Share

44. canggung

"Eh, euhm, se-sebaikmya saya masuk..." Aku ingin menghindari percakapan canggung itu karena merasa belum siap mental.

Aku belum menyiapkan diriku untuk tertarik kepada seorang lelaki mengingat diri ini baru saja ditinggalkan oleh suami. Bukannya menolak untuk move on dan melangkah ke depan, aku hanya butuh waktu untuk menghilangkan luka yang ada di hatiku kemudian membuka lebaran baru dengan orang lain.

"Kenapa Mutia menjadi gugup dan menghindari saya?"

Aduh, kini dia menyebut namaku dengan suara yang begitu lembut hingga aku benar-benar gemetar.

"Bu-bukan begitu, Mas. Ehm, sa-saya merasa tidak enak saja dengan orang yang ada di dalam karena kita berdua duduk di luar sini."

"Bukannya ayahnya Mutia yang meminta saya untuk mengajak kamu duduk ke teras?"

"Be-benar juga, ta-tapi ..." Mendadak mulutku ganggu tenggorokanku tercekat dan aku yang biasanya bicara lantang dan tegas tiba-tiba tidak mampu mengatakan apa-apa. Entah karena aku terpukau oleh pesona mas Rusdi ataukah aura dirinya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Hartati
Mutia lemah.... apa2 nangis
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
lebay dih mutia, ngapain jg negor dan byk tanya, klu cuma ujungnya nangis. masak masih ngingat y nggak ptg.
goodnovel comment avatar
Isabella
kenapa sih Mutia negur segala cuek in aja .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status