Share

Lebih Baik Bekerja

Gerry merasa jika dia memiliki teman yang tidak ada akhlak, tetapi herannya hanya dia yang selalu mengerti dirinya. Memahami dirinya dan selalu mau menemani dirinya.

Di saat jam kuliah dimulai, Gerry benar-benar tidak bisa fokus dalam belajar. Apalagi ketika melihat Gilang yang terus saja tersenyum seraya memandangi dosen cantik yang sedang memberikan penjelasan, ibu Gumilang namanya.

Wanita asal Palembang dengan bodi yang aduhai, bamper depannya terlihat biasa saja. Namun, bamper belakangnya terlihat sangat aduhai.

Sesekali Gilang akan mengusap-usap paha dalamnya, tetapi matanya begitu fokus saat melihat ibu Gumilang. Bibirnya terlihat menganga, pikiran pria itunya sepertinya sedang ber-travelling entah ke mana.

Rasanya dia benar-benar iri dengan hidup Gilang yang selalu terlihat indah di dalam setiap harinya, tidak seperti dirinya yang dirasa begitu suram.

"Ck! Seharusnya gue itu banyak-banyak bersyukur, karena masih ada emak gue yang baik hati, mau kerja keras dan sayangin gue," ucap Gerry lirih seraya menatap wajah mupeng Gilang.

Dalam hati dia bertanya-tanya, bukankah Gilang semalam suntuk menghabiskan waktu untuk bercinta dengan pacarnya? Bahkan tadi pagi saja si entong sarapan terlebih dahulu dibandingkan dengan tuannya.

Lalu, kenapa Gilang masih terlihat kehausan saat menatap ibu Gumilang, pikirnya. Sikapnya sudah seperti bayi yang tidak sabar untuk meminum asi.

"Haish! Sungguh terlalu," ucap Gerry seraya menggelengkan kepalanya.

Pukul satu siang Gerry sudah selesai dengan kuliahnya, dia memutuskan untuk segera pulang saja ke kediamannya.

Sebenarnya Gilang sempat mengajak Gerry untuk bermain di kostannya, sahabatnya itu berkata ada film baru yang bisa ditonton dan bisa dijadikan edukasi.

Awalnya Gerry mau ikut ke kostan Gilang, tetapi setelah Gilang berkata jika film itu adalah film anu-anu dengan gaya terbaru, Gerry langsung memukul Gilang dengan tas ransel miliknya dan meninggalkan temannya itu dengan kekesalan yang luar biasa.

Hanya karena melihat sepasang orang yang sedang anu-anu di danau saja, dia bisa bisa melakukan hal yang tidak-tidak. Hal yang sangat memalukan dan membuat dia malu bertemu dengan ibunya.

Ketika Gilang berkata jika dia sering bercinta dan rasanya sangat nikmat, Gerry masih biasa saja. Karena dia tidak terangsang hanya dengan cerita dari Gilang saja, tapi melihat yang live seperti itu, Gerry malah langsung melakukannya.

Lalu, apa yang akan terjadi jika Gerry menonton film anu-anu, pikirnya. Gerry takut jika dia akan melakukan hal yang lebih gila lagi dari itu.

"Kalau gue nonton film anu-anu, yang ada gue bisa ngiler pengen anu-anu. Lah, pacar aja gue nggak punya. Terus, siapa nanti yang bisa gue eksekusi. Masa boneka Pororo yang selalu nemenin gue tidur?" gerutu Gerry seraya melajukan motor Vespanya.

Walaupun dia masih merasa canggung untuk bertemu dengan ibunya, tetapi itu lebih baik dari pada pergi ke kostan Gilang untuk menonton film anu-anu.

Karena jika dia pulang ke rumah, dia bisa membantu mak Odah untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Atau mungkin, Gerry bisa membantu ibunya untuk menjaga warung. Warung kopi yang sudah menghidupi dirinya sejak lama.

Saat tiba di halaman rumah sederhana milik mak Odah, Gerry langsung memarkirkan motornya. Lalu, dia tersenyum ketika melihat ibunya yang sedang melayani pembeli.

Padahal, tadi pagi ibunya berkata jika dia akan tidur saja. Akan tetapi, sekarang Gerry begitu senang karena melihat ibunya sudah kembali beraktivitas seperti biasanya.

Walaupun, masih ada raut sendu di wajahnya. Akan tetapi, jika mak Odah sudah mulai beraktivitas, itu artinya keadaan hatinya sudah mulai membaik.

"Assalamualaikum, Emak. Gerry pulang!" teriak Gerry seraya melangkahkan kakinya untuk menghampiri mak Odah.

Setelah mengatakan hal itu, Gerry langsung memeluk ibunya dan mengecupi pipi ibunya seperti biasanya. Mak Odah yang sedang membuat mie rebus langsung menggedikkan kedua bahunya agar Gerry melepaskan pelukannya.

