Share

Konyol

Gerry sempat menatap pintu kamar ibunya yang tertutup, tetapi tidak lama kemudian pria yang memang sedang gamang itu menuruti apa yang dikatakan oleh Mak Odah, dia masuk ke dalam warung milik ibunya.

Setelah mengambil beberapa bungkus roti, akhirnya Gerry pergi ke kostan Gilang, sahabat dari Gerry. Sahabat yang selalu ada di kala dirinya susah dan juga senang.

Kalau untuk pergi ke kampus rasanya sangat tidak mungkin, karena waktu baru menunjukkan pukul enam pagi.

Dia pergi dengan menggunakan motor Vespa kesayangannya, motor Vespa milik sang ayah. Motor tua yang selalu menemani Gerry ke mana pun dia pergi.

Sebenarnya Gerry merasa risih, karena banyak orang yang mengejek dirinya. Mereka berkata jika Gerry tidak pantas memakai motor Vespa itu.

Badan Gerry yang jangkung terlihat jomplang ketika memakai motor Vespa, tetapi walaupun seperti itu dia merasa bangga karena motor itu adalah motor peninggalan dari sang ayah.

"Lang, buka pintunya dong. Gue mau numpang ngopi," teriak Gerry.

Cukup lama Gerry menunggu di depan pintu kostan milik Gilang, hingga sepuluh menit kemudian barulah Gilang keluar dengan hanya memakai sarung saja.

Gilang terlihat bertelanjang dada, bahkan rambutnya terlihat acak-acakan. Gerry merasa risih melihat keadaan Gilang yang seperti itu.

"Heh, busi Supra. Kenapa elu setengah bugil kaya gini? Elu kaya bocah baru sunat terus abis obat biusnya," celetuk Gerry.

Gilang hanya mencebikkan bibirnya seraya mengusap wajahnya yang masih terlihat ada belek dan juga ilernya itu, Gerry sampai bergidik dibuatnya.

"Ck! Cewek gue nginep di kostan, jadinya ya gitu deh!" jawab Gerry seraya menggedikkan kedua bahunya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Gilang, otak Gerry pun langsung bertraveling. Dia jadi membayangkan jika semalaman suntuk pasti Gilang sudah bercinta dengan kekasihnya itu.

Pantas saja Gilang hanya memakai sarung saja, pikirnya. Pasti semalaman Gilang tidak memakai sehelai benang pun, karena ada selimut hidup yang menghangatkan.

"Aih! Enak bener bisa nge---"

"Hush! Mulut elu dijaga, jangan ngomong sembarangan!" pungkas Gilang seraya membekap mulut Gerry.

Gerry langsung menepis tangan Gilang, lalu dia mengerucutkan bibirnya. Sungguh dia merasa iri karena teman-temannya itu bisa hidup dengan bebas dan bisa menikmati yang namanya surga dunia kapan pun mereka inginkan.

Padahal, Gilang hanyalah seorang perantau. Akan tetapi, uang kiriman dari kedua orang tuanya tidak pernah kurang.

Hanya saja, satu hal yang Gerry anehkan. Kenapa pacar dari Gilang selalu mau diajak terbang ke nirwana, padahal Gilang tidak pernah membelikan barang-barang mewah ataupun mengajak pacarnya makan di tempat romantis dengan modal wah.

Gilang hanya menaklukkan hati kekasihnya dengan gombalan-gombalan receh yang menurutnya sangat garing, terkadang gombalan Gilang itu membuat telinganya sakit.

"Iya, iya. Gue ngga ngomong macem-macem lagi, gue mau numpang ngopi boleh nggak? gue bawa banyak roti nih," ucap Gerry.

Gilang langsung memelototkan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Gerry, di dalam kamar kostnya ada kekasihnya yang masih dalam keadaan polos tanpa sehelai pun.

Kekasihnya masih tertidur dengan pulas, rasa-rasanya dari pada mengajak Gerry masuk ke dalam kamar kostnya, lebih baik burungnya yang masuk kembali ke dalam sarangnya.

Olah raga pagi sepertinya akan sangat menyenangkan, dari pada ngopi bareng Gerry, sahabatnya.

"Mohon maaf nih, bukannya gue kejam sama elu. Tapi, gue masih ada urusan yang harus gua kerjain. Sorry, ye? Elu numpang ngopinya di tempat lain aje," ucap Gilang seraya membenarkan sarungnya.

Karena burungnya mulai menggeliat dia siap bersiul saat mengingat tubuh polos sang kekasih, dia takut Gerry tahu jika miliknya sudah berdiri tegak.

"Astogeh! Teman dekat gue cuma elu doang, gue numpang ngopi di mana lagi coba?" tanya Gerry dengan sedih.

Gilang terlihat menggaruk pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa gatal, tapi dia sungguh tidak ingin melewatkan acara jungkat-jungkit pagi ini dengan sang kekasih.

"Di kampus aja, di kantin," jawab Gerry dengan enteng. Karena dia tidak mau melepaskan kesempatan untuk melakukan anu-anu dengan pacarnya.

"Elu jahad!" ketus Gerry.

Setelah mengatakan hal itu, Gerry langsung menaiki motor Vespanya, dia ingin segera pergi ke mana pun. Asalkan tidak bertemu dengan Gilang.

Sebenarnya, dia ingin pulang saja. Dia ingin ngopi dan memakan rotinya di rumah, rasanya akan lebih menyenangkan baginya.

