Setelah melakukan perjalanan selama lima belas menit, akhirnya Nawaf dan juga mak Odah sudah sampai di sebuah Resto mewah tempat di mana dulu mak Odah bekerja.Dulu tempat itu merupakan rumah makan yang ramai pengunjung tetapi tidak mewah seperti sekarang, setelah sepuluh tahun berlalu rumah makan itu kini sudah menjadi Resto mewah tetapi dengan harga yang bersahabat."Kita pesan ruang privat aja ya, Nyai. Biar lebih enak dan leluasa makannya," ajak Nawaf.Dia ingin menghabiskan banyak waktu berduaan saja bersama dengan istrinya, dia ingin membicarakan banyak hal dengan istrinya tanpa didengar banyak orang. Namun, melihat raut wajah istrinya, sepertinya wanita itu tidak suka dengan apa yang diusulkan oleh Nawaf."Jangan, Abang. Mahal, kita makannya berbaur sama yang lain aje. Lebih nikmat dan lebih murah, Bang." Mak Odah tersenyum manis, Nawaf langsung mencuil dagu istrinya.Padahal jika mau memesan makanan yang termahal pun, Nawaf bisa membayarnya. Namun, istrinya seolah mengatakan j
Keiko jadi mengira jika pria yang dia cintai selama ini ternyata adalah buaya, karena pria itu selalu bersikukuh berkata mencintai istrinya. Namun, kali ini dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Nawaf bermesraan dengan wanita cantik yang hampir seumuran dengan dirinya.Nawaf merasa kesal sekaligus lucu dengan apa yang dikatakan oleh Keiko, karena wanita itu sudah salah menduga. Nawaf tersenyum ke arah Keiko, lalu pria itu berkata."Karena perempuan yang ada di samping aku ini, wanita cantik yang menemani aku makan siang kali ini adalah istriku. Wanita yang selalu aku cintai dan selalu aku sayangi," ucap Nawaf seraya menatap wajah Keiko dengan serius.Dia memperhatikan raut wajah Keiko, wanita yang selama 5 tahun ini selalu saja berusaha untuk memilikinya. Wanita yang selalu berusaha untuk bisa menjadi istrinya.Dulu juga Gita terobsesi ingin memilikinya, bahkan dengan sukarela Gita berkata ingin menjadi istri keduanya.Namun, Gita tidak pernah melakukan hal yang tidak senonoh
"Nyai! Jadi, putra kita kerja di--"Nawaf tidak bisa meneruskan ucapannya, dia begitu kaget mengetahui hal tersebut. Mak Odah yang melihat reaksi dari suaminya langsung tersenyum dan berkata."Perusahaan asing, Abang. Putra kita kerja di perusahaan asing dari negeri Korea, Aye bangga bener ame die. Die hebat bener, kan?" Mengetahui putranya bekerja di perusahaan asing, tentu saja Nawaf sangat bahagia. Namun, dia tidak menyangka jika putranya ternyata bekerja di perusahaan miliknya.Pemuda yang dia angkat untuk menjadi pegawainya, pria muda yang tidak mau memberitahukan identitas aslinya ternyata adalah putranya sendiri.Pantas saja Nawaf begitu percaya kepada pemuda yang bekerja kepadanya itu, padahal pria itu tidak memberikan identitas aslinya. Pria muda itu hanya memberikan nama penanya saja, tetapi dia tidak takut jika pria itu akan mengambil pekerjaannya.Nawaf langsung menuntun istrinya untuk duduk di sampingnya, dia elus puncak kepala istrinya dengan begitu lembut lalu Nawaf be
"Jangan ngelamun aje, Gerry. Udah dua hari libur, tapi kerjaan elu malah duduk sambil ngelamun. Kaga ada kegiatan ape gitu?" Mak Odah mengelus-elus punggung putranya, pria berusia dua puluh tahun yang nampak duduk di depan meja belajarnya sambil melamun.Wanita yang berusia tiga puluh sembilan tahun itu nampak begitu menyayangi putranya, putra semata wayang yang dia besarkan sendirian."Kaga pengen pergi, Mak. Kaga ada temennye, si Gilang lagi pergi ama ceweknya."Sebenarnya Gerry ingin sekali pergi, pergi bersama dengan teman dekatnya, Gilang. Namun, dia tidak bisa pergi bersama dengan temannya itu karena Gilang sudah ada janji temu dengan kekasihnya.Berbeda dengan Gerry yang tidak punya pacar, karena dia merasa jika yang namanya pacaran itu pasti butuh modal besar. Tidak ada wanita saat ini yang hanya mau diajak pacaran tanpa dikasih jajan.Setidaknya kalau diajak malam mingguan, pasti harus jajan semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Hem, mana sanggup Gerry. Belum beliin pulsany
Tadi malam Gerry tidak bisa tidur dengan lelap, karena setelah tutup warung, Gerry malah teringat akan apa yang dia lihat saat di danau.Dia juga malah teringat akan apa yang dilakukan oleh sejoli yang ada di parkiran alun-alun, malang sekali nasibnya, karena belum pernah melakukannya dan bahkan belum memiliki kekasih.Namun, walaupun seperti itu dia tetap bangun saat pagi hari tiba. Karena dia harus melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik, dia juga ingin melakukan hal yang membuat dirinya penasaran.Selepas shalat subuh dia pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya di sana, karena menurutnya itu adalah waktu yang tepat.Gerry memang belum pernah bercinta dengan seorang wanita, tetapi naluri kelelakiannya menuntun dirinya untuk bisa mencari kepuasan walaupun bukan bergumul dengan seorang wanita.Pagi masih begitu gelap, matahari belum menampakkan sinarnya. Walaupun seperti itu, sudah banyak manusia yang terbangun dari tidurnya dan mulai beraktivitas. Dari mulai aktivitas
"Ck! Mesti ngelakuin apa coba gue sekarang? Bingung gue, haduh!"Gelisah, takut, kesal dan juga rasa sesak kini sedang menyelimuti perasaan Gerry. Dia benar-benar malu dan tidak tahu harus berkata apa jika bertemu dengan ibunya.Gerry terlihat mondar-mandir dengan tidak jelas di dalam kamarnya, dia benar-benar merasa bingung harus berbuat apa saat ini.Sungguh dia benar-benar malu karena sudah ketahuan oleh ibunya, padahal saat dia mau melakukannya, Gerry sudah memastikan jika ibunya tidak ada di kediamannya."Astogeh! Gue mesti ngapain ini? Kalau mau keluar kamar, malu rasanya ketemu emak," keluh Gerry.Gerry menghela napas berat, kemudian dia segera mengambil bajunya. Namun, saat dia hendak memakai bajunya, tubuhnya terasa sangat lengket dengan keringat karena kegiatan olah raga paginya."Ck! Mau mandi malu ada emak di luar, nggak mandi badan gue lengket banget. Vangke emang!" gerutu Gerry.Gerry yang hanya menggunakan handuk saja terlihat membuka sedikit pintu kamarnya, kemudian di
Gerry sempat menatap pintu kamar ibunya yang tertutup, tetapi tidak lama kemudian pria yang memang sedang gamang itu menuruti apa yang dikatakan oleh Mak Odah, dia masuk ke dalam warung milik ibunya.Setelah mengambil beberapa bungkus roti, akhirnya Gerry pergi ke kostan Gilang, sahabat dari Gerry. Sahabat yang selalu ada di kala dirinya susah dan juga senang.Kalau untuk pergi ke kampus rasanya sangat tidak mungkin, karena waktu baru menunjukkan pukul enam pagi.Dia pergi dengan menggunakan motor Vespa kesayangannya, motor Vespa milik sang ayah. Motor tua yang selalu menemani Gerry ke mana pun dia pergi.Sebenarnya Gerry merasa risih, karena banyak orang yang mengejek dirinya. Mereka berkata jika Gerry tidak pantas memakai motor Vespa itu.Badan Gerry yang jangkung terlihat jomplang ketika memakai motor Vespa, tetapi walaupun seperti itu dia merasa bangga karena motor itu adalah motor peninggalan dari sang ayah."Lang, buka pintunya dong. Gue mau numpang ngopi," teriak Gerry.Cukup l
Gerry langsung menutup mulutnya mendapat pertanyaan dari nenek tua itu, dia kini bingung harus berkata apa.Hari ini perasaan Gerry Sadewa sedang tidak baik-baik saja, dia benar-benar merasa sial dengan apa yang dia lalui hari ini. Berkali-kali dia mendapatkan kesialan, kini bahkan dia harus dimaki oleh seorang wanita tua yang tidak dia kenal.Sebenarnya ingin sekali Gerry menyahuti ucapan dari perempuan tua itu, sayangnya dia masih menghargai yang namanya wanita. Terlebih lagi ibunya juga adalah seorang single parent.Wanita yang berjuang sendiri untuk kesejahteraan hidupnya dan juga dirinya, dia tidak mau menyakiti wanita. Akhirnya Gerry memilih untuk meminta maaf."Maaf ya, Bu. Saya sudah salah, permisi," ucap Gerry pada akhirnya.Gerry dengan cepat membeli air mineral satu botol dan segera pergi dari sana, dia memutuskan untuk pergi ke taman yang lokasinya tidak jauh dari kampus."Ya Tuhan, ngga semangat banget gue pagi ini. Malu banget dah kalau ingat tadi pagi, semoga aja kalau