“Hayo, tadi kamu ngapain sama Tyana di atas atap?” bisik Omen sambil menyenggol bahu Sagara. Mereka sedang dalam perjalanan menuju lapangan. Tyana juga ada di samping kanan Sagara sedangkan Omen berdiri di samping kirinya.
Sagara tidak menjawab, dia malas menimbulkan masalah baru lagi. Masalahnya dengan Tyana baru selesai, tidak boleh ada bibit masalah baru hanya karena obrolan yang tak jelas.
“Kalian bisik-bisik apa, sih?” tanya Tyana penasaran.
“Jangan kepo, Tya, ini urusan laki-laki.”
“Idih, sok banget kamu, Men.”
“Enggak usah didenger, Tya, ayo buruan jalannya,” kata Saga sambil merangkul kawan baiknya itu. Tyana tersenyum senang, perlakuan Sagara semakin hangat setelah obrolan di atap tadi.
Omen menyipitkan matanya, menatap penuh selidik pada dua orang yang berjalan semakin jauh darinya.
“Hei, tunggu aku!”
Kinerja OSIS SMA Tribakti memang selalu
Setelah dilihat, ternyata di dalam ponsel siswa itu pun banyak ditemukan gambar-gambar tidak senonoh bahkan ada juga video porno.“Tyana, catat nama dan kelas anak ini. dia harus mendapat bimbingan khusus dari guru BK nantinya,” kata sang Polwan itu lagi.“Baik, Bu,” jawab Tyana lanjut mengikuti Polwan memeriksa siswa lain.Wati dan Badar mulai diperiksa oleh Polwan dan Tyana, dua teman Badar di belakang tampak semakin ketar-ketir. Sebentar lagi giliran mereka akan tiba, akankah keduanya aman dari razia ini atau justru tertangkap basah? Mereka akan benar-benar mati kalau sampai ketahuan.“Buka tasmu!” ujar Sagara pada satu teman Badar yang baris paling belakang.Siswa itu memberikan tasnya pada Sagara untuk diperiksa. Bagian tengah, depan, belakang, sampai ke saku-saku paling kecil tak luput dari pemindaian Saga. Omen tidak berani menyentuh teman-teman Badar. Ia masih sayang nyawanya, kalau Omen nekat&mdash
Tertangkapnya Badar dan kawan-kawan sungguh menjadi berita mencengangkan yang pernah terjadi di SMA Tribakti. Ini menjadi berita baru yang tak disangka bisa datang dari sekolah sekelas Tribakti. Berbagai media memuat berita ini dan respons masyarakat pun beragam. Ada yang mengatakan bahwa hal itu tidak terlalu mengejutkan karena mustahil ada sekolah yang benar-benar bersih dari kasus kenakalan remaja.Tidak sedikit juga yang mensyukuri terbongkarnya kasus ini, dengan begitu pandangan orang-orang terhadap SMA Tribakti bisa sedikit terbuka. Terutama dari mereka yang pernah mengalami neraka di Tribakti tapi tak berani buka suara sampai sekarang. Mencuatnya pemberitaan negatif ini seolah mewakilkan perasaan yang selama ini ingin mereka sampaikan. Mereka berharap hujatan terhadap Tribakti terus mengalir deras dan ke depannya semua kebusukan sekolah itu bisa terbongkar.Badar dan teman-temannya dibawa ke pihak yang berwajib. Dari pihak Tribakti sudah memberitahu kabar itu ke
“Sudahlah, Saga, kamu jangan mengkhawatirkan si Badar. Ingat, dia itu sering merundung kamu dulu. Dia manusia paling bejat di hidup kamu. Cukup tanamkan hal itu dalam-dalam di kepalamu agar kamu tidak perlu buang-buang energi untuk sesuatu yang tidak perlu. Kita sudah sangat bekerja keras hari ini.”Sagara mengangguk, sepertinya ini memang bukan momen yang tepat untuk mendiskusikan masalah Badar dengan kedua temannya. Mereka tampak sangat kelelahan. Meski sama-sama diberi tugas berat tapi Sagara tidak sekuyu Omen, dia masih terlihat segar dan tampan seperti biasanya. Apalagi tadi dia sempat sembahyang Isya di masjid sekolah sekaligus didaulat menjadi imam salat.Momen ini menambah nilai plus dari Sagara versi sekarang. Tidak pernah terpikir di benak semua orang bahwa Sagara memiliki kemampuan melantunkan ayat suci dengan sangat baik. Suaranya merdu dan bacaannya tartil. Sagara mendapat pujian dari petinggi sekolah yang kebetulan berjamaah di sana tak
“Doi? Apa itu?”“Hm, kumat begonya,” kesal Omen, “Doi itu gebetan atau orang spesial buat kamu. Tyana spesial kan buat kamu?”“Iya,” jawab Sagara tanpa ragu, sontak Tyana tersedak makanannya sendiri. Ia buru-buru mengambil air mineral dan meneguknya sesegera mungkin.“Wanjir! Pengakuan macam apa ini?” heboh Omen sampai nasi yang ada di mulutnya tumpah-tumpah. Saga berkata seperti itu setelah Omen menyuap nasi soalnya.“Aku menjawab apa adanya, kamu bertanya apakah Tyana spesial buatku? Maka jawabannya ya, dia spesial. Kamu juga spesial. Kalian temanku sudah pasti kalian spesial.”Senyum Tyana mendatar, ternyata Sagara masih menganggapnya teman tidak lebih dari itu.“Ini kunyuk satu memang susah diajak serius. Maksud saya bukan spesial sebagai teman tapi lebih dari itu. Saya tidak masalah kok kalau kalian menjalin hubungan asmara, serius deh. Asal jangan kacangin sa
