Suara nyaring ponsel membangunkan Bram di pagi hari. Ia meraih ponselnya dari atas meja yang terletak di samping tempat tidur. Setelah selesai berbicara dengan seseorang, ia kembali menaruh ponselnya.Bram memutar kepala, tatapnya langsung disambut wajah cantik Amel, yang tertidur pulas di sampingnya. "Apa anak ini benar-benar jatuh cinta padaku?" tanya dalam batin Bram."Ah, itu tidak mungkin. Dia pasti mencoba menipuku demi mendapatkan apa yang dia mau, Tania saja yang sudah memberiku satu anak! Selalu mengatakan cinta setiap kali menginginkan sesuatu. Semua perempuan itu sama, menginginkan kemewahan." Bram kembali bergumam dalam hati.Bram menutup mata, berusaha melupakan kata cinta dari Sugar Baby-nya itu. Saat itu juga Amel terbangun dari tidurnya, ia tersenyum melihat wajah tampan Bram."Om Bram benar-benar tampan, pantas saja banyak wanita yang jatuh cinta," ucap Amel dengan lembut, namun bisa di dengar oleh Bram.Sebab pria tampan itu hanya memejamkan mata dan berpura-pura ti
Setelah dari showroom, Amel berpikir mereka akan kembali ke Apartemen. Tetapi Bram justru membawanya ke tempat lain, pria tampan itu memarkirkan mobilnya tepat di sebuah bangunan tinggi."Kita untuk apa ke sini Om," tanya Amel."Untuk membeli alat bangunan," jawab Bram dengan asal.Amel mengerutkan kening, "Tapi ini kan, toko ponsel Om.""Nah...itu kamu tahu. Terus kenapa tadi bertanya?" Amel diam, ia mengikuti langkah Bram masuk ke dalam toko. Sebenarnya Amel ingin bertanya, tetapi Bram sudah terkenal dahulu bicara."Jangan tanya lagi untuk siapa, ini sudah pasti untukku. Kamu pahami?" tegas Bram."Iya Om." Amel hanya duduk manis di samping Bram, ia diam sambil melihat Bram memilih ponsel."Ok, saya ambil yang ini saja," Bram memilih ponsel yang harganya 22 juta rupiah, dengan warna gold."Ya Tuhan, beruntung sekali wanita yang menjadi istri sah Om Bram," bisik dalam hati Amel.Dia berpikir ponsel itu pasti untuk Tania, kalau untuk Bram! Pria tampan itu tidak mungkin memilih warna
Tiga hari telah berlalu, saat ini Amel sedang dalam perjalanan menuju kampus. Ia tidak menaiki taksi lagi, karena Bram sudah mengirimkan sopir pribadi untuk Amel, menunggu wanita cantik itu bisa mengemudi sendiri."Berhenti sebentar pak," ucap Amel."Baik Nyonya." Mobil berhenti di sisi jalan, Amel menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatannya. Di sana terlihat, seorang wanita bergelayut manja di lengan seorang pria."Itu kan, istri Om Bram," bisik dalam hati Amel.Setelah 5 menit memperhatikannya, Amel meminta sopirnya untuk menjalankan mobil. Sedikitpun ia tidak berniat untuk memberitahukannya kepada Bram. Menurut Amel, itu bukan urusannya dan ia tidak berhak ikut campur dalam hubungan Bram dengan istrinya.Tetapi tidak bisa dipungkiri, kalau Amel tidak berhenti memikirkan Tania. Menurut Amel, Tania wanita yang tidak tahu bersyukur. Bram begitu menyayanginya, memberikan semua apa yang dia inginkan.Namun wanita cantik itu masih bermain api dengan pria lain. Dari segi materi, ha
Alangkah terkejutnya Bram, karena yang ada di bawah meja adalah Amel. Wanita cantik itu tersenyum manis sambil mengedipkan mata kepala Bram."Ya Tuhan, anak ini," keluh dalam hati Bram.Bram kembali fokus, ia mengabaikan Amel yang memandangnya dari bawah meja. Tetapi tangannya tidak sengaja menyentuh pena, hingga terjatuh tepat di hadapan Amel.Asisten bersiap untuk mengambilnya, tetapi Bram dengan sigap menghentikannya. "Biar aku saja," ucap Bram.Pria tampan itu menunduk untuk meraih pena, namun bibirnya langsung beradu dengan bibir Amel. "Aku mencintaimu," bisik Amel sambil tersenyum manis.Sikap Amel membuat jantung Bram dak dik duk, sekaligus berbunga-bunga di dalam sana. Bahkan Bram tersenyum tanpa sadar, yang membuat semua orang yang ada di ruangan itu merasa bingung.Tentu bingung, tidak ada yang lucu bahkan bisa dikatakan menegangkan. Tetapi bos tampan itu justru tersenyum manis.Alhasil Bram mengakhiri meeting, dan akan dilanjutkan besok pagi. Ia menyuruh asistennya ke lua
