"Anu, Mak. Itu---"Gerry terdiam mendengar pertanyaan dari ibunya, dia juga merasa begitu kaget dengan nominal angka yang dia terima dari bayaran atas pekerjaan yang dia lakukan.Gerry memang dijanjikan akan mendapatkan sepuluh persen pendapatan dari keuntungan yang perusahaan dapatkan, tetapi dia tidak menyangka jika pendapatannya akan sebesar itu.Melihat Gerry yang hanya diam saja, Gita dan juga mak Odah nampak saling pandang. Lalu, Gita mengelus lengan suaminya dan kembali bertanya."Tolong jawab pertanyaan aku, Sayang. Tolong jangan pernah ada rahasia di antara kita, tolong jangan melakukan hal yang aneh-aneh di belakang aku." Gita menatap Gerry dengan tatapan yang begitu sulit untuk diartikan."Kamu tahu, Gita, aku begitu malu bersanding dengan kamu. Karena kamu adalah wanita cantik yang begitu sempurna, kamu mempunyai skill yang tinggi, usaha yang banyak dan juga uang yang begitu melimpah. Aku malu kepada kamu, karena sebagai lelaki aku belum bisa menafkahi kamu."Walaupun Gita
"Gue kagak nyangka kalau tuh mantu sempurna nyatanya penjahat yang ulung," ujar Mak Odah.Mak Odah berjalan keluar dari dalam warung dengan kekesalan, kekecewaan dan juga kesedihan yang luar biasa di dalam hatinya.Dia tidak menyangka jika menantunya adalah pemilik perusahaan tempat di mana dulu suaminya bekerja, dengan seperti itu kemungkinan besar Gita juga ikut campur dalam memulangkan suaminya ke negeri asalnya.Dia tahu jika suaminya memang salah karena tidak mentaati aturan, pria itu tinggal di tanah air tetapi masih menggunakan kewarganegaraan asing. Namun, tetap saja dia merasa kecewa setelah mengetahui jika Gita adalah pemilik perusahaan di mana tempat suaminya bekerja."Mak! Tunggu sebentar, Emak nggak mau dengerin dulu apa yang Gita katakan?" tanya Gerry dengan raut kecewa di wajahnya.Ya, Gerry kecewa karena ternyata ibunya tidak mau mendengarkan penjelasan dari Gita, padahal menurut Gerry semuanya bisa diselesaikan dengan kep
"Yeobo, jika saja aku tahu ada ponsel kamu ini. Aku pasti bisa melepas rindu dengan mantap wajah kamu walaupun hanya lewat video," ujar Mak Odah.Mak Odah tidak bisa tidur sampai malam menjelang, karena dia begitu sibuk menonton video yang ada di dalam galery ponsel milik suaminya. Terkadang dia tertawa, terkadang dia menangis.Dia bahkan sampai menghabiskan baterai ponsel milik suaminya, barulah dia berhenti menatap layar ponsel milik suaminya itu."Aku jadi semakin rindu, aku merasa kalau kita semakin dekat. Kapan kita bisa bertemu lagi Yeobo?" tanya Mak Odah.Gerry yang tahu ibunya belum tidur malah duduk di depan kamar tidur ibunya tersebut, dia menyalakan laptopnya dan kembali mengerjakan pekerjaannya.Ada tugas baru yang harus dia kerjakan, dia baru saja mendapatkan pesan lewat email yang dikirimkan dari perusahaan kepada dirinya. Di sana tertulis jika pemimpin perusahaan tersebut sedang ada dalam kegiatan pribadi.Gerry di
Wanita paruh baya itu langsung menepuk jidatnya mendengar pertanyaan dari Nawaf, pria yang berada di hadapannya berkata jika dia sudah sepuluh tahun tidak bertemu dengan anak dan juga istrinya.Tentu saja pria itu harus datang ke rumah RT, agar dia tahu ke mana pergi anak dan istrinya tersebut. Karena jika rumah itu sudah terjual, itu artinya pak RT menjadi saksi penjualan rumah tersebut."Tanyakan istri dan anakmu pada pak RT sana, jangan tanya sama saya," ujar wanita paruh baya itu.Setelah mengatakan hal itu, wanita paruh baya itu masuk ke dalam rumah tersebut. Hari sudah sangat malam, dia enggan melayani ucapan Nawaf yang dia rasa sangat tidak nyambung."Ya ampun, haruskah aku pergi ke rumah pak RT?" tanya Nawaf dengan bingung.Untuk sesaat Nawaf terdiam, dia merasa kebingungan harus melakukan apa. Kalaupun memang dia harus bertanya kepada pak RT, waktu sudah sangat malam. Dia takut mengganggu kegiatan orang lain."Ck! Apa ak
