Selepas shalat maghrib Jelita nampak bersolek di depan cermin, dia memakai celana pendek yang hanya menutupi bokongnya. Dia juga memakai baju tanpa lengan yang panjangnya hanya sebatas pusar, Jelita terlihat begitu seksi.
Wajah cantiknya dia poles dengan make up tipis, tetapi bibirnya dia poles dengan gincu berwarna merah. Warna yang begitu kontras dengan kulit putihnya, tetapi dia sangat suka.Rambutnya sengaja dia urai agar terlihat lebih cantik, tidak lupa dia pakai bandana kain agar terlihat lebih menarik."Sudah oke banget nih gue, sekarang saatnya gue pergi ke rumah Gendis. Gue pengen pastiin apakah benar Gerry benar-benar sudah menikah dengan tante Gita," ucap Jelita.Percaya?No! Jelita tidak bisa percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Gendis, justru Jelita merasa jika apa yang dikatakan oleh Gendis adalah kebohongan semata.Judulnya dia tidak akan merasa percaya jika tidak melihat dengan mata kepalanya sendir"Makasih banyak ya, Gerry. Makan malamnya enak, sekarang waktunya elu benerin hape gue." Gilang memberikan ponsel miliknya kepada Gerry.Selepas kepergian Jelita, mereka melaksanakan makan malam dengan begitu ceria. Tidak ada raut wajah tidak mengenakan dari keempat orang tersebut."Beres, gue benerin lagi. Kalem aja," ujar Gerry seraya melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.Gita dan juga Gendis mengikuti langkah kedua pria itu, saat tiba di ruang keluarga Gita melihat Gerry yang duduk dengan Gilang. Karena tidak mau mengganggu obrolan kedua sahabat itu, Gita langsung bersuara."Yang, aku mau tidur duluan. Lelah banget aku tuh.""Ya ampun! Padahal akunya belum ngapa-ngapain kamu loh, kok udah kecapean aja?" Sontak saja mendengar akan hal itu Gita langsung memelototkan matanya, begitupun dengan Gilang dan juga Gendis. Mereka refleks langsung memukul pundak Gerry."Astagfirullah! Gue punya bokap kok mesum amat, ya?"
Gelapnya langit masih sama seperti tadi malam, tetapi Gendis sudah terbangun dari tidurnya. Tidur malam ini dia rasa begitu gelisah, karena dia teringat akan tes kehamilan yang akan dilakukan oleh ibunya. Wanita muda itu mengucek matanya, dia duduk dan meregangkan otot-ototnya yang masih terasa kaku."Ya ampun! Aku sudah tidak sabar untuk menemani mom periksa kehamilan," ujar Gendis seraya turun dari tempat tidur.Waktu baru menunjukkan pukul 4 pagi, tetapi Gendis sudah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk shalat subuh. Hari ini hatinya merasa sangat baik, dia bahagia karena sebentar lagi akan memiliki adik.Selama ini dia merasa kesepian, karena di rumah besar itu biasanya hanya ada dia sendiri saja. Gita memang selalu memberikan perhatiannya di saat ada di rumah, tetapi tetap saja dia merasa kesepian karena di rumah itu hanya ada dia sendiri ketika Gita sedang sibuk bekerja.Sepuluh menit kemudian, Gendis sudah ke
"Jangan ngelamun aje, Gerry. Udah dua hari libur, tapi kerjaan elu malah duduk sambil ngelamun. Kaga ada kegiatan ape gitu?" Mak Odah mengelus-elus punggung putranya, pria berusia dua puluh tahun yang nampak duduk di depan meja belajarnya sambil melamun.Wanita yang berusia tiga puluh sembilan tahun itu nampak begitu menyayangi putranya, putra semata wayang yang dia besarkan sendirian."Kaga pengen pergi, Mak. Kaga ada temennye, si Gilang lagi pergi ama ceweknya."Sebenarnya Gerry ingin sekali pergi, pergi bersama dengan teman dekatnya, Gilang. Namun, dia tidak bisa pergi bersama dengan temannya itu karena Gilang sudah ada janji temu dengan kekasihnya.Berbeda dengan Gerry yang tidak punya pacar, karena dia merasa jika yang namanya pacaran itu pasti butuh modal besar. Tidak ada wanita saat ini yang hanya mau diajak pacaran tanpa dikasih jajan.Setidaknya kalau diajak malam mingguan, pasti harus jajan semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Hem, mana sanggup Gerry. Belum beliin pulsany
Tadi malam Gerry tidak bisa tidur dengan lelap, karena setelah tutup warung, Gerry malah teringat akan apa yang dia lihat saat di danau.Dia juga malah teringat akan apa yang dilakukan oleh sejoli yang ada di parkiran alun-alun, malang sekali nasibnya, karena belum pernah melakukannya dan bahkan belum memiliki kekasih.Namun, walaupun seperti itu dia tetap bangun saat pagi hari tiba. Karena dia harus melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik, dia juga ingin melakukan hal yang membuat dirinya penasaran.Selepas shalat subuh dia pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya di sana, karena menurutnya itu adalah waktu yang tepat.Gerry memang belum pernah bercinta dengan seorang wanita, tetapi naluri kelelakiannya menuntun dirinya untuk bisa mencari kepuasan walaupun bukan bergumul dengan seorang wanita.Pagi masih begitu gelap, matahari belum menampakkan sinarnya. Walaupun seperti itu, sudah banyak manusia yang terbangun dari tidurnya dan mulai beraktivitas. Dari mulai aktivitas
