Amora mengulum senyum, memeluk mertua yang baru 1 bulanan dia temui dan kenal. Sungguh baik mertuanya itu.
"Bunda Vanza, katanya mau bikinin makanan buat aku?" Amora mengurai pelukannya.
Vanza yang sempat sakit kini sudah sangat sehat, sakit yang mungkin di sebabkan rasa rindunya pada anaknya.
Semua sudah kembali normal, sidang putusan pun sudah selesai minggu kemarin dan Ali dinyatakan tidak bersalah.
Jayden mangut - mangut, mendengarkan apa yang di ucapkan Ali. Besannya yang lebih tua 6 tahun itu.
"Jadi, akan mencalonkan lagi?" tanya Jayden jenaka.
"Ah, lebih baik memimpin keluarga dulu.. Gara - gara masalah kemarin - kemarinkan saya tidak bisa memimpin rumah tangga saya dan kumpul bersama.
"Istri kamu cemburuan ya, Res?" wanita dengan rambut ikal sepinggang itu terkikik geli.Junior hanya mengulum senyum, mendudukan tubuhnya di atas karpet yang ada di ruang belajar dengan pintu di biarkan terbuka itu.Junior tidak mau ambil resiko, dia tidak mau Amora banyak pikiran selama mengandung dan membuat kedua orang tercintanya kenapa - kenapa."Tatapannya kayak mau makan aku, jambakannya pasti sakit.." kikiknya lagi."tapi gemes, lucu.. Kalian beda usia berapa? Kayaknya dia baru lulus SMA ya?" tanyanya.Junior mengangguk dengan senyum tipis."Dia baru lulus, Tan.." balasnya.Tania mangut - mangut."Keliatan, masih muda.." kedua matanya memperhatikan Junior, aura seorang suami memang beda.Tania bisa melihat kalau Junior sangat cinta pada i
Amora berusaha bangun, dia ingin pipis dan tidak bisa menahan lagi. Junior yang terlelap di sampingnya ingin dia bangunkan namun kasihan, semalaman sudah memijit dan mengusap punggungnya yang tidak nyaman itu.Junior yang siaga sontak terbangun saat merasakan pergerakan."Kemana?" Junior membuka matanya walau berat."Pipis, kak. Ga kuat.." Amora turun dengan susah payah, nafasnya bahkan mulai terengah walau hanya bergerak turun dari kasur.Junior bangun, tidak peduli dengan kantuk yang menggelayut. Di papahnya Amora, membantunya saat melepas CD."Ha ~ leganya ~ " Amora melempar senyum pada Junior, menatapnya lugu dengan perut dan pipi sama bengkaknya. Lucu.Junior mengulum senyum, kantuk di matanya jadi hilang seolah terbius kemanisan Amora.
Dari jam 5 pagi, Amora sudah mengeluh mulas. Amora terus menangis di pelukan Junior yang memapahnya untuk berjalan - jalan di koridor rumah sakit bersalin itu.Biar lahirannya lancar, katanya di buat jalan - jalan dulu.Amora mencengkram lengan Junior yang melilit di perutnya dengan nafas terengah, mulas di perutnya sungguh membuatnya tidak tahan."Bisa sayang, anak kita sebentar lagi lahir.." Junior berujar lembut, mencoba menenangkannya walau sebenarnya dia pun cemas.Keduanya sama - sama pengalaman pertama."Ga kuat.." Amora semakin lemas, Junior yang sedari tadi menahannya memutuskan untuk menggendong dan membawanya ke dalam ruangan.Dokter menyambutnya dengan tenang."Biar di periksa dulu,
