"Benarkah?" ucap Raven yang menyandarkan dagunya di bahu Ruster.
Aroma parfume wanita di tubuh Raven, semakin menambah kecemburuan di dalam hati Ruster.
"Apa kau cemburu?" tanya Raven tetiba dan mengelus pipi Ruster dengan lembut. membuat Ruster tersenyum manis di sertai rasa kecemburuan yang terlukis di bibir
Raven yang tidak tahan dengan pesonan Ruster yang benar-benar membangkitkan birahinya.
"Aku sungguh tidak tahan lagi," gumam Raven yang menunjukkan birahinya secara terang-terangan.
Ruster mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti dengan perkataan Raven. namun sedetik kemudian, Ruster langsung paham dengan apa yang di katakan oleh Raven. karena Raven melumat bibirnya dengan cepat dengan kedua tangan meremas bokongnya.
Tanpa sadar, Ruster mulai membalas lumatan Raven.
Romeo yang melihat keduanya dan merasa tidak mendapatkan haknya, ia segera menarik dagu Ruster dan mencium bibir Ruster dengan liar.
Raven berdecak kesal,
Sesampai di dalam kamar. mereka berdua melihat Ruster masih berdiri dengan posisi memeluk bantal."Huh," decak Ruster yang memilih menaiki atas ranjang seorang diri."Honey," ucap Raven yang berusaha mendekati tepian ranjang."Sayang, jangan marah lagi dong. kita sudah berusaha pulang tepat waktu nih demi dirimu," jelas Romeo yang duduk di tepi ranjang.Ruster memaringkan tubuhnya, menatapi kedua pria kembar yang masih berwajah sedih."Aku ngantuk, apa kalian tidak mau tidur?" ucap Ruster yang masih memeluk bantalnya.Sontak saja Raven dan Romeo langsung menaiki atas ranjang. keduanya memeluk tubuh Ruster dengan erat.Ruster menghela nafas sesak. ia melihat ke kanan dan ke kiri. kedua suaminya sudah tidur terlelap dalam sedetik. beruntungnya ia memiliki stock kesabaran extra untuk menghadapi tingkah keduanya yang asli seperti anak-anak."Resiko menikah dengan brondong," batin Ruster yang berusaha memejamkan kedua matanya. seben
Mau tidak mau, Raven menyetujui apa yang di inginkan oleh Ruster. hanya saja belum ia keluarkan kalimat yang akan di ucapkannya. Ruster mendongakkan kepalanya setelah sekian lama tidak mendapatkan jawaban dari Raven, ia menatapi mata indah milik Raven yang bear-benar lebih indah dari Romeo. "Bolehkah?" tanya Ruster lirih dengan mengusap rahang kerasnya Raven yang di tumbuhi jambang halus. tak lupa ia menjijingkan kedua kakinya untuk mengecup bibir Raven yang berwarna ke coklatan. Liam yang melihat kemestraan keduanya, masih belum pergi dan ia mengepalkan kedua tangannya di dalam saku celana. "Iya," hanya tiga kata yang keluar dari bibir Raven. kata yang singkat dan padat. Ruster yang berbahagia. langsung memeluk tubuh Raven dengan pelukkan gembira. Raven menutup kedua matanya sesat sebagai kode kepada Silver Jong yang tidak jauh darinya. Silver Jong yang mengerti apa yang di kodekan oleh tuannya. langsung mengikuti tuannya seca
Ruster yang bingung memperhatikan Raven yang masih menahan emosinya."Apa kau tidak senang kembali kerumah, honey?" tanya Raven dengan suara bercampur kemarahan. rasa ke cemburuan hampir membutakan matanya kali ini. Ruster membuang pandangannya dengan cepat, karena tetiba sebel dengan sikap Raven.Raven langsung menahan pipi Ruster. "Aku tidak suka kau mengalihkan tatapan mu,"ucap Raven serak yang terdengar sangat seksi di telinga Ruster. "Lalu kau maunya apa?" tanya Ruster yang kali ini benar-benar binggung menghadapi kecemburuan Raven. Raven tidak menjawab, ia membawa Ruster duduk di pangkuannya dan mencium bibir Ruster dan menyentuh setiap lekuk tubuh Ruster dengan gerakkan sensual untuk membangkitkan garirah di tubuh Ruster.Suara desahan itu akhirnya lolos dari mulut Ruster yang sudah tidak tahan dengan setiap sentuhan Raven. Ruster sudah menyerah saat Raven sudah melucuti pakaiannya hingga ia tela
Sesampai di rumah. Ruster melihat Romeo berdiri di depan pintu dengan wajah cemasnya."Meo," sapa Ruster yang langsung memeluk Romeo.Romeo yang tidak ingin di duakan oleh Ruster. segera memopong Ruster ke dalam kamar untuk meminta haknya. tentu saja Ruster tidak bisa menolak apa yang di inginkan oleh Romeo yang merupakan suami pertamanya.Setelah di gilir habis-habisan. Ruster mencebikkan bibirnya sebagai tanda ia sedang marah kepada kedua suaminya yang melampiaskan rasa cemburu ke tubuhnya. hingga ia tidak berdaya saat ini. bahkan untuk turun dari atas ranjang saja, Ruster tidak punya tenaga sama sekali.Raven dan Romeo nampak tertawa kecil, ketika melihat wajah istri mereka berdua nampak kesal. karena mereka berdua di landa cemburu berat, sehingga menyetubuhi istri mereka berdua secara berapa ronde hari ini.Raven mengelus lembut rambut Ruster yang berbaring di samping. tepatnya menghadap ke Romeo.Romeo menghela nafas gusar, karena
