Pagi ini mak Odah benar-benar dibuat pusing oleh tingkah Gerry, karena putranya itu benar-benar bertingkah sangat aneh.Sesudah meminum perasan jeruk lemon dan juga memakan belimbing wuluh, Gerry meminta mak Odah untuk membuatkan Gerry semur jengkol.Padahal di rumah Gita tidak tersedia jengkol mentah, tentu saja hal itu menyulitkan mak Odah. Karena itu artinya dia harus pergi ke pasar terlebih dahulu, padahal dia sangat malas untuk pergi ke mana pun."Ayolah, Mak. Buatin Gerry semur jengkol, kayaknya enak." Gerry berusaha untuk merayu ibunya tersebut, dia berharap jika mak Odah akan mengabulkan permintaannya."Gerry! Dulu kamu pernah berhenti makan jengkol karena Neng Gita, apa kamu mau melihat Neng Gita kebauan? Bahkan bisa-bisa Neng Gita tidak mau deket-deket sama kamu loh," ucap Mak Odah.Gerry langsung menolehkan wajahnya ke arah Gita, dia menatap wajah wanita itu dengan penuh permohonan. Bahkan, dia memeluk pinggang istrinya yang memang dari tadi ada di sampingnya."Bebeb, Aban
Saat tiba di ruang makan, Gita makan semur jengkol tersebut dengan begitu lahap. Nasi hangat dicampur dengan semur jengkol membuat Gita makan sambil memejamkan matanya.Wanita itu terlihat begitu menikmati makanan yang dibuatkan oleh mertuanya, mak Odah begitu senang dibuatnya. Walaupun Gerry tidak memakan semur jengkol tersebut, tetapi ada Gita yang memakannya.Gerry yang memesannya justru malah memilih menghindar, dia pergi ke dapur dan meminta bibi untuk membuatkan roti isi. Gerry sama sekali tidak mau duduk satu ruangan dengan Gita, karena dia merasa kebauan dengan jengkol yang dimasak oleh mak Odah.Setelah roti isi yang dibuat oleh bibi jadi, Gerry bahkan memakan roti isi tersebut di dalam dapur. Mak Odah sampai benar-benar merasa sangat kesal dibuatnya."Makan, Mak. Jangan liatin Gita aja," ucap Gita kala melihat mak Odah yang hanya memerhatikan dirinya memakan masakan yang sudah dibuatkan oleh wanita itu."Ah! Iye," jawab Mak Odah.Wanita itu langsung mengambil piring untuk di
"Hah? Maksudnya?" tanya Gilang bingung.Gerry sangat paham jika Gilang saat ini sedang patah hati, dia harus menghibur sahabatnya tersebut agar tidak terlalu larut dalam kesedihannya.Gerry juga harus menuntun Gilang agar tidak melakukan hal-hal yang di luar dugaan, karena biasanya orang yang patah hati akan melakukan hal yang aneh-aneh.Gerry menepuk-nepuk pundak sahabatnya tersebut, dia tersenyum dengan begitu hangat lalu kembali berkata."Lupakan wanita seperti Gina, mulailah kehidupan baru. Dengan nomor ponsel yang baru, siapa tahu nanti kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang baru." Gerry melebarkan senyumnya, dia berharap jika Gilang akan ikut tersenyum.Sayangnya pria itu tidak tersenyum sama sekali, bahkan wajahnya berubah menjadi lebih muram. Gerry menjadi heran dibuatnya.Sebelum menikah Gerry hanya merasakan berpacaran satu kali saja dengan Gita, bahkan wanita itu kini sudah menjadi istrinya.Dia tidak pernah sekalipun mengalami yang namanya patah hati, jadinya dia bingung h
Selepas shalat maghrib Jelita nampak bersolek di depan cermin, dia memakai celana pendek yang hanya menutupi bokongnya. Dia juga memakai baju tanpa lengan yang panjangnya hanya sebatas pusar, Jelita terlihat begitu seksi.Wajah cantiknya dia poles dengan make up tipis, tetapi bibirnya dia poles dengan gincu berwarna merah. Warna yang begitu kontras dengan kulit putihnya, tetapi dia sangat suka.Rambutnya sengaja dia urai agar terlihat lebih cantik, tidak lupa dia pakai bandana kain agar terlihat lebih menarik."Sudah oke banget nih gue, sekarang saatnya gue pergi ke rumah Gendis. Gue pengen pastiin apakah benar Gerry benar-benar sudah menikah dengan tante Gita," ucap Jelita.Percaya?No! Jelita tidak bisa percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Gendis, justru Jelita merasa jika apa yang dikatakan oleh Gendis adalah kebohongan semata.Judulnya dia tidak akan merasa percaya jika tidak melihat dengan mata kepalanya sendir
