Ketika semuanya sudah selesai, tubuh Awan dibanjiri oleh keringat."Apa kamu dapat melihat semuanya?" Tanya Andini begitu ia membuka matanya dan melepaskan tautan kening mereka."A-apa itu?" Tanya Awan tidak mengerti.Tubuhnya masih menyesuaikan diri dengan kejutan dalam kepalanya barusan."Aku tahu, mungkin ini tidak akan terlalu banyak membantu. Itu adalah jurus andalan milik keluargaku. Karena kamu akan menghadapi Juna, mungkin itu akan dapat membantu. Tapi, kamu harus hati-hati!""Juna itu sangat licik! Jangan terlalu memaksakan diri melawannya.""Selain itu, usahakan jangan menghadapinya secara langsung. Serangannya bersifat eksplosif, itu adalah jurus penghancur milik raja. Jadi, yang harus kamu lakukan ketika berhadapan dengan Juna adalah menghindar dan sesekali mencuri serangan darinya, paham?"Andini memberikan tips untuk menghadapi Juna. Ia tidak rela kalau Juna memanfaatkan momen ini untuk menghabisi Awan nantinya.Awan mencerna setiap kata dan saran Andini semaksimal mungk
Sementara itu, di salah satu perkampungan yang terletak lima puluh kilometer dari kampungya Awan, tampak sisa-sisa rumah penduduk yang masih mengepulkan asap. Bau asap sudah tidak menentu, karena di antara bau puing yang terbakar, juga tercium aroma daging gosong dan darah.Tidak salah, karena di sekitar tempat ini telah dipenuhi oleh banyak mayat manusia. Darah yang keluar dari tubuh mereka, bahkan sudah mengering dan berubah menjadi cairan hitam.Kabut hitam dan awan pekat mengelilingi seluruh langit.Di antara bekas puing dan tumpukan mayat tersebut, berdiri seorang pria bertelanjang dada, berusia empat puluhan. Matanya terlihat tajam dan terkesan bengis, ia bahkan tidak terpengaruh dengan keadaan mengerikan di sekitarnya.Justru dengan semua pemandangan mengerikan itu, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum kepuasan. Dari sudut matanya yang tajam, bahkan menyiratkan kalau dirinya masih menginginkan korban lebih banyak dari ini. Semua penduduk di kampung ini, telah dihabisi olehny
...Saat Jabrik dan pasukannya sedang bergerak ke kampung tuo, Awan justru harus berjibaku dengan Juna.Juna sempat melihat ketika Andini sedang mentransfer jurus andalannya pada Awan. Sekilas lihat, keduanya terlihat seperti orang sedang berpelukan dan itu membuat Juna dibakar api cemburu.Sehingga, ketika Datuk Taring Putih menyatakan pertarungan antara mereka sudah dimulai. Juna langsung menyerang Awan tanpa menahan dirinya sama sekali.Melihat itu, para penonton langsung bersorak senang."Sepertinya tuanku Juna sedang bersemangat.""Kasihan manusia itu, dia pasti sedang sial hari ini karena harus menghadapi tuanku Juna yang sedang serius.""Aku khawatir, jika dia akan berakhir dengan kondisi yang sangat menggenaskan hari ini."Andini di sisi lain, mengkhawatirkan kondisi Awan. Ia duduk dengan gelisah.Bagaimana pun, ia telah menaruh harapan yang sangat besar pada Awan. Karena itu, ia berani mentransfer kemampuan andalannya pada Awan.Masalahnya, apa Awan bisa menguasai jurus terse
Awalnya, Juna merasa cukup dengan menggunakan sepuluh persen kekuatannya untuk menghadapi Awan yang dianggapnya lemah itu. Tapi, begitu melihat senyum percaya diri Awan, membuat kebencian dalam diri Juna meningkat tajam. Segera, ia menaikkan kekuatannya mencapai lima puluh persen."Sekarang, cobalah bertahan dari serangan ini, bocah!"Wosh.Senyum di wajah Awan segera menghilang. Ia tidak menduga jika musuh akan begitu cepat serius dalam melawannya.Glek!"Bagaimana caraku menghadapinya?"Sekarang ia kebingungan menghadang serangan pamungkas Juna."Jangan panik! Gunakan level empat jurus harimau liar, induk harimau keluar mengincar mangsa."Andini mengirim pesan suara dengan menggunakan telepati. Dengan Awan berhasil menggunakan jurus yang sebelumnya di transfer oleh Andini, membuat Andini lebih mudah berkomunikasi dengan menggunakan suara bathin.Benar saja, saat serangan Juna datang menghampirinya, tubuh Awan segera dipenuhi oleh cahaya biru terang. Segera setelah itu, gerakan Awan
