Share

Chapter 4 : Tertangkap di mansion

Tibalah mereka di ujung sebuah jalan dengan pemandangan rerumputan yang luas dan tidak ada lagi pohon-pohon berjajar di sisi jalan. Kendaraan mereka kini berbelok arah jalan menuju sebuah gerbang tinggi.

Flint menghentikan mobil dan membuka kaca jendela. Dia dihampiri salah seorang penjaga yang melihat ke arah sang pengemudi, lalu menyapa dan mengangkat tangannya memberi hormat.

“Tuan Flint?” ucap sang penjaga sedikit mengintip ke bagian dalam mobil.

“Buka gerbangnya,” titah Flint. 

Sang penjaga yang sesaat tadi penasaran kini sigap memberi hormat lagi, ketika Leo yang tadinya melihat ke sisi lain kini menoleh memandangnya.

“Tuan! Oh, tunggu … tunggu!”

Penjaga itu segera memberitahu rekan-rekan penjaga lainnya. Sambil berlari, dia mengibaskan tangan dengan terburu-buru, segera membukakan gerbang agar mobil itu masuk.

Flint pun kembali melajukan kendaraannya masuk, melewati sejajaran penjaga yang berdiri di samping gerbang besi tinggi yang kokoh dan berwarna hitam itu.

Saat memasuki kawasan, lampu di sisi kiri dan kanan otomatis menyala mengikuti pergerakan mobil itu. Jalanan itu tampak lurus hingga bertumpu pada satu titik dan membelah dua arah melingkari sebuah air mancur berukuran besar yang dikelilingi taman. Dua jalan itu bertemu tepat pada satu pelataran luas di hadapan sebuah bangunan besar, yaitu mansion mewah dengan gaya klasik eropa dipadukan minimalis moderen.

Mansion berdinding batu hitam itu tampak sekilas seperti kastil bernuansa gotik. Terlihat beberapa ruangan menyala dengan lampu berwarna kuning dan sedikit redup, dari arah luar jendela. Namun, suasana dini hari itu sangat terlihat gelap dengan pencahayaan minim di area halaman.

Leo melongok pelan ke sisi belakang mobil, melihat Claire yang mulai bergerak hendak bangun. Dengan segera tangannya menggapai ke belakang, menyentuh dan mengusap pelan lengan Claire agar tidak terganggu dan kembali tidur. 

Mobil itu pun menepi pada pelataran rumah yang memiliki sejumlah anak tangga. Kemudian Leo dan Flint pun keluar dari mobil. Leo melangkah membuka pintu belakang lalu membopong tubuh Claire dengan ala bridal, kepala gadis itu sengaja dihadapkan ke bagian dada bidangnya agar nyaman dan tetap tertidur pulas. 

Leo menaiki tangga perlahan saat Claire sempat menggeliat pelan. Dia pun menyadarinya dan semakin mengeratkan pelukan agar gadis itu tidak jadi terbangun. 

Mereka pun sampai di ujung anak tangga. Flint yang lebih dulu berjalan, beralih pada dinding hitam di sebelah daun pintu. 

"Agen GS398, membuka akses," ucap Flint sambil menghadap ke arah alat pengenal suara. 

Sebuah layar sentuh dilapisi kaca anti peluru yang bergeser otomatis pada dinding batu berwarna hitam itu saat Flint menyebutkan kode. Sensor wajah pun muncul agar setelahnya sebuah layar sentuh muncul menampilkan kode yang dimiliki masing-masing agen. Flint pun memasukkan sejumlah kode angka. Kemudian muncul sebuah suara dari perangkat itu.  

"Akses diterima. Selamat datang agen Flint." 

Sangat ekstra untuk sebuah mansion yang menggunakan teknologi. Sedangkan fungsi gagang pada pintu kupu-kupu berukuran besar itu jarang sekali digunakan, yang hanyalah sebagai kamuflase.

Leo dan Flint kemudian masuk ke dalam ruangan dan segera menuju ke arah tangga, lalu berjalan ke lantai atas menuju sebuah kamar.

Dalam hati Leo, sangat untung Claire tidak bangun, karena pasti akan kembali melontar pertanyaan dari bibir mungilnya.

Flint membukakan pintu kamar itu, kemudian meninggalkan Leo yang masuk ke dalam dan  menaruh Claire di atas tempat tidur berukuran besar itu dengan sangat hati-hati.

Leo dengan telaten melepaskan sepatu yang dikenakan Claire, kemudian menarik selimut tebal di ujung kaki untuk menutupi tubuh gadis itu. Karena udara malam itu di semakin terasa dingin. Pria itu kemudian berjalan pelan ke arah jendela kamar sambil membuka jaket dan kaus yang dipakainya dan menuju kamar mandi.

Samar-samar dari arah tempat tidur, mata Claire membuka tipis melihat tubuh atletis Leo dari arah belakang, dalam ruangan yang sangat redup pencahayaan itu. Namun, rasa kantuk yang begitu hebat membuatnya kembali lagi terlelap, dia merasa itu hanya bagian dari mimpi.

