"Tidak juga! Aku sudah biasa berjalan jauh, tapi sepatuku terlalu tinggi dan baju ini terlalu panjang!”
“Kamu ini terlalu banyak bicara untuk ukuran orang yang baru kenal!” Tama berkata sambil memalingkan wajahnya.“Apa aku mengganggumu? Seharusnya kamu maklum kalau aku mengeluh, aku ini istrimu!” Riti berkata dengan tegas. Walaupun, kelak ia akan dijadikan pembantu, tapi dirinya tetaplah seorang istri yang secara sah.Tama menatap Riti, gadis bermata coklat itu berbeda dengan gadis yang dilihatnya di foto, ia tahu Marhen membohonginya. Namun, ia lebih senang dengan gadis yang dinikahinya. Dalam hatinya tidak begitu menyesal telah merelakan kerugian proyek yang cukup besar.Tama menyembunyikan senyum. Gadis ini lucu, pikirnya.“Lalu, apa kamu mau pergi kalau aku bilang kamu sangat menggangu?""Hai, Tamtama Raziel Brawijaya! Kalau kamu merasa terganggu denganku, kenapa kamu mau menikah? Aku bisa pergi sekarang juga! Tapi jangan katakan apa pun pada Ayah!"Riti merasa tidak masalah, jika dirinya kabur dari Tama asalkan ayahnya dan Yuna tidak mengetahuinya. Lagi pula mereka tidak saling mengenal dan tidak saling sayang, sebab menikah hanya sampai melahirkan anaknya saja.Tama diam sejenak dan mereka berdua saling mengunci pandangan. Ia tidak suka dengan perkataan yang baru saja diucapkan Riti kepadanya. Namun, ia tidak bisa marah pada gadis yang sekarang melotot padanya itu.Mereka seperti bicara dari hati ke hati, mereka juga ama-sama menyimpan sebuah rahasia. Riti dengan keluarga besar ibunya, sedangkan, Tama bukanlah anak tiri seperti yang dikatakan semua orang tentang dirinya.Sementara hari semakin gelap sedangkan, perjalanan baru sampai separuhnya, untuk menuju rumah persembunyian Tama. Di rumah itu kelak Tama akan menyembunyikan istrinya, sebuah tempat yang misterius tapi menyimpan banyak kenangan di dalamnya.Sementara itu, ingatan Riti kembali mengingat saat ia datang untuk meminjam uang demi bisa membayar biaya pengobatan ibunya. Saat itu pula, Yuna memberikan gaun pengantin, sebagai syarat bila ia ingin meminjam uang pada Ayahnya. Aku akan memberikannya asal mau menikah besok!” kata Yuna.“Apa kamu bercanda, Yuna? Aku tidak mau menikah secara mendadak seperti itu!” kata Riti dengan tegaas.“Tapi kamu harus menikah demi ibumu dan demi keluarga kita biar tidak hancur! ujar Yuna seraya melipat kedua tangannya di depan dada.“Yuna, dia itu ibumu juga! Dan Ayahlah yang menghancurkan keluarga kita, kenapa aku yang harus menanggungnya?”“Tina sudah tidak berguna bagiku, untuk apa aku memeliharanya?” tukas Marhen dengan keras.“Ayah, tapi aku belum mau menikah, aku baru saja lulus kuliah!” tukas Riti.“Oh, ya? Tapi kamu harus mau kalau butuh uang!” kata Yuna tanpa belas kasihan.Yuna tidak menyukai ibu kandungnya sejak dulu, karena terlalu cerewet dan tidak mendukung kariernya..Dahulu, sang ibu selalu melarangnya mengikuti audisi pencarian bakat. Namun, ia terus melawan, hingga berhasil menjadi artis pendukung pada sebuah film layar lebar. Tina—ibunya kemudian meminta untuk tetap di rumah dan merawatnya. Namun, Yuna menolak karena ia ingin meniti karier yang diinginkannya.