pura tidak peduli. Saat berikutnya, lidi kapas jatuh ke samping kaki Rhea lagi.Rhea mengintip, lalu mendapati Charlie meliriknya dengan sedih dan hendak memungut lidi kapas dengan kaku. Punggung tangannya masih mengeluarkan darah."Dasar kamu ini
Rhea menatap Martin dari belakang dengan waspada. Sementara itu, Charlie menatap layar ponselnya yang berisikan informasi tentang Martin sembari berkata, "Sebulan lalu, kamu masih bekerja di perusahaan di Amrik.""Tiba-tiba, kamu menerima transferan sebesar 40 miliar dan pulang ke negara asal, bahkan langsung ke ibu kota. Jelas, kamu punya niat jahat terhadap wanita ini. Mana mungkin kami membantu tanpa tahu apa pun."Sebenarnya, Charlie merasa heran. Orang itu menghabiskan 40 miliar untuk menyuruh Martin menemukan Paula. Martin seharusnya menyelidiki secara diam-diam dan bukan bertanya secara terang-terangan begini."Kamu memang luar biasa. Hanya dalam waktu singkat, kamu sudah mengetahui latar belakangku. Sepertinya pilihanku memang benar. Kalian pasti bisa membantuku menemukan wanita itu, 'kan?" sahut Martin sambil mengedikkan bahu.Rhea juga merasa heran. Dia segera bertanya, "Siapa orang yang menyuruhmu mencari wanita ini? Untuk apa dia mencari wanita ini?""Dia seorang profesor s
Charlie memelototi Martin dengan kesal. Sementara itu, Martin menikmati kopinya sambil menceritakan tentang hubungan profesor itu dengan Paula.Di sisi lain, Paula yang sedang mereka bicarakan akhirnya tiba di depan gedung Grup Sasongko. Sesudah melangkah masuk, dia malah mendapati resepsionis yang menatapnya dengan ekspresi suram.Paula sontak menepuk dahinya. Dia teringat pada adegan di novel dan drama. Tokoh utama wanita membawa kotak makanan ke perusahaan untuk menemui tokoh utama pria, tetapi para staf malah mengejek dan merendahkannya.Paula segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Darwin, ingin menyuruhnya mengutus seseorang untuk membawanya naik. Nahasnya, Darwin malah tidak menjawab panggilan."Permisi, aku mau cari ...." Sebelum Paula menyelesaikan ucapannya, seorang wanita yang memakai pakaian profesional dengan rambut panjang bergelombang menyela, "Sudah datang belum?"Resepsionis itu pun melirik Paula sekilas, lalu melirik wanita itu lagi. Wanita itu segera mengalihka
Di ruang rapat Grup Sasongko, para petinggi duduk diam tanpa berani bersuara sedikit pun. Semuanya bisa merasakan sorot mata tajam Darwin yang melirik ke sekeliling, tetapi tidak ada satu pun yang berani bertatapan dengannya.Bagaimanapun, mereka sempat meremehkan Darwin yang baru kembali dari luar negeri. Menurut mereka, Darwin masih membutuhkan bimbingan mereka untuk mengelola perusahaan sebesar ini.Ketika Darwin difitnah oleh seluruh internet, tidak ada satu pun dari mereka yang maju untuk membantu. Beberapa dari mereka bahkan membuat suasana makin ricuh dan ingin mempersulitnya.Asalkan terjadi sesuatu pada Darwin, Grup Sasongko akan terpecah menjadi beberapa bagian. Ini karena anggota Keluarga Sasongko lainnya tidak tertarik untuk mengurus perusahaan.Tanpa diduga, Darwin malah memenangkan pertarungan ini. Banyak yang dilengserkan dari jabatan, apalagi para petinggi ini tahu betul kesalahan apa yang telah mereka lakukan."Kalian semua adalah senior Grup Sasongko. Aku baru mengamb