***

Keesokan paginya. Claire kini perlahan menggeliat pelan lalu merentangkan tubuhnya. Tidurnya begitu nyenyak semalaman. Ketika dia menyingkap selimut yang sudah turun di bagian perut,  dia perlahan membuka mata. Pandangannya tampak buram hingga semakin jelas memandang ke langit-langit kamar, dia pun sontak membelalakkan mata.

Kedua tangannya yang terentang meraba-raba sisi kiri dan kanan, baru menyadari bahwa dia tidur di sebuah kasur yang berukuran besar dan sangat nyaman. Claire pun bangun terduduk, melihat ke sekeliling dengan kebingungan. Dia berteriak sekuat tenaga.

“Aa …!!” Claire pun segera menutup mulutnya sendiri, kemudian bergumam panik, “Apakah aku diculik? Leo, di mana dia? … Flint? Apakah mereka kini sudah berada di ruang bawah tanah dan disekap!” Pikiran Claire berlari ke mana-mana, persis mengarah pada adegan film dan novel bergenre thriller yang dia baca.

Claire pun menurunkan kakinya dari atas tempat tidur, lalu bangkit dan berjalan mengendap-endap mendekati pintu. Pelan-pelan dia menarik gagang pintu kamar dan berhasil keluar. Langkahnya tidak tentu, pikirannya hanya untuk segera mencari keberadaan Leo.

Saat dia berjalan pelan, ada beberapa orang dengan pakaian khas pelayan berjalan ke arahnya, secepatnya Claire bersembunyi di balik sebuah vas bermotif china berukuran sangat besar. Gadis itu kini melihat sebuah tangga, dia perlahan turun merapat ke pagar anak tangga sambil merunduk. Dia memandangi rumah besar itu dengan perasaan cemas, dia terburu-buru berkeliling mencari jalan keluar dari rumah besar itu. 

Terdengar dari sisi ruangan lain, samar suara beberapa orang sedang bercakap-cakap. Claire pun berjalan kembali melintasi luar ruangan itu, mengendap-endap bertelanjang kaki. Dia lalu berjalan ke bagian belakang bangunan, karena merasa yakin jika tidak aman melalui pintu depan. 

Saat Claire mendekat pada bagian yang tampak seperti dapur, terdengar langkah sepatu berjalan cepat ke arahnya. Akan tetapi, gadis itu pun kembali merunduk bersembunyi saat orang bersepatu tadi melewatinya, dan menghentikan langkah saat seorang pelayan menghampiri.

“Maaf, Tuan Muda. Nona itu tidak ditemukan di kamarnya!” ucap pelan si pelayan wanita.

Pria itu mendesah kesal, kemudian menekan tombol pada ponsel layar datarnya. Hingga panggilan pun tersambung, dia menemukan sumber bunyi sebuah dering ponsel dari balik tembok. Perlahan-lahan dia menghampiri arah suara itu.

“Claire? Apa yang kau lakukan?”

“Kau siapa, ka-kau …?” tanya Claire yang panik karena ketahuan.

Leo menghela napas lega, “Ini aku, Leo.” Dia pun menoleh sekilas ke arah pelayan wanita tadi sambil mengibaskan tangannya.

“Leo. Rambutmu cokelat. Mana kumis tipismu?” Mata Claire masih memindai seluruh wajah Leo yang sedikit berbeda dari sebelumnya.

“Ini aku! Ayo, percayalah.”

“A-apa mereka melepaskanmu? Apa kau baik-baik saja? Ayo kita pergi dari sini, nanti mereka bisa menemukan kita!” ucap Claire dengan sedikit berbisik.

“Wah, sepertinya kita harus kabur. Ayo, kita jalan lewat sini!” Leo menyentak kepalanya dan meraih lengan Claire untuk menuntunnya. Dia mulai mengerti yang dipikirkan Claire saat ini dan coba mengikuti cara berpikir gadis itu.

Mereka berdua pun berjalan perlahan-lahan merapat pada setiap objek dalam ruangan itu agar tidak ketahuan penjaga yang berada di ruang depan.

“Kenapa pelayan tadi membiarkanmu?” Claire masih berjalan mengendap-endap.

“Dia berbaik hati ingin membebaskan kita!” balas Leo dengan berbisik.

“Bagaimana dengan Flint? Apa dia sudah mati?!” ucap Claire dengan nada takut.

Leo memutar bola matanya, lalu tersenyum kecil. Dia tetap mengikuti dengan berjalan mengendap-endap. Hingga dia pun berjalan menuju ruangan khusus dengan pintu yang terbuka, kemudian masuk diikuti oleh Claire.

Saat Leo menutup pintu, tiba-tiba suara seorang pria dari dalam ruangan itu mengejutkan keduanya.

Claire dan Leo pun memutar tubuh melihat ke arah suara.

“Apa yang sedang kalian lakukan?!” ucap seorang pria dengan nada tegas.

Claire pun membelalak ngeri dengan sosok yang dilihatnya. “Leo, kita tertangkap!” pekiknya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Komalasari
𝙼𝚊𝚜 𝙻𝚎𝚘, 𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚔𝚞𝚝𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚙
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status