"Tidak ada lucunya," protes Raven yang sudah hampir menagis. ia menengelamkan wajahnya di pangkuan Ruster untuk bersembunyi. tepatnya untuk mencari perhatian. hal ini membuat Ruster mengulum senyumannya yang tiada hentinya dengan kelakuan Raven yang tidak sadar umur.Ruster memainkan rambut Raven yang ikal dan menusap kepalanya berapa kali."Honey, jangan lanjut nonton film menyeramkan itu. kita tidur yuk?" rengek Raven seperti anak kecil. ia memandangi wajah Ruster dengan cinta besar dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ruster."Bentar lagi Ven, udah mau selesai nih?" balas Ruster yang tidak mau menuruti permintaan Raven. karena filmnya sedang seru-serunya dan Raven mengerucutkan bibirnya seperti perempuan.Romeo yang sudah sadar dari pingsan. ia langsung ikutan sikap Raven untuk bersembunyi di atas pangkuan Ruster.Hal ini membuat Ruster tidak konsentrasi untuk melihat film yang entah sampai mana ceritanya. karena kedua tangan suaminya ya
"Ven, kepala aku bisa sula kena kau?" protes Romeo yang kesal."Bagus dong, jadi begitu kau akan jadi pria sula dan jelek super lalu angkat kaki dari sini," balas Raven lebih judes lagi.Romeo merasa Raven memang rada kumat gila, ia malas meladeni Raven lagi. lebih baik memilih menyusui putri tercintanya.Raven yang iri melihat kedekatan Time dengan Romeo. segera merebut Time dari pelukan Romeo. karena ia juga ingin mendapatkan perhatian dari Time."Ven, apa-apaan kau ini?" ptotes Romeo geram."Aku juga mau menyusui Time," balas Raven dengan wajah seriusnya."Ya terserah kau saja, aku mau mandi. nyusui yang benar tuh," nasehat Romeo yang berdiri dari tempat duduknya. ia segera berjalan ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari bau amis pesing yang di kecingkan oleh putrinya.Sedangakan Raven yang pelit senyuman, mulai tersenyum bahagia. kedua matanya menatapi putri kecilnya dengan cinta kasih."Putri Dad
Raven tertiba tersenyum lebar. ia merasa geli dengan permintaan Ruster yang telalu sederhana."Ya, aku akan menemanimu selamanya."Saat Ruster akan membalas, Romeo masuk ke dalam kamar dan ia tidak terima melihat Raven menganggu Ruster."VEN, KAU INI?" geram Romeo yang memisahkan keduanya dan melap tubuh Ruster dengan handuk. lalu memarahi Raven yang sedang memakai pakaian dengan gaya malas.Raven menulikan kedua telinganya. ia sibuk memakai baju di tubuhnya lalu melirik ke arah Ruster yang mengeleng-ngelengkan kepala dengan ulah mereka berdua di pagi hari."Sayang, jangan lupa untuk sarapan pagi. aku dan Raven sudah menyiapkan semuanya," nasehat Romeo yang hendak pamit pergi kerja.Ruster menarik dahi Romeo. lalu memeluk Romeo dengan cinta."Hati-hati di perjalanan dan mata jangan jelatan sana ini?" ucap Ruster.Tubuh Romeo membeku sesat, ia tahu maksud perkataan sang istri."Aku tidak jelatan, hanya menging
"Kalau begitu, aku yang pergi duluan dan kau nyusul belakangan. ingat Time di rumah, kau harus pastikan putri kita selamat," nasehat Romeo yang menepuk bahu Raven. kemudian berlari cepat mengejar Jack yang membawa berapa pasukan. Raven segera kembali ke rumah. ia melihat berapa pelayan sudah tewas di tempat dan bodyguard juga meninggal dengan tubuh bersimbah darah. "Kenapa bisa kecolongan?" batin Raven yang penuh kemarahan. Dengan langkah cepat, Raven berlari menaiki anak tangga dan ia menemukan Lesti yang masih hidup dan putrinya sudah menghilang dari tempat bayi. "Tuan.... seseorang menghianati kita," ucap Lesti terengah-engah. "SIAPA?" pekik Raven penuh amarah. "Aelin Wings," balas Lesti yang mengucapkan nama Aelin dan ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mobil ambulance berdatangan, satu demi satu semua yang di rumah di angkut ke dalam ambulance. Raven mengepalkan kedua tangannya. ia telalu terlena hidup dengan