"Ini untuk kamu." Seorang pria duduk di samping Lily dan memberikan jus serta cemilan.Lily diam tanpa menjawab. Sorot tajam mata gadis itu mengarah ke tangan pria yang memegang jus mangga serta bungkusan yang berisi makanan.Secara diam-diam pria itu selalu memperhatikan Lily. Sehingga mengetahui minuman favorit Lily, jus mangga tanpa susu. Karena itu dia membawakan satu cup jus mangga."Operasi pencangkokan jantung, memakan waktu 6 hingga 12 jam. Karena itu saya membelikan kamu minuman serta cemilan. Ini jus mangga tanpa susu." Pria itu tersenyum dengan ciri khas genitnya. "Terima kasih." Lily mengambil minuman serta cemilan yang diberikan oleh dokter Vandra. Sepertinya Dokter yang terkenal Playboy itu tidak merasa puas jika belum mampu menaklukkan singa betina seperti Lily. Meskipun sudah berulang kali usahanya gagal namun Vandra tidak menyerah.Vandra tersenyum senang ketika makanan serta minuman yang ia berikan diterima oleh bodyguard cantik tersebut.Biasanya si dokter play b
"Apa kamu tidak menjemput Zahira?" Sebastian memandang Arion yang duduk di depannya. "Hari ini Zahira melakukan operasi paman. Jam pulangnya juga tidak tahu jam berapa. Yang pasti operasinya memakan waktu sekitar 6 hingga sampai 12 jam. Zahira sudah mengatakan agar aku tidak menjemputnya," jelas Arion."O seperti itu." Sebastian sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya karena itu aku akan membantu mempersiapkan pesta pernikahan Paman. Agar besok tidak malu-maluin. "Arion tertawa kecil memandang pamannya. Pesta pernikahan tanpa persiapan ini merupakan suatu hal yang begitu konyol menurut Arion. Namun bagaimana lagi sang Paman sudah tidak tahan dan ingin segera cepat menikah. Arion sangat paham mengingat pamannya yang masih perjaka. Itu artinya Sebastian sudah tidak sabar untuk melepaskan ke perjakanya. "Paman, Paman belum pernah kan melakukan hal itu?" Arion bertanya dengan penasaran."Hal apa?" tanya Sebastian "Ya itu Paman." Arion memberi gerak jarinya. "Apa itu?" tanya Sebastian
Arion dan Sebastian masuk ke dalam mall. Kedua pria tampan itu menjadi pusat perhatian para wanita di mall tersebut. Bukan hanya anak gadis yang terpana melihat ketampanan paman dan keponakan itu, namun wanita yang sudah bersuami dan juga para lansia. "Andaikan Zahara ikut, dia pasti akan marah jika melihat para wanita melihatku. Apa Paman tahu, Zahira itu sangat pencemburu." Arion berkata dengan bangga. "Tentu saja dia marah, mata mu jelalatan," kata Sebastian."Aku bukan jelalatan paman, aku hanya ramah. Ditegur, ya aku jawab. Jika orang senyum, aku akan membalas dengan senyuman. Bukankah seperti itu yang Paman ajarkan." Lagi lagi Arion melemparkan kesalahan kepada Sebastian. "Aku tidak pernah mengajarkanmu jelalatan kepada para perempuan. Aku juga tidak pernah mengajari kamu untuk senyum-senyum setiap kali bertemu dengan wanita. Bahkan kau tidak bisa mensortir wanita yang kau layani." Sebastian memandang wanita lansia yang saat ini sedang tersipu malu memandang Arion."Nenek i
"Paman lihat Paman ini sangat bagus." Arion mengangkat jempolnya. Kedua pria itu seakan tidak menghiraukan tatapan para wanita yang saat ini memandang ke arah mereka."Lihat, hanya tertutup bagian ini saja." Mata Sebastian terbuka lebar ketika melihat manikin yang memakai baju haram tersebut. Sedangkan jarinya menunjuk ke arah dada patung.Otak polos Sebastian sudah mulai terkontaminasi dengan otak mesum Arion. Hingga pikiran pria mapan itu berkelana kearah yang negatif. "Iya paman, aku mau ambil yang ini," kata Arion. "Aku juga, aku mau ambil yang warna putih, sepertinya lebih menarik." Sebastian tersenyum mesum. Jika sudah seperti ini Sebastian tidak tahan menunggu 35 jam lagi. Pikirannya hanya tertuju ke malam pertama saja."Aku ambil yang ini Paman, warna hitam dan juga warna pick. Paman enak, tidak sampai 48 jam lagi. Sedangkan aku masih menunggu 10 hari." Arion menghembuskan napasnya dengan kasar."Kamu lebih muda dari ku, maka sabarlah sampai hari pernikahan mu. Jangan buat
"Kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan?" Tanya Sebastian."Ya paman, aku tahu" jawab Lily dengan tenang.""Kirimkan alamat mu saat ini. Aku akan langsung ke sana." "Baik paman."Setelah mendengar jawaban dari Lily, Sebastian memutuskan sambungan telepon."Ada apa Paman?" Tanya Arion."Ayo pergi sekarang." Sebastian berlari menuju lift yang di ikuti Arion."Paman, ada apa? Apa terjadi sesuatu terhadap Zahira?" Arion panik ketika melihat ekspresi wajah Sebastian."Mereka hanya ingin bermain-main." Sebastian meletakkan barang-barang yang sudah dibelinya di kursi penumpang dan kemudian duduk di kursi kemudi. "Tapi ada apa Paman? Tolong beritahu aku." Arion panik dan mencemaskan Zahira."Cepat pakai sabuk pengaman mu, kamu bisa pantau semuanya secara langsung." Sebastian mengaktifkan google map dan menyalakan tv yang sudah langsung terhubung ke CCTV mobil yang dikemudikan Lily. Hal ini untuk mempermudahnya melihat keadaan Lily dan juga Zahira."Paman, ada 5 mobil yang mengaku Lily."