Pria yang sejak tadi menikmati bakso itu langsung menyimpan mangkok bakso tersebut di atas gerobak kang bakso, lalu dia menghampiri Gerry dan menatap wajah pria muda itu dengan lekat.Dia menatap Gerry dengan penuh telisik, matanya bahkan tidak berhenti menelisik tubuh Gerry dari mulai ujung kepala sampai ujung kaki. Wajah Gerry yang begitu mirip dengan dirinya, hal itu membuat dia tidak ragu untuk bertanya."Kamu, Gerry, kan?" tanya pria itu seraya tersenyum dengan air mata yang tidak berhenti turun.Pria itu langsung mengusap-usap lengan Gerry dengan begitu lembut, tatapan matanya tidak pernah lepas dari wajah Gerry. Dia tatap mata itu dengan lekat, mata berwarna coklat sama persis dengan mak Odah, lalu dia tatap wajah Gerry yang seakan membuat dia sedang menatap dirinya di usia muda.Gerry masih terdiam, mulutnya seakan terkunci dengan rapat. Dia terlihat kebingungan harus mengatakan apa, dia benar-benar seperti patung yang bernyawa.Gerry memang begitu merindukan sosok pria yang b
Gerry tersenyum bahagia karena ayahnya sudah pulang, pria yang selalu dia tanyakan keberadaannya kini berada di dalam satu atap yang sama bersama dengan dirinya.Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan kepada pria itu, sayangnya bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan banyak kata.Bahkan, dia merasa ingin memeluk pria itu dengan waktu yang cukup lama. Sayangnya, dia melihat sorot kerinduan yang begitu besar dari mata bapaknya untuk sang Ibu tercinta.Mungkin jika Gerry belum menikah, dia tidak akan paham, tetapi kini pria muda itu sudah memiliki istri, dia sangat paham bagaimana rasa rindu yang tertahan terhadap istrinya.Dia bahkan sangat paham apa yang ingin dilakukan oleh seorang pria jika tidak bertemu dalam waktu yang lama dengan istrinya, tentunya selain melepas rindu dengan saling bertemu ada hal lain yang harus dituntaskan."Biarlah malam ini bapak tidur sama emak, besok baru aku akan bermanja-manjaan sama bapak." Gerry tersenyum lalu mematikan laptopnya, karena p
Mendengar apa yang dikatakan oleh mak Odah, Nawaf langsung tertawa. Dia merasa lucu dengan tingkah dari istrinya tersebut, terlebih lagi saat melihat wajah kagetnya.Walaupun mak Odah kini sudah berusia empat puluh tahun, tetapi wanita itu malah terlihat semakin cantik dan juga menggoda di mata Nawaf."Ya ampun, Gerry. Kamu ngeprank Emak?" tanya Mak Odah seraya mengucek matanya.Nawaf menghentikan tawanya, kemudian dia mengecup kening istrinya. Lalu dia juga mengecup kedua pipi mak Odah secara bergantian, berlanjut mengecup kening dan terakhir dia kecup bibir istrinya dengan cukup lama.Mak Odah langsung mengerjapkan matanya dengan tidak percaya, dia mengira jika itu adalah putranya dan putranya itu bertingkah gila."Gerry!" pekik Mak Odah ketika Nawaf mulai mengecupi leher jenjangnya."Sayang, jangan berisik. Ini aku, Yeobo-mu. Cinta-mu, kekasih hati-mu, pria yang sudah sepuluh tahun lamanya pergi tanpa kabar dan berita." Nawaf berbicara dengan pelan sekali, tatapan matanya terlihat
"Ayangnya Gerry lagi ngapain, ya?"Selepas melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik, Gerry memutuskan untuk merebahkan tubuhnya seraya mengirimkan pesan chat kepada istrinya.Dia merasa enggan untuk keluar dari dalam kamarnya, takut-takut dia akan mendengar suara-suara aneh yang membuat bulu kuduknya kembali berdiri.Tentu saja hal itu sangat Gerry hindari, karena dia takut akan menginginkan istrinya. Padahal, istrinya tidak ada di sana. Takut-takut dia akan melampiaskannya dengan sabun seperti dulu, sungguh dia tidak ingin melakukan hal itu.Jika saja dia sudah mendapatkan kepastian antara hubungan ibunya dengan istrinya, sudah dapat dipastikan jika Gerry akan langsung pergi ke tempat istrinya.Karena ternyata berpisah satu hari saja dengan istrinya tersebut, membuat dirinya begitu tersiksa. Terlebih lagi setelah mengetahui apa yang dilakukan oleh Nawaf dan juga mak Odah, sungguh Gerry juga menginginkannya."Beb! Kangen, aku nggak tahan pengen ketemu. Oiya, Beb. Udah shalat sub