Tepat pukul 10 pagi, Amel sudah tiba di Jakarta. Ia singgah di Apartemen untuk mengganti pakaian, lalu bergegas menuju kantor Pratama Grup.Tentu Rani memberinya hukuman karena terlambat. Wanita bertubuh tinggi itu, meminta Amel untuk membersihkan seluruh kamar mandi, dari lantai 35 sampai lantai 40."Ayo cepat, ini baru 4 lantai masih ada 1 lantai lagi," desak Rani."Iya Bu." Amel segera menyelesaikan tugasnya di lantai 39, lalu bergegas ke lantai empat puluh.Saat pintu lift terbuka, Amel melihat Bram melangkah menuju lift khusus Direktur, bersama dua pria."Kamu lihat apa?" Tiba-tiba Rani bertanya."Um..tidak lihat apa-apa Bu," dalih Amel.Rani tersenyum sinis sambil melangkah ke luar dari lift, dan diikuti oleh Amel menuju kamar mandi."Apa kamu menyukai Pak Direktur?" Rani kembali bertanya.Wanita cantik itu berdiri di depan pintu, sambil memperhatikan Amel yang sedang membersihkan kamar mandi."Tidak Bu, aku tidak mungkin menyukai Bapak Direktur," jawab Amel."Kamu tidak menyuka
Sepanjang perjalanan menuju kampus, Amel tidak berhenti menatap wajah Bram yang sedang menyetir mobil. Ia tidak menyangka akan jatuh cinta kepada pria tampan satu anak itu. Awalnya dia sangat membenci Bram, tetapi seiring berjalannya waktu! Benci itu berubah menjadi cinta. Bahkan Amel tidak menyesal menyerahkan kesuciannya kepada Bram."Jangan terus memandangku, nanti kamu benar-benar jantung cinta," ucap Bram.Amel tersenyum manis, "Aku memang sudah jatuh cinta.""Kalau kamu jatuh cinta padaku, kenapa kamu memberikan nomor ponselmu kepada pria lain?" sindir Bram.Amel semakin tersenyum puas, "Om cemburu ya?" todong Amel."Ye... siapa yang cemburu?" sahut Bram sambil mengedikkan bahu."Hm... yasudah. Kalau begitu gak ada salahnya aku dekat dengan kak Bryan. Mana tahu, setelah habis kontrak dengan Om! Kami bisa berjodoh."Bram tiba-tiba menginjak rem mobilnya, "Gak boleh, kamu gak boleh dekat-dekat dengan pria lain sebelum kontraknya berkahir. Apa kamu mendengarnya?" tegas Bram, bahka
Dua hari telah berlalu, selama dua hari ini Bram dan Tania tidak berhenti berdebat. Wanita cantik berambut pendek itu, meminta Bram untuk memecat Amel dari perusahaan Pratama Grup.Semua itu karena Tania sudah mengetahui tentang status Amel, yang menjadi Surga Baby. Tentu Tania dengan mudah mengetahuinya, sebab ia meminta beberapa orang untuk mengikuti Bram dan Amel. Ia juga menjadikan Rani sebagai mata-matanya saat di kantor."Sayang, itu tidak benar," bantah Bram."Apa yang tidak benar sayang? Bahkan kamu memberikan Apartemen dan mobil untuknya! Kurang bukti apa lagi?" protes Tania."Sekarang, terserah kamu. Pilih aku atau wanita itu?" lanjut Tania.Bram bangkit dari sisi ranjang, melangkah menghampiri Tania yang berdiri di depan jendela. Kedua tangan kekarnya melingkar di pinggang istrinya."Sayang, aku minta maaf," ucap Bram dengan setengah berbisik."Tidak semudah itu sayang, kamu sudah membohongiku selama ini. Padahal aku selalu setia kepadamu, aku tidak bisa menemanimu setiap h
Suara ketukan pintu membangunkan Bram di pagi hari. Ia membuka mata dengan malas dan refleks bangkit dari tidurnya, setelah menyadari kalau ia berada di Apartemen. "Kenapa aku bisa di sini?" tanya Bram kepada dirinya sendiri.Ia menurunkan kedua kaki dari tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Tania," ucap Bram setelah membuka pintu, dan melihat orang yang mengetuk pintu adalah istrinyaTania tidak menjawab, ia menerobos masuk lalu mencari Amel ke setiap ruangan. Namun wanita cantik itu tidak terlihat di sana, bahkan lemari yang biasa dipakai Amel sudah kosong."Kamu mau ngapain, sayang?" tanya Bram yang berdiri di pintu kamar."Memastikan kalau wanita murah itu sudah pergi," jawab Tania.Bram bergegas menghampiri Tania, matanya membulat melihat pakaian Amel sudah tidak ada lagi di sana. Lemari kosong, menandakan kalau Amel sudah meninggalkan Apartemen.Di satu sisi, Bram bersyukur Amel meninggalkan Apartemen sebelum Tania datang ke sana. Di sisi lain, Bram sedih karena tidak