“Apa aku bisa mendapatkan 50 juta dengan menikahi laki-laki itu?” tanya Riti antusias, sambil memegang gaun pengantin yang, sengaja dibeli untuk dirinya.Akhirnya, Riti pasrah dengan nasibnya yang harus menikah dengan anak haram keluarga Brawijaya, yang nama Tamtama Raziel Brawijaya. Berita itu sudah menyebar jika Tama adalah pria tua yang masih melajang, karena banyak wanita yang takut dengannya,"Tapi, kamu jangan kuatir, dia itu kaya! Benar, kan Ayah?” Yuna menjelaskan pada adiknya.Suasana rumah saat itu begitu tegang, Marhen duduk di samping Kiran, hanya Yuna yang berbicara dengan leluasa.Marhen mengangguk, tak menyangkal apa pun yang dikatakan Yuna tentang Tama. Ia kecewa dan tidak peduli dengan nasib anak keduanya yang memilih hidup dengan Tina yang sudah tidak berguna.Sejak bercerai, Marhen tidak tahu di mana mantan istrinya itu tinggal. Namun, saat membutuhkan Riti, ia tidak repot-repot mencari, karena gadis itu justru datang sendiri.Riti menoleh pada ayahnya dan berkata, “Ayah, kenapa bukan dia saja yang menikah?” sambil menunjuk ke arah Yuna.“Riti ..., pernikahan ini hanya sementara ... kamu bisa bercerai setelah melahirkan anaknya, Kakakmu seorang artis terkenal dan tidak mungkin melakukan pernikahan yang hanya sebentar ... jadi anggap saja kamu membantu Ayahmu, oke?”Riti terdiam sejenak, ia mencoba memahami sikap ayahnya yang tidak seharusnya bersikap begitu.“Apa aku bisa mendapatkan uangnya sekarang juga kalau aku mau menikah?"“Ya! Tentu saja!” Yuna yang menjawab sambil tersenyum sinis, adiknya itu menjadi mata duitan setelah hidup dengan ibunya“Ingat, tapi uang ini tidak semuanya, kamu akan mendapatkan sisanya kalau kamu berhasil memberi seorang anak pada Tama, dan dia mendapatkan warisannya! Jangan coba-coba melarikan diri, walau kamu disiksa olehnya atau aku akan memasukkanmu ke dalam penjara dengan tuduhan penipuan!” kata Yuna sambil berdiri dan melipat kedua tangannya di depan dada.“Aku sama sekali tidak menipu kalian!” ujar Riti kesal.“Riti, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya!” kata Yuna. Riti mengerti di mana posisinya, ia segera pulang dan menemui ibunya, setelah mendapatkan uang sebanyak dua puluh lima juta di rekeningnya. Soal bagaimana ia harus menghadapi keluarga besar ibuya, itu akan ia pikirkan nanti saja. “Apa kamu melamun?” tanya Tama mengagetkan Riti. “Tidak!” jawab Riti, setelah berhasil mengatasi keterkejutannya. “Tunggu!” ujar Tama. Riti menoleh dan melihat Tama mengeluarkan gunting kecil dari saku bagian dalam jasnya. Lalu, pria itu menggunting ujung bagian bawah gaun pengantin Riti dengan cepat. “Apa yang kamu lakukan? Baju ini milik Yuna!” kata Riti setengah terkejut, ia hampir mengira kalau Tama akan membunuhnya. “Yuna? Apa kamu takut dia akan meminta kamu menggantinya?” Riti mengangguk, ia kenal Kakak perempuan yang selalu perhitungan sejak kecil. Yuna selalu meminta kompensasi atas barang yang dipakai oleh adiknya sendiri. Ia takut harga gaun itu mahal dan ia tak pu
“Apakah itu rumahmu?” Riti bertanya setelah melihat sebuah bangunan tembok tinggi dengan satu pintu gerbang dari besi yang tertutup. Ia tidak bisa melihat apa pun yang ada di dalamnya. Rasa penasarannya pun muncul dan ia kembali bertanya. “Apa itu tempatmu mengurung semua orang yang bersalah padamu? Soalnya rumah itu mirip sekali dengan penjara!"Kali ini Tama menoleh dan menunjukkan senyum di sudut bibirnya. “Menurutmu begitu?” katanya. “Ya!” “Sayangnya kamu salah!” kata Tama sambil meraih tangan Riti dan berjalan lebih cepat. Beberapa langkah sebelum tiba di sana, pintu gerbang itu terbuka, seolah tahu ada orang yang mau memasukinya. Tanpa sepengetahuan Riti, Tama hanya perlu menekan salah satu tombol pada jam tangannya agar para penjaga segera membukakan pintu untuknya. Riti tercengang saat memasuki pintu gerbang, ia sangat takjub melihat rumah yang sangat indah. Pikiran buruknya tentang Tama, nyaris berubah, karena keadaan di sana, sama sekali di luar dugaannya. Apa lagi Tam
“Aku bukan pria seperti itu!” seru Tama sambil mengenang masa lalunya, yang tidak memikirkan wanita selama berjuang meningkatkan kekayaannya. Apalagi penampilan, sama sekali tidak ia utamakan, hingga ia terlihat sangat sederhana dan tidak tampan.Namun, yang ia lakukan adalah melebarkan sayap dan menguatkan pengaruhnya di dunia bisnis.Ia tidak peduli disebut perjaka tua atau apa pun yang mereka sebut untuk mendiskriminasi. Namun, dirinya yang sekarang bisa disebut penguasa, tanpa pengaruh siapa pun di dalamnya.Sementara Riti menilai Tama seperti yang dikatakan semua orang. Pria itu tidak elegan dan wajahnya yang dipenuhi bulu itu terkesan mengerikan. Pantas saja tidak punya pacar.“Tidurlah! Dan jangan ke mana-mana!" seru Tama. Setelah itu ia berjalan ke pintu. “Apa kamu mau pergi dan tidak tidur di sini?” Riti bertanya dan beranjak dari tempat tidur. Ia memeluk Tama dari belakang. “Aku tidak bisa tinggal terlalu lama di sini, apa kita tidak bisa melakukannya sekarang agar urusan
"Bukan saya! Mungkin Tuan Tama!” kata perempuan yang bernama Sima, seraya menggelengkan kepalanya. Tama menyelimuti tubuh Riti saat mengganti baju tidurnya, tadi malam. Setelah itu ia tidur sendiri di ruang kerjanya. Tama ingin Riti mencintainya sepenuh hati, dengan begitu ia tidak akan meminta perceraian setelah melahirkan anaknya. Demi memastikan semuanya, ia tidak akan melakukan hubungan badan sebelum gadis itu memiliki perasaan yang sama. Ia juga ingin Riti menjadi montok, sebab gadis itu terlalu kurus.“Di mana suamiku?” tanya Riti.“Tuan Tama keluar hari ini!” Sima berkata sambil membawa sebuah amplop dan memberikannya pada Riti. “Ini titipan dari Tuan Tama, kalau Anda membutuhkan hal lainnya, panggil saja aku!” Riti bersikap sopan, ia menerima amplop dari tangan Sima dan mengucapkan terima kasih. Ia tidak menyangka jika Tama menepati janjinya untuk memberinya uang. Awalnya Riti mengira jika Sima adalah ibu Tama, tapi setelah mendengar wanita itu menyebut Tama sebagai tuanny
Jasin menulis pesan pada Tama dan mengatakan apa yang baru saja di dengarnya. Sementara Tama membaca pesan Jasin dengan berpikir keras. Lalu, ia mengambil kesimpulan sendiri bahwa, Kiran adalah, istri muda Marhen, Yuna dan Riti terlahir dari wanita yang telah dicerai atau yang sedang sakit itu. Tidak mungkin Kiran yang berumur 30 tahun itu memiliki anak seusia Riti atau Yuna. Jasin masuk ke rumah sakit dan mencari informasi dengan caranya sendiri. Ia memanfaatkan koneksi hingga bisa dengan mudah mendapatkan data yang dibutuhkannya. Setelah Jasin yakin kalau informasi itu valid, barulah ia melaporkan kembali pada Tama. Ia menarik napas berat saat menuliskan informasi itu. Ibu Riti mungkin tidak akan lama lagi hidup di dunia. Jasin terharu dan menulis dengan kata-kata bagus tentang istri majikannya, karena hal itulah Riti memutuskan untuk menikah dengan Tama.Mana ada wanita yang rela menikah tanpa hadiah dan hutang sang ayah sebagai mas kawinnya? Kecuali jika ia terpaksa. Pikir J
Sementara itu, Riti memasuki toserba bersama dengan Jojo dan langsung melakukan tugas mereka. Disela-sela waktu bekerja Riti menceritakan semua tentang bagaimana cara ia mendapatkan uang dengan mudahnya. Ia juga mengungkapkan kekecewaan, karena tidak bisa membelikan jam tangan dengan harga satu juta untuk Leri, orang yang disukainya. Ia sadar kalau dirinya sudah menikah, tapi ia masih berhak menyukai pria lain karena Tama tidak mungkin mencintainya dan pernikahan mereka hanya sementara. Tak lama setelah itu, beberapa orang berpakaian resmi memasuki toserba. Mereka berkerumun di sekitar Riti dan Jojo, yang sedang membersihkan area belanja. “Apa di sini ada acara makan siang bersama?” tanya Jojo sambil membereskan beberapa produk di rak, saat ia melihat pemandangan yang tidak biasa, ada rombongan berpakaian seragam di sekelilingnya. Riti berdiri tak jauh darinya, ia mendengar pertanyaan Jojo dan menggelengkan kepala. “Di sini tidak ada restoran! Sialan!” ujarnya gelisah. Ia menangk
Pada sore harinya, Riti pulang ke rumah Tama sesuai janji. Jasin yang menjemput dan pria itu memberinya banyak nasihat.“Sebaiknya Nona tidak membuat banyak masalah, Tuan Tama sudah memiliki persoalan di perusahaan, pasti akan repot kalau Nona menambahnya ...!” kata Jasin, ia menyampaikan arahan dengan lembut dan sopan, saat Riti berada di kendaraan. Riti pun mengangguk.Meskipun ia heran kenapa Jasin tiba-tiba memberinya nasihat demikian, tapi ia tetap mendengar dan memakluminya. Sebab seperti itulah kasih sayang seorang ayah pada anaknya. Ia tidak ingin anaknya mengalami sesuatu yang buruk.Sesampainya di rumah, Riti menunggu Tama di kamarnya, tapi ia heran karena laki-laki itu tidak juga pulang. Ia bertanya pada Sima dan semua orang, tetap, mereka semua kompak dengan mengatakan hal yang sama.“Saya tidak tahu, Nona!”Bahkan, sampai keesokan harinya Tama tidak menampakkan batang hidungnya. Riti sadar kalau dirinya tidak diinginkan, karena Tama memang awalnya mau menikahi Yuna
Riti tidak mau melukai hati sang ibu hingga ia tidak mengatakan kalau dirinya sudah menikah. Hati Tina pasti akan sangat terluka karena Riti tidak memberitahukan pernikahannya. Coba bayangkan apa yang akan terjadi jika ibunya tahu atas dasar apa pernikahannya itu. “Karena aku akan berhenti bekerja di toserba, aku sekarang sudah punya ijazah dan beberapa sertifikat, aku yakin akan banyak kantor yang mau menerimaku! Aku tidak mungkin menenggelamkan perasaanku terus menerus pada pria yang sama. Aku ingin merubah masa depanku, Bu! Aku juga ingin membawa ibu ke rumah sakit yang jauh lebih bagus di luar negeri!” “Tidak perlu! Aku mungkin tidak lama hidup lagi!” “Ibu jangan bilang seperti itu, aku tidak punya siapa-siapa lagi selain Ibu!” Riti berkata sambil memeluk ibunya dan air mata mulai mengalir di pipinya.Tina seraya mengusap tangan Riti dengan lembut, dalam hatinya terus menerus berdoa agar anaknya menikah dengan seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, memiliki ana