"Jangan ngelamun aje, Gerry. Udah dua hari libur, tapi kerjaan elu malah duduk sambil ngelamun. Kaga ada kegiatan ape gitu?" Mak Odah mengelus-elus punggung putranya, pria berusia dua puluh tahun yang nampak duduk di depan meja belajarnya sambil melamun.Wanita yang berusia tiga puluh sembilan tahun itu nampak begitu menyayangi putranya, putra semata wayang yang dia besarkan sendirian."Kaga pengen pergi, Mak. Kaga ada temennye, si Gilang lagi pergi ama ceweknya."Sebenarnya Gerry ingin sekali pergi, pergi bersama dengan teman dekatnya, Gilang. Namun, dia tidak bisa pergi bersama dengan temannya itu karena Gilang sudah ada janji temu dengan kekasihnya.Berbeda dengan Gerry yang tidak punya pacar, karena dia merasa jika yang namanya pacaran itu pasti butuh modal besar. Tidak ada wanita saat ini yang hanya mau diajak pacaran tanpa dikasih jajan.Setidaknya kalau diajak malam mingguan, pasti harus jajan semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Hem, mana sanggup Gerry. Belum beliin pulsany
Tadi malam Gerry tidak bisa tidur dengan lelap, karena setelah tutup warung, Gerry malah teringat akan apa yang dia lihat saat di danau.Dia juga malah teringat akan apa yang dilakukan oleh sejoli yang ada di parkiran alun-alun, malang sekali nasibnya, karena belum pernah melakukannya dan bahkan belum memiliki kekasih.Namun, walaupun seperti itu dia tetap bangun saat pagi hari tiba. Karena dia harus melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik, dia juga ingin melakukan hal yang membuat dirinya penasaran.Selepas shalat subuh dia pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya di sana, karena menurutnya itu adalah waktu yang tepat.Gerry memang belum pernah bercinta dengan seorang wanita, tetapi naluri kelelakiannya menuntun dirinya untuk bisa mencari kepuasan walaupun bukan bergumul dengan seorang wanita.Pagi masih begitu gelap, matahari belum menampakkan sinarnya. Walaupun seperti itu, sudah banyak manusia yang terbangun dari tidurnya dan mulai beraktivitas. Dari mulai aktivitas
"Ck! Mesti ngelakuin apa coba gue sekarang? Bingung gue, haduh!"Gelisah, takut, kesal dan juga rasa sesak kini sedang menyelimuti perasaan Gerry. Dia benar-benar malu dan tidak tahu harus berkata apa jika bertemu dengan ibunya.Gerry terlihat mondar-mandir dengan tidak jelas di dalam kamarnya, dia benar-benar merasa bingung harus berbuat apa saat ini.Sungguh dia benar-benar malu karena sudah ketahuan oleh ibunya, padahal saat dia mau melakukannya, Gerry sudah memastikan jika ibunya tidak ada di kediamannya."Astogeh! Gue mesti ngapain ini? Kalau mau keluar kamar, malu rasanya ketemu emak," keluh Gerry.Gerry menghela napas berat, kemudian dia segera mengambil bajunya. Namun, saat dia hendak memakai bajunya, tubuhnya terasa sangat lengket dengan keringat karena kegiatan olah raga paginya."Ck! Mau mandi malu ada emak di luar, nggak mandi badan gue lengket banget. Vangke emang!" gerutu Gerry.Gerry yang hanya menggunakan handuk saja terlihat membuka sedikit pintu kamarnya, kemudian di
Gerry sempat menatap pintu kamar ibunya yang tertutup, tetapi tidak lama kemudian pria yang memang sedang gamang itu menuruti apa yang dikatakan oleh Mak Odah, dia masuk ke dalam warung milik ibunya.Setelah mengambil beberapa bungkus roti, akhirnya Gerry pergi ke kostan Gilang, sahabat dari Gerry. Sahabat yang selalu ada di kala dirinya susah dan juga senang.Kalau untuk pergi ke kampus rasanya sangat tidak mungkin, karena waktu baru menunjukkan pukul enam pagi.Dia pergi dengan menggunakan motor Vespa kesayangannya, motor Vespa milik sang ayah. Motor tua yang selalu menemani Gerry ke mana pun dia pergi.Sebenarnya Gerry merasa risih, karena banyak orang yang mengejek dirinya. Mereka berkata jika Gerry tidak pantas memakai motor Vespa itu.Badan Gerry yang jangkung terlihat jomplang ketika memakai motor Vespa, tetapi walaupun seperti itu dia merasa bangga karena motor itu adalah motor peninggalan dari sang ayah."Lang, buka pintunya dong. Gue mau numpang ngopi," teriak Gerry.Cukup l