"Ck! Mesti ngelakuin apa coba gue sekarang? Bingung gue, haduh!"Gelisah, takut, kesal dan juga rasa sesak kini sedang menyelimuti perasaan Gerry. Dia benar-benar malu dan tidak tahu harus berkata apa jika bertemu dengan ibunya.Gerry terlihat mondar-mandir dengan tidak jelas di dalam kamarnya, dia benar-benar merasa bingung harus berbuat apa saat ini.Sungguh dia benar-benar malu karena sudah ketahuan oleh ibunya, padahal saat dia mau melakukannya, Gerry sudah memastikan jika ibunya tidak ada di kediamannya."Astogeh! Gue mesti ngapain ini? Kalau mau keluar kamar, malu rasanya ketemu emak," keluh Gerry.Gerry menghela napas berat, kemudian dia segera mengambil bajunya. Namun, saat dia hendak memakai bajunya, tubuhnya terasa sangat lengket dengan keringat karena kegiatan olah raga paginya."Ck! Mau mandi malu ada emak di luar, nggak mandi badan gue lengket banget. Vangke emang!" gerutu Gerry.Gerry yang hanya menggunakan handuk saja terlihat membuka sedikit pintu kamarnya, kemudian di
Gerry sempat menatap pintu kamar ibunya yang tertutup, tetapi tidak lama kemudian pria yang memang sedang gamang itu menuruti apa yang dikatakan oleh Mak Odah, dia masuk ke dalam warung milik ibunya.Setelah mengambil beberapa bungkus roti, akhirnya Gerry pergi ke kostan Gilang, sahabat dari Gerry. Sahabat yang selalu ada di kala dirinya susah dan juga senang.Kalau untuk pergi ke kampus rasanya sangat tidak mungkin, karena waktu baru menunjukkan pukul enam pagi.Dia pergi dengan menggunakan motor Vespa kesayangannya, motor Vespa milik sang ayah. Motor tua yang selalu menemani Gerry ke mana pun dia pergi.Sebenarnya Gerry merasa risih, karena banyak orang yang mengejek dirinya. Mereka berkata jika Gerry tidak pantas memakai motor Vespa itu.Badan Gerry yang jangkung terlihat jomplang ketika memakai motor Vespa, tetapi walaupun seperti itu dia merasa bangga karena motor itu adalah motor peninggalan dari sang ayah."Lang, buka pintunya dong. Gue mau numpang ngopi," teriak Gerry.Cukup l
Gerry langsung menutup mulutnya mendapat pertanyaan dari nenek tua itu, dia kini bingung harus berkata apa.Hari ini perasaan Gerry Sadewa sedang tidak baik-baik saja, dia benar-benar merasa sial dengan apa yang dia lalui hari ini. Berkali-kali dia mendapatkan kesialan, kini bahkan dia harus dimaki oleh seorang wanita tua yang tidak dia kenal.Sebenarnya ingin sekali Gerry menyahuti ucapan dari perempuan tua itu, sayangnya dia masih menghargai yang namanya wanita. Terlebih lagi ibunya juga adalah seorang single parent.Wanita yang berjuang sendiri untuk kesejahteraan hidupnya dan juga dirinya, dia tidak mau menyakiti wanita. Akhirnya Gerry memilih untuk meminta maaf."Maaf ya, Bu. Saya sudah salah, permisi," ucap Gerry pada akhirnya.Gerry dengan cepat membeli air mineral satu botol dan segera pergi dari sana, dia memutuskan untuk pergi ke taman yang lokasinya tidak jauh dari kampus."Ya Tuhan, ngga semangat banget gue pagi ini. Malu banget dah kalau ingat tadi pagi, semoga aja kalau
Tidak percaya, itulah yang Gerry Sadewa rasakan saat ini. Rasanya terlalu banyak kejutan di hari ini. Terlalu banyak hal yang tidak terduga dan membuat kepalanya pening.Mendengar gadis itu memanggil Gita dengan sebutan mom, rasanya dia tidak percaya jika Gita sudah memiliki anak seumuran dengan dirinya. Karena dilihat dari sisi mana pun Gita belum begitu tua, dia masih terlihat sangat muda.Jika bersanding dengan wanita di sampingnya, Gita dan wanita itu terlihat seperti adik kakak. Atau mungkin gadis itu adalah anak adopsi, pikir Gerry."Ada apa Gerry? Kenapa melihat kami seperti itu?" tanya Gita.Gita tersenyum ketika melihat Gerry memandang dirinya dan juga Gendis secara bergantian, apalagi ketika melihat wajah Gerry yang keheranan saat menatap dirinya, sungguh dia merasa lucu."Anu, Tante. Saya---"Gerry malah kembali terdiam, pria muda itu nampak bingung harus berkata apa. Melihat Gerry yang hanya diam saja, Gita terlihat menggelengkan kepalanya. Lalu, dia pun menegur pria muda