"Saat itu, dalam mimpi Awan, seluruh penduduk kampung tewas karena dibunuh. Itu membangkitkan emosi terdalam Awan. Saat itulah, aku melihat mata raja bangkit. Aku sempat sulit bergerak dan merasa ketakutan. Sampai ketika sorot mata keemasan itu meredup, aku baru bisa melepaskan diri dan berhasil ke luar dari alam mimpinya."Andini lalu tersenyum senang. Ketika mengatakan ini, ia seperti mendapatkan ide bagaimana cara membuat Awan bisa membangkitkan kekuatan sejatinya, meski ingatannya belum berhasil dipulihkan."Guru, bagaimana jika saya mengirimkan kilasan mimpi itu ke dalam ingatan Awan saat ini?"Puty Ambun Malam dengan cepat menggeleng dan langsung menolak ide Andini, "Tidak! Itu sangat berbahaya. Awan saat ini sedang bertarung, jika kamu mengirimkan ingatan tentang mimpi itu sekarang, itu akan dapat membuat Awan teralihkan. Akan sangat berbahaya kalau Juna memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerangnya. Bisa dipastikan, Awan akan hancur saat itu juga!"Andini tercengang."Lalu, a
"Apa yang terjadi?"Itulah yang menjadi pertanyaan semua orang saat ini.Apalagi ketika ledakan tadi, seluruh stadion terasa berguncang cukup hebat, lalu kabut menutupi pemandangan semua orang.Wosh!Para tetua menggunakan kekuatannya, dengan satu kibasan tangan, kabut yang menutupi seluruh stadion berhasil di sapu bersih.Saat ini, di tengah stadion ada dua tubuh yang sama-sama terbaring dengan jarak yang cukup berjauhan. "Oh, tidak!" Seru Andini terkejut. Ia melihat Awan terbaring dengan kondisi begitu menggenaskan, dua puluh meter dari posisi batu kalam berada."Apa pusaka raja menolaknya?" Jantung Andini seakan berhenti berdetak karena saking terkejutnya.Awan sudah cukup cerdik dengan mengecoh Juna untuk mendapatkan pusaka raja. Siapa sangka, jika pada detik terakhir, usaha tersebut ternyata gagal total.Awan mengalami cidera yang sangat parah. Sulit untuk menebak, apa ia masih hidup atau sudah mati dengan cidera separah itu. Karena, hampir semua pembuluh darahnya pecah dan seku
Datuk Taring Putih mengusap jengot putihnya pelan. Sekarang, ia tidak memiliki pilihan lebih baik selain apa yang dikemukakan oleh Datuk Paneh Jobang."Baiklah! Juna, segera ambil pusaka raja harimau dan klaim kekuatannya. Kamu akan berdiri di baris terdepan, menghadapi Samba dan kroni-kroninya. Selain itu, sampai raja Gumara terlahir kembali, Juna akan menjadi pemimpin bangsa harimau."Pernyataan Datuk Taring Putih disambut senang oleh sebagian besar penduduk bangsa harimau. Kecuali, Puty Ambun Malam, Datuk Belang Perak, Datuk Cakar Putih dan tentu saja Andini, mereka tampat berada dalam dilema yang cukup berat berat.Namun, pilihan apa yang mereka miliki saat ini? Tidak ada, karena Awan yang mereka harapkan untuk dapat mengklaim pusaka raja, pada kenyataannya telah tumbang. Pusaka raja harimau menolaknya dan bahkan menghancurkan seluruh inti kekuatannya. Para tetua dengan mata dewa mereka, bahkan tidak bisa memastikan bagaimana kondisi Awan saat ini, apa ia masih hidup atau sudah ma
Tanpa mereka ketahui, saat Awan terluka parah sebelumnya dan emosinya bangkit, itu memicu beberapa kekuatan yang terpendam di dalam tubuhnya. Kemampuan pemulihan Huo dengan cepat meregenerasi sel-sel yang yang telah rusak di dalam tubuh Awan."Tidak ada yang boleh menyakiti keluargaku.""Siapapun yang menyakiti orang-orang yang ku sayangi, harus mati."Awan bersuara dan mengucapkan kalimat yang sama sebanyak dua kali. Saat selanjutnya, ia mengangkat wajahnya dan matanya terbuka sepenuhnya, tampak pupil matanya telah berubah warna menjadi kuning keemasan."Itu, mata raja!" Seru khalayak terpana.Para tetua, juga tidak kalah tercengang, mereka sangat kenal dengan pemilik mata tersebut.Bukankah spirit Gumara sudah lenyap dari dalam tubuh Awan? Lalu, bagaimana bisa mata itu bangkit kembali? Seluruh tubuh Datuk Taring Putih bergetar hebat karena saking senangnya. Lalu, dengan penuh kesadaran, ia turun dari kursi kebesarannya dan berpindah tempat ke dekat Awan.Melihat dari dekat mata ema