Junior mengusap bahu Amora, menyemangati dan menenangkannya yang lagi - lagi mengungkit soal tidak bisanya dia mengandung lagi."Kata dokter emang ga bisa, padahal aku mau kasih kamu anak perempuan.." suara Amora terdengar lirih.Semua perasaannya campur aduk, di tambah lelah karena mengurus dua bayi sekaligus tanpa mau di bantu baby sister."Jangan sedih, aku merasa puas punya si kembar." akunya tulus.Amora mengeratkan pelukannya, mencoba menekan air matanya yang bandel itu."Bunda kayaknya udah tidur, apa si kembar hari ini rewel?" Junior mengusap punggung Amora dan sesekali mengecup kepalanya."Bunda emang udah tidur dari jam 8 malem, si kembar engga rewel hari ini, anteng.." di sekanya air mata dan ingus y
Amora menatap box berisi bayi yang berada di depan pintu gerbang rumahnya. Hari ini semua penghuni terlihat heboh saat melihat ada yang membuang bayi di depan rumah."Arum, anak yang waktu itu ibunya kita tolong. Kita yang tebus dia di rumah sakit." Amora menatap Junior yang tengah mengamati bayi yang lebih tua beberapa bulan dari Zein dan Aka itu.Junior membiarkan bayi perempuan itu merangkak, tertawa lucu saat melihat si kembar yang tengah duduk di sekitaran mainan.Zein yang lebih aktif mendekati bayi perempuan itu. Zein bahkan mengecup pipi bayi manis itu, mencubit pipinya seolah mendapat mainan baru.Amora mengamatinya dengan senyuman, tangannya yang memegang surat itu mengerat.
Grecia menggeleng, matanya merebak basah. Gadis yang kini memasuki usia 3 tahun itu terlihat semakin manis."Halus mau." Zein berseru dengan wajah seriusnya yang lucu."tata mommy, adik halus nulut cama kaka."lanjutnya.Aka hanya menatap keduanya dengan tenang. Fokusnya kini beralih pada Junior yang tengah membaca koran.Aka beranjak, melangkah pelan dengan kakinya yang mungil di lapisi jeans itu."Dad," panggil Aka dengan mendongkak menatap Junior yang kini menoleh.Junior melipat korannya."Hm, ada apa anak tampan, daddy?" tanyanya dengan menggendong Aka ke pangkuan.Aka tidak menjawab, tangan mungilnya terulur pada koran, seolah mengkode pada Junior agar mendekatkannya.
Hallo semuanya, semoga selalu sehat dan bahagia. Tidak terasa ya, sudah berada di akhir kisah Amora dan Junior. Butuh banyak mood agar bisa berakhir dengan happy ending. Tapi, untungnya bisa Chanie lalui. Chanie ucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang membaca cerita ini dari awal sampai akhir. Terima kasih banyak dukungannya (づ ̄ ³ ̄)づ(●´∀`)ノ♡ pokoknya terima kasih. Dan ini bonus buat kalian. •Teruntuk Amora, dari Junior• Duniaku awalnya malam tanpa pagi, Ada mentari yang perlahan menyinari, Aku yang sendiri, tiba - tiba ada kamu di sisi, Hati yang kian terisi, Hari - hari yang kian berganti, Semua tentangmu, Amora sang pujaan hati.
Geogken Areska Rulzein, panggil saja Zein atau Gar-panggilan dari para sahabatnya. Zein adalah salah satu anak kembar yang terlahir dari rahim Razelia Amora Rulzein dengan sperma dari pria gagal menua bernama Nizar Areska Guntara atau yang sering di panggil Junior.Zein begitu nyentrik setelah usia kian bertambah, penampilan yang cukup urakan dengan tatto menghiasi lengan bisepnya. Padahal dia masih SMA, tapi sudah senakal anak dua puluhan. Mungkin karena gaulnya bersama para orang dewasa di Club.Club, tempat tongkrongannya. Para wanita adalah hiburannya. Penatnya kota dengan banyak penduduk dan kemacetan membuat Zein selalu mencari hiburan.Sangat berbeda dengan kembarannya yang lebih dulu lahir itu. Begitu pendiam dan berprestasi di sekolah. Geogren Areska Rulzein, nama kembaran Zein dan sering di panggil