Share

Hanya Pengantin Pengganti
Hanya Pengantin Pengganti
Author: Rara

1. Tamu Undangan

Maria, wanita berusia 49 tahun itu hanya bisa menggeleng pasrah melihat bagaimana putrinya yang sedang bersolek di depan cermin seraya tersenyum manis.

"Kamu udah cantik banget itu, Ri. Mau sampai kapan dandannya? Itu Clara udah nungguin loh dari tadi," ujar Maria mengingatkan Gauri Alidya--putrinya--jika sahabat karibnya Clara Utari sudah menunggu. Bahkan sejak tiga puluh menit yang lalu.

"Iya, Bu. Bentar lagi," jawab Gauri masih sibuk memakai eyeshadow untuk mempercantik matanya.

"Iya, Ri. Bener. Emang kamu mau pengantinnya minder karena lebih cantikan tamunya?" Clara gadis berusia 27 tahun;seumuran dengan Gauri itu ikut menggoda Gauri.

"Ya ampun kalian ini ganggu aja. Nanti make up-nya gak selesai loh ini," protes Gauri menatap jengah kedua wanita yang sedang berdiri di ambang pintu.

Maria dan Clara tersenyum puas karena berhasil menggoda Gauri. Keduanya memilih mengobrol di ruang tamu seraya menunggu Gauri selesai. Butuh waktu sekitar sepuluh menit dan Gauri pun datang dengan gaun berwarna lilac yang di padukan dengan jilbab berwarna putih.

"Akhirnya selesai juga," ujar Clara menyidir.

"Yuk! Cepetan!" kata Gauri berjalan lebih dulu.

"Perasaan tadi yang kelamaan make up kamu deh. Kenapa sekarang malah nyuruh orang cepat-cepat?" protes Clara dengan wajah tak terima. Padahal dia yang sudah menunggu lama di sana.

"Udah gak usah protes," kata Gauri memasang sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi di kakinya. "Gauri pamit dulu, ya, Bu. Assalamualaikum!" kata Gauri kemudian mencium tangan ibunya.

"Clara juga pamit, ya, Tante! Assalamualaikum," kata Clara mengikuti langkah sahabatnya.

Dua gadis cantik itu memilih memakai motor saja karena tempat acara pernikahan berlangsung tak begitu jauh dari rumah mereka. Clara yang bertugas menjalankan motor. Butuh waktu hampir sepuluh menit hingga mereka akhirnya sampai di tempat acara.

"Kayaknya acaranya sudah hampir dimulai," kata Clara berpendapat. 

"Kayaknya, sih." Gauri mengangguk pelan.

Sebelum melangkah masuk mereka memperhatikan penampilan secara bergantian. Memastikan mereka masih terlihat cantik. Setelahnya barulah mereka masuk.

Clara dan Gauri disambut hangat oleh keluarga kedua mempelai. Kebetulan mereka memang juga saling kenal. Mereka mempersilakan dua gadis itu untuk menempati tempat yang kosong seraya menunggu acara akad nikah yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Pengantin laki-laki sudah lebih duduk di tempatnya---didepan ayah pengantin wanita dan penghulu. Dia terlihat gagah dengan balutan pakaian adat. Namun satu hal yang mereka tak sadari, pria itu menyimpan kegelisahan. Entah gugup atau apa yang pasti pria itu tidak nyaman berada di sana.

Kebetulan sekali saat Si pengantin pria menoleh matanya bertemu dengan Gauri. Gadis itu sontak tersenyum. Bukan untuk menggoda atau apapun prasangka buruk yang kalian pikirkan. Gauri mengenal pria itu. Dia adalah kakak kelas Gauri saat SMA dulu.

Mahardika Satya. Pria yang terkenal kalem dan banyak disukai oleh para gadis-gadis saat masih sekolah dulu. Mungkin karena parasnya yang tampan dan sosoknya yang misterius. Tak terkecuali Gauri. Bahkan dulu dia sempat digosipkan oleh teman-temannya menjalin hubungan dengan Satya hanya karena cowok ganteng itu mengantar Gauri pulang.

Hah ... sungguh salah satu kenangan yang cukup menggelika untuk Gauri. Jika kalian bertanya bagaimana perasaan Gauri sekarang tentu saja jawabannya tidak ada perasaan apa-apa lagi. Rasa sukanya pada Satya saat itu hanya sebatas rasa kagum seorang adik kelas terhadap kakak kelasnya. Saat digosipkan pun Gauri malah mengakui Satya sebagai keluarganya. Dia hanya mencari jalan keluar paling aman agar gosip itu segera menghilang.

Lalu sekarang siapa sangka Gauri kini datang untuk menghadiri acara pernikahan Satya. Waktu terasa cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin Gauri merasakan betapa groginya ia saat Satya memboncengnya dengan motor.

Ddrrttt....

Ponsel yang Gauri letakkan di dalam tas tiba-tiba bergetar membuatnya sedikit kaget. 

Astagfirullah! Aku terlalu banyak ngelamun rupanya. Kekeh Gauri lalu merogoh ponselnya. Nama Pak Dimas tertera di sana. Pria berumur lebih dari tiga puluh tahun itu atasan Gauri di tempat kerja.

[Pak Dimas:Assalamualaikum Gauri🙏 Kapan balik?]

[Gauri: Walaikumsalam🙏 Loh kan cuti saya belum habis Pak🥲]

[Pak Dimas: Kerjaan numpuk banget nih di kantor.]

[Gauri:Bapak handle dulu yah sampai saya balik. Please🙏]

[Pak Dimas: Emang beneran yah kamu pulang kampung karena mau nikah? Cieee yang mau nikah😂 tapi gak ngundang.]

[Gauri:Please deh Pak😒 saya pulang kampung karena kangen sama Ibu. Gak usah nyebar gosip yang aneh-aneh deh😒]

[Pak Dimas:Hahaha kirain beneran🤣 sekarang saya percaya kalo kamu yang ngomong sendiri.]

[Gauri:Saya gak ngomong tapi chating Pak🤣]

[Pak Dimas:Bonus bulan depan saya tahan yah😉]

[Gauri:Ya Allah Pak kan cuma bercanda🥲]

Saking asyiknya obrolan chat bersama Pak Dimas, Gauri sampai tidak sadar jika pengantin wanita sudah digiring menuju tempat ijab kabul.

Lia Permata, gadis manis berusia 25 tahun terlihat begitu cantik dengan kebaya putihnya. Gadis itu menebar senyuman yang memancarkan betapa ia sangat bahagia dipersunting oleh Satya.

"Wah! Dek Lia cantik banget," puji Clara kagum.

Gauri mendongak sejenak. "Pengantin kan emang harus cantik," ujarnya terkesan acuh. Jika sudah fokus pada ponselnya Gauri seakan lupa segalanya. Apalagi jika sudah mulai mengobrol di grup chat bersama teman-teman satu kantor. Pembahasan mereka tidak akan ada habisnya.

"Ck! Bilang aja kamu sirik," cibir Clara.

"Astagfirullah! Aku bukannya sirik tapi kan emang kenyataannya seorang pengantin itu harus cantik. Kan lagi jadi ratu sehari," bela Gauri.

"Bukan sama kecantikan pengantinnya tapi karena dia sudah lebih dulu menikah padahal umurnya lebih muda," celetuk Clara membuat raut wajah Gauri seketika kesal.

Wanita itu memutar bola mata malas lalu berkata, "Kayak kamu gak aja. Kalau senasib gak usah sok keras."

Jleb!

Clara seperti ditampar kenyataan. Benar juga. Dia dan Gauri punya nasib yang sama jadi tidak seharusnya mereka saling mengejek. Keduanya kemudian terdiam. Clara sibuk melihat ke depan di mana pengantin akan segera melakukan prosesi ijab kabul sementara Gauri masih asyik mengobrol dengan teman-temannya di grup chat.

Hingga sebuah suara berat tiba-tiba membuat atensi semua orang berpusat pada pemilik suara itu.

"Saya tidak bisa menikah dengan Lia!"

Ya. Itu Satya Si pengantin laki-laki. Bisik-bisik dari para tamu mulai terdengar. Bertanya-tanya kenapa Satya tiba-tiba berkata seperti itu saat ijab kabul akan segera dilakukan. Bahkan pria itu sudah menarik songkok yang ia kenakan hingga membuat rambutnya sedikit berantakan.

"Maaf Bu, Pak. Tapi saya sungguh tidak bisa menikah dengan Lia," ujar Satya lagi menegaskan kata-katanya.

"Kenapa, Satya? Kenapa kamu gak bisa menikah dengan Lia?" tanya seorang wanita paruh baya di samping Satya. Pria itu tak langsung menjawab. Ia malah menoleh ke arah para tamu yang berada di sampingnya.

"Karena saya sudah memiliki seorang kekasih," jawab Satya membuat semua orang kaget. 

"Gauri Alidya." 

Tbc...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status