Share

Bab 30 Maaf, Kau harus Pergi!

Boim melangkah dengan mantap menuju rumah Farzana, hatinya berdebar-debar campur aduk. Hari itu, langit cerah memancarkan sinar hangat di atasnya. Boim merenung sejenak tentang misinya, yaitu meyakinkan Farzana untuk menjadi asisten pribadinya. Dia yakin bahwa kehadiran Farzana akan memberikan nuansa baru dalam setiap ceramahnya, membuat pesannya lebih mendalam dan menyentuh di hati pendengar.

Ketika kaki Boim sampai di ambang pintu keluar, dari arah belakang terdengar suara orang terbatuk-batuk. Siapa lagi orang itu kalau bukan Abi Thalib, ayahnya Boim. Sang ayah berjalan mendekat ke arah putranya dan hendak bertanya.

"Kamu mau pergi ke mana pagi-pagi gini?" tanyanya.

Boim garuk-garuk kepala karena merasa grogi jika harus menjawab ingin ke rumah Farzana.

"Hhhhmm anu Abi, Boim mau...,"

"Pasti Abang mau ke rumahnya calon mantu umi ya?" sela Umi Salma yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi dua cangkir kopi.

"Kok umi tahu?" tanya Boim kepada Umi Salma.

"Ya i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status