"Apa kita langsung pulang ke mansion tuan Arion?" "Iya," jawab pria tampan 32 tahun itu, singkat. Beberapa minggu ini, dia sangat sibuk mengurus proyek mega triliun di kantor dan membutuhkan waktu untuk beristirahat. Dia bahkan sampai meminta asistennya untuk menggantikan rapat hari ini.Tak lama setelahnya, sang sopir pun segera mengemudikan mobil mewah keluaran Amerika milik Arion. Pria itu sedikit memandang ke belakang dari kaca spion yang tepat di atas kepalanya.Meskipun tampak tenang. Namun, jantungnya berdegup dengan cepat dengan rencana yang akan dieksekusi hari ini.Namun selama 6 bulan menjadi sopir pribadi seorang Arion Jackson, utungnya pria itu sudah sangat hafal seperti apa kebiasaan sang bos. Jadi, dia tidak banyak bertanya dan fokus dengan kemudinya.Di sisi lain, Arion mengambil botol air mineral yang terletak di dashboard penyimpanan minuman. Dibukanya botol minuman itu dan kemudian meminum air hingga lebih dari setengah bagian. Lidahnya seperti sedang mengec
"Tolong saya," rintih seorang pria berlumur darah, sambil memegang kaki Zahira.Bugh!Gadis itu jelas terkejut dan menjerit. Terlebih dia tidak bisa melihat wajah pria yang saat ini sudah mencium lantai. "Anda siapa?" tanya Zahira yang sudah tidak dijawab pria tersebut."Mengapa orang ini bisa masuk ke dalam rumahku, padahal aku hanya keluar sebentar saja." Zahira masih memegang kantong plastik yang berisi kopi dan cemilan, yang baru saja di belinya di warung dekat rumah. Dalam posisi seperti ini, ia tidak bisa melihat wajah dari pria tersebut.Zahira baru menyadari keteledorannya yang lupa mengunci pintu. Jika wanita lain melihat hal mengerikan seperti ini, sudah pasti akan ketakutan setengah mati. Namun tidak dengan Zahira, gadis cantik itu bahkan terlihat santai dalam menghadapi kasus yang begitu sangat menakutkan seperti saat ini. Saat akan masuk ke rumahnya, ia sempat melihat beberapa orang laki-laki bertubuh tinggi dan besar. Para lelaki itu, lalu lalang di depannya. Meskipun
Berulang kali Zahirah menolak panggilan telepon, hingga benda persegi panjang nan pipih itu berhenti berdering. Dengan cepat Zahira menonaktifkan ponsel yang terkena darah tersebut. Belum hilang rasa terkejut dengan nada dering, kini ia dikejutkan dengan tangan pria yang memegang pergelangan tangannya. "Siapa kamu? Ini dimana?" tanya pria itu seraya memegang luka di perutnya. Matanya terbuka lebar dan melihat ke langit-langit plafon gypsum berwarna putih tersebut."Saya yang harusnya bertanya. Bukannya kamu yang tiba-tiba berada di rumah saya." Zahira memandang pria itu dengan mengerutkan keningnya. Jika laki-laki itu berniat jahat maka Zahira akan lari. Sedang pria yang bernama Arion itu tidak akan bisa mengejarnya. Karena si lelaki tidak memakai sehelai benangpun."Auw." Rasa sakit di bagian luka saat di gerakkan, membuat pria berwajah tampan itu sedikit meringis. "Jangan bergerak, luka anda cukup parah." Zahira menahan tubuh si lelaki."Tidak. Aku harus pergi sekarang, masih ba