Dua garis biru .... Dia benar-benar hamil ....Paula Ignasius menggenggam tespek sambil duduk di kloset dengan terbengong-bengong. Dia mengenakan gaun panjang untuk acara pertunangannya. Lantaran terkejut, dia sampai tidak tahu ujung gaunnya basah terkena air.Saat ini, wajahnya pucat pasi, kedua kakinya lemas sampai dia tidak bisa berdiri. Hari ini adalah hari pertunangannya dengan Richie Antoro!Akan tetapi, anak ini bukan darah daging Richie. Paula tidak berani membayangkan seperti apa konsekuensi yang akan diterimanya jika keluarganya dan Richie tahu dirinya hamil."Kak! Kak! Kamu lagi apa? Kak Richie sudah datang untuk menjemputmu!" Terdengar suara adiknya, Aurel Ignasius, dari luar.Suara ini seketika menyadarkan Paula kembali. Paula segera menyingkirkan ekspresi paniknya dan hendak menyembunyikan tespek, tetapi semua sudah terlambat.Aurel yang mengenakan gaun merah muda sudah menerobos masuk. Faktanya, Aurel tidak memiliki hubungan darah dengan Paula. Aurel adalah putri kandung
Paula menegakkan tubuhnya dan menolak. "Ayah dan Ibu nggak bakal setuju! Tanpa aku, Keluarga Ignasius nggak mungkin bisa seperti sekarang ini!"Aurel mendekatinya selangkah demi selangkah, lalu memeluknya erat-erat seolah-olah merasa tidak rela. Namun, ketika Richie tidak memperhatikan, dia tersenyum dingin sembari berbisik, "Kenapa nggak setuju? Masa kamu nggak sadar mereka belum muncul sampai sekarang? Terima realita ini! Mereka nggak menginginkanmu lagi sejak awal!""Setelah kamu keluar dari rumah ini, Ayah akan langsung mengumumkan bahwa kamu nggak punya hubungan dengan keluarga ini lagi!" Begitu mendengarnya, wajah Paula sontak memucat. Ketika dia masih larut dalam keterkejutan, Aurel sontak mendorongnya seperti orang yang telah membulatkan tekad."Bawa kakakku keluar!" perintah Aurel kepada para pelayan. Para pelayan segera menghampiri, lalu mendorong Paula sambil mengusir. "Keluar sana! Cepat!"Pada akhirnya, Paula diangkat dan dilempar ke luar. Saat berikutnya, semua barangnya
Nada bicaranya terdengar tidak acuh, tetapi suaranya terdengar sangat menggoda. Jadi, pria ini yang bersamanya malam itu?Meskipun malam itu seperti mimpi, Paula tidak bisa melupakan betapa gila dan nakalnya pria itu, bahkan terlihat seperti ingin melahapnya hidup-hidup, jauh berbeda dari penampilan dinginnya ini.Rhea merasa dirinya telah mendapatkan persetujuan dari Darwin. Dia buru-buru membawa Paula ke lantai atas sambil berkata, "Terima kasih, Paman. Aku bawa Paula ke atas dulu."Ketika mereka berpapasan, langkah kaki Darwin sontak terhenti. Dia mengernyit, lalu menatap gaun Paula dan bertanya dengan dingin, "Kenapa bisa ada darah?"Rhea segera menjelaskan, "Paula nggak sengaja terjatuh, makanya terluka. Aku akan membantunya mengoleskan obat nanti."Setelah mengatakan itu, Rhea langsung membawa Paula pergi. Tangga agak sempit, jadi Paula bisa mencium aroma segar tubuh Darwin. Paula pun berusaha untuk menghindar, tetapi tubuhnya tetap bergesekan dengan jubah mandi Darwin. Tekstur y
Bahu lebar dan tubuh tegap menghalangi pintu kamar mandi. Darwin menatap Paula sembari merangkul pinggangnya, lalu menariknya ke pelukan untuk bertanya, "Mau kabur ke mana? Kamu wanita malam itu, 'kan?"Suara serak Darwin sungguh menggoda, sampai-sampai sekujur tubuh Paula menegang. Meskipun begitu, dia tetap berusaha tenang saat bertanya balik, "Paman, apa maksudmu? Aku nggak ngerti."Jari Darwin yang dingin mengangkat dagu Paula. Dia memicingkan matanya sambil membalas, "Apa aku perlu menjelaskannya secara rinci kepadamu? Aku meninggalkan nomor teleponku di nakas, kenapa nggak menghubungiku?"Darwin mengelus tahi lalat di ujung mata Paula. Malam itu, dia tergoda dengan pesona Paula dan memberi bantuan yang tidak seharusnya. Paula masih muda, dia pasti takut jika bertemu bahaya.Ketika wanita ini mendesah dan menjeratnya, pertahanan Darwin pun hancur. Dia awalnya berniat untuk menunggu Paula bangun dan bertanggung jawab, tetapi tiba-tiba ada urusan sehingga harus pergi. Dia meninggalk