Sagara melakukan cara terbaik dan tercepat untuk tiba di kediamannya demi menemui Ningsih. Lelaki itu tidak yakin apakah Ningsih mau menemaninya atau tidak, yang jelas Sagara harus memastikannya sendiri agar dia bisa tidur nyenyak. Sagara ini memang tipikal orang yang tidak tenang sebelum memenuhi janji. Saat di Ambarwangi dulu, dia rela berjalan menembus hutan sejauh 1 KM hanya untuk mencarikan bunga langka untuk hadiah ulang tahun Larasati. Kawan seperguruan tercantik yang dia punya, sayangnya hanya perempuan itu yang tidak takluk pada mantra cinta pendekar Gara.Alih-alih suka, Larasati malah memiliki perasaan benci pada Sagara. Dia menilai Sagara terlalu sombong ketika diberi gelar pendekar nomor satu di Ambarwangi. Secara ilmu batiniah, pria itu belum pantas menyandang gelar setinggi itu. Ah, entah mengapa ketika memikirkan Ningsih malah bayangan Larasati yang muncul. Apa kabarnya perempuan galak itu? Apakah dia selamat dari peperangan tempo hari?Drrgg!Su
Tok! Tok! Tok!Sagara celingukan agar ketukannya terhadap jendela kamar Ningsih tidak mengganggu ketenangan orang-orang. Ia berani melakukan itu karena mendengar masih ada suara lalu lalang di kamar Ningsih.Tok! Tok! Tok!Ketuk Sagara lagi lebih hati-hati, “Ningsih,” panggilnya pelan. Upaya penuh ketegangan itu membuahkan hasil. Jendela kamar Ningsih terbuka dan muncullah sosok gadis manis bersurai hitam legam yang panjang. Saat malam hari rambut itu digerai begitu saja, Ningsih sudah mengenakan piama tidur panjang warna hijau tosca.“Saga,” gumam Ningsih dalam hati.Sagara melambai sambil memasang senyum lebar, “Hai,” sapanya.“Kamu ngapain di sini malam-malam?” tanya Ningsih tanpa suara namun tangannya bergerak memberi isyarat.“Aku mau minta maaf sama kamu soal janjiku pagi tadi. Aku berjanji untuk menemanimu ke suatu tempat tapi aku malah pulang telat. Tadi di sekolah sibuk ba
Badar tertunduk frustrasi sambil sesekali memukulkan kepalanya ke tembok. Sulit ia duga, keputusannya kembali ke Tribakti setelah cuti lama justru menjadi jurang menuju neraka yang sebenarnya. Lelaki itu yakin para musuhnya di luar sana sedang berpesta karena kini Badar resmi dipenjara dengan status masih tersangka.Hari ini dia baru mendapat kabar bahwa Wati dibebaskan karena terbukti tidak bersalah. Sedangkan dirinya tak terselamatkan karena pihak kepolisian tetap bersikukuh bahwa Badar adalah pengedar utama narkoba di Tribakti.Preman XII IPS 3 itu diperiksa semalaman dan diinterogasi habis-habisan. Badar terlalu lelah berontak sehingga dia lebih memilih diam dan mengabaikan semua pertanyaan polisi. Tidak peduli jika mereka mengancam akan memukulinya dia tidak bersikap kooperatif.Selama kurang lebih lima hari empat malam ia ditahan tak satu pun keluarga yang beritikad menjenguknya. Sepertinya mereka memang sudah tidak peduli pada nasib anak itu. Mau Badar di
“Kau harus mau bekerja sama denganku dalam menghancurkan Tribakti,” tukas Sagara singkat, padat, lugas.Badar tercenung sebentar, kemudian kedua pundaknya terlihat bergetar seperti sedang menahan tawa. Tak lama setelah itu tawa yang tertahan dia keluarkan sekeras mungkin. Ya, itu adalah bukti rasa geli Badar terhadap ucapan Sagara barusan.“Astaga Sagara ... lo ini sebenarnya kerasukan apa, hah? Dari awal kemunculan lo sejak hilang sikap lo jadi semakin hancur. Gue rasa bukan hanya otak lo yang amnesia. Tapi sistem saraf dalam diri lo udah rusak semua!”(Kampret ini Bocah, dia menganggap ucapanku bercanda rupanya.)“Tawaranku terdengar lucu bagimu?”“Ya! Lebih dari lucu, gue bisa ngakak sampai nanti subuh kayaknya, ha ha ha. Parah banget lo, ada gunanya juga kedatangan lo ke sini. Minimal gue bisa ketawa karena kerecehan lo, Sampah.”Badar masih lanjut menertawakan Sagara sampai keluar