Namun, setelah dia pikir-pikir, dia lebih baik mencari tempat lain saja, pikirnya. Karena untuk saat ini, pulang ke rumah adalah hal yang sangat menakutkan baginya.

Karena walau bagaimanapun juga, dia tidak mau melihat wajah kecewa mak Odah. Dia ingin membiarkan ibunya merenung sendirian meratapi kekecewaannya.

Saat di pertengahan jalan menuju kampus, Gerry berpikir jika dirinya lebih baik membeli air putih saja. Karena itu akan lebih menghemat pengeluaran.

Dia bisa memakan roti di taman sebelum dia pergi ke kampus, rasanya itu lebih menarik dari pada harus berdiam diri di kantin kampus sendirian saja.

"Apes banget dah ah nasib gue," ucap Gerry ketika memarkirkan motornya di depan Mart. Dia masih merasa kesal terhadap sahabatnya, Gilang.

Setelah mengatakan hal itu, Gerry terlihat melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Mart. Gerry masuk ke dalam Mart seraya menghentak-hentakan kedua kakinya dengan mulutnya yang terus saja menggerutu.

"Akh!"

Terdengar suara pekikan seorang wanita yang dirasa begitu seksi di telinga Gerry, Gerry yang tanpa sengaja menabrak seorang wanita langsung membungkukkan badannya beberapa kali sebagai permintaan maaf.

''Maaf, Bu, Tante. Eh? Kakak, saya tidak sengaja," ucap Gerry.

Dia merasa tidak enak hati karena sudah menabrak orang lain, karena terlalu kesal dia malah tidak memperhatikan jalan yang dia lalui.

"Iya, saya maafkan. Tapi, belanjaan saya jatuh loh. Tolong ambilin dong," pinta wanita itu.

Mendengar ucapan dari wanita yang berada di hadapannya, Gerry berusaha untuk menatap wajah wanita itu.

"Ah, iya, Kak. Eh? Tante," jawab Gerry kikuk karena wanita di hadapannya terlihat begitu cantik dan juga seksi.

Wanita itu memakai dress selutut berwarna navy, baju itu terlihat memeluk tubuh mungil wanita itu. Wajahnya boleh terlihat berumur, tapi bodynya sangat aduhai.

Gerry memunguti belanjaan milik wanita itu yang berserakan di atas lantai, setelah itu dia memberikannya kepada wanita tersebut.

"Ini, Tante. Eh? Kakak, maaf sekali lagi." Gerry tersenyum kikuk.

Wanita itu memindai penampilan Gerry, pria yang berada di hadapannya terlihat begitu tampan dengan tubuhnya yang begitu tinggi.

Sayangnya, baju yang dipakai oleh Gerry terlihat tidak berkualitas. Baju yang Gerry pakai seperti baju yang suka dijajakan di pasar tradisional yang berdampingan dengan ikan asin dan juga kembang 7 rupa.

"Iya, ngga apa-apa. Oh iya, kenalin. Nama aku, Gita, kamu boleh panggil aku Tante Gita." Wanita cantik itu mengulurkan tangan kanannya.

Gerry tersenyum, kemudian dia membalas uluran tangan wanita itu dengan senyum sumringah di wajahnya.

"Gerry, Tante. Senang bisa berkenalan dengan Tante," ucap Gerry.

Setelah tautan tangan mereka terlepas, Gerry menghirup tangannya yang baru saja bersentuhan dengan wanita yang berada di hadapannya.

Wanita yang baru saja berkenalan dengan Gerry itu nampak tertawa mendengar ocehan dari pria muda yang berada di hadapannya, apalagi ketika melihat kelakuan dari Gerry.

"Aih! Kamu tuh lucu bener, Tante tinggal ya. Semoga kita bisa bertemu lain waktu," ucap Gita.

"Ah, iya, Tante," jawab Gerry.

Gita tersenyum dengan begitu manis, kemudian dia meninggalkan Gerry yang masih terbengong-bengong menatap dirinya dengan penuh rasa kagum.

Gita terlihat masuk ke dalam mobil mewah yang terparkir tepat di samping motor Vespanya, tidak lama kemudian Gita nampak meninggalkan Mart tersebut.

Gerry terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya seraya bersiul, dia begitu mengagumi body aduhai milik Gita.

Gita terlihat sudah berumur, tetapi wajahnya terlihat begitu cantik. Bodynya juga terlihat aduhai, bemper depan dan belakangnya terlihat menggembung dengan sempurna.

Hal itu membuat otak Gerry bertraveling, rasa-rasanya tangan Gerry ingin menyentuh dan mengelus lembut bemper milik Gita.

"Wow, dia cantik sekali. Semoga saja suatu saat aku bisa memiliki pacar yang bodynya seindah tante Gita," ucap Gerry.

"Maaf, anda mau beli atau tidak? Anda menghalangi jalan saya," ucap seorang wanita tua yang hendak masuk ke dalam Mart.

Gerry yang sedari tadi berdiri di depan pintu Mart langsung menggeserkan tubuhnya, lalu dia tersenyum kecut dan berkata.

"Maaf, sa--"

"Kalau ada utang dibayar, jangan terbengong-bengong depan Mart sambil senyum-senyum. Nanti gila loh," ucap wanita tua itu.

Mendengar apa dikatakan oleh wanita tua itu, Gerry hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan sempurna. Andai saja yang ada di hadapannya itu wanita muda, sudah dapat dipastikan jika Gerry akan melayangkan protesnya.

"Dasar wanita tua tidak ada akhlak, kalau sa--"

"Ngomong apa kamu?" tanya wanita tua itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status