"Hais! Emak udah nggak sayang lagi sama Gerry? Kok dipeluk aja nggak mau?" tanya Gerry dengan bibir yang mengerucut.

"Waalaikumsalam, Gerry. Bukannya begitu, Gerry Kesatria Gagah Perkasa. Emak lagi bikin mie rebus. Kamu mau kesiram air panas?" tanya Mak Odah seraya mengangkat sodet panas.

Mendengar pertanyaan dari ibunya, sontak Gerry langsung melepaskan pelukannya. Dia bahkan sampai memundurkan kakinya beberapa langkah.

Hal itu Gerry lakukan karena memang apa yang dikatakan oleh mak Odah benar adanya, ibunya itu sedang membuat mie rebus. Dia tidak boleh mengganggu kalau memang tidak mau tersiram air panas.

"Emak, bener. Kalau gitu, Gerry ke dalam ya, Mak. Emak masakin apa buat Gerry? Gerry laper banget, Mak," ujar Gerry.

Mak Odah menghela napas panjang, dia tahu jika dirinya sedang kesal terhadap putranya. Namun, tetap saja dia mengutamakan keperluan putranya.

"Iya, Emak udah masak. Emak bikin semur jengkol sama teri kacang kesukaan Gerry, sekarang Gerry makan dah sono," jawab Mak Odah.

Gerry melebarkan senyumnya karena ternyata ibunya itu masih begitu menyayangi dirinya, buktinya dalam keadaan marah pun ibunya masih begitu mementingkan dirinya.

"Wah, Emak memang paling the best. Gerry sayang Emak. Makasih ya, Mak!" ucap Gerry seraya menghampiri ibunya lalu mengecupi pipi mak Odah dan pergi masuk ke dalam rumah.

Dalam hati Gerry merasa sangat bahagia, karena walaupun ibunya terlihat marah tetapi tetap saja mak Odah membuatkan makanan favorit Gerry.

Keesokan harinya.

"Gerry, kamu nggak bawa motor?" tanya Mak Odah.

"Ngga, Mak," jawab Gerry.

Mak Odah merasa aneh karena putranya akan pergi kuliah, tetapi tidak memakai motor kesayangannya. Padahal, biasanya Gerry akan pergi ke mana pun dengan motor itu.

"Mogok?"

Gerry langsung menggelengkan kepalanya, karena pada kenyataannya motor Vespanya itu memang baik-baik saja.

"Kaga Emakku yang bohaynya ngga ketulungan, cuma lagi pengen naik angkot aja." Gerry nyengir kuda.

Mak Odah langsung mengernyitkan dahinya dengan dalam, rasanya tidak mungkin jika Gerry lebih mementingkan naik angkot daripada naik motor Vespanya.

"Enakan juga naik motor, Gerry. Ngapain naik angkot? Entar dempet-dempetan pan kaga enak sempit."

"Enakan yang sempit, Mak. Pan nanti kalau dempet-dempetan ama cewek pan lumayan, siapa tau entar ada satu yang nyantol," canda Gerry.

Candaan Gerry langsung dibalas dengan gelengan kepala oleh ibunya, karena menurutnya ucapan Gerry itu benar-benar tidak baik.

"Gerry, sekolah dulu yang bener. Nanti kalau udah kerja baru nyari pacar, pacaran itu mahal. Pacar itu kudu dijajanin, bukan digombalin doang!" nasihat Mak Odah.

"Iya, Emak. Oh iya, Mak. Siang ini Gerry sudah mulai kerja paruh waktu, Gerry pulang malem ya, Mak. Jangan rindu ya, Mak," jujur Gerry.

Mak Odah benar-benar kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Gerry, tadi malam putra kesayangannya itu tidak mengatakan apa pun kepada dirinya.

Rasanya terlalu tiba-tiba jika Gerry mengatakan akan bekerja di pagi hari ini, lagi pula Gerry masih kuliah. Mau kerja apa, pikirnya.

"Eh? Kamu mau kerja apaan?" tanya Mak Odah.

Gerry kebingungan harus menjawab apa, kalau mengatakan jadi asistennya Gita, sepertinya tidak mungkin. Takutnya mak Odah tidak akan percaya, atau mungkin mak Odah akan salah sangka.

"Gerry? Kerja apa?" tanya Mak Odah.

"Ehm! Pelayan, Mak. Jadi pelayan Restoran," jawab Gerry.

Gerry terlihat gugup setelah mengatakan hal itu, Ini pertama kalinya Gerry berbohong kepada ibunya karena takut akan dimarahi jika dia berkata dengan jujur.

"Kamu ngga bohong, kan, sama Emak?" tanya Mak Odah seraya menatap Gerry dengan tatapan menyelidik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status