"Asti, ada apa?"
"Tuan, apakah Anda tidak ke kantor pagi ini?"Leo mengarahkan pandang pada Alana yang masih malas beranjak dari pelukannya. Bahkan saat mendengar nama Asti dari bibir Leo, wajah yang tadinya ceria, kini ternoda oleh guratan rasa cemburu.Leo tersenyum melihat wajah cemburu Alana. Sebagai pengobat, dia pun mendaratkan satu kecupan kilat pada bibir Alana sehingga peri kecilnya itu tersipu."Apa ada agenda penting hari ini?" Kembali Leo fokus pada Asti yang menghubunginya via phone."Jam sembilan pagi ini, ada pertemuan dengan bagian pemasaran. Jam satu siang ada rapat dengan bagian keuangan," jawab Asti membacakan agenda harian Leo.Leo mengarahkan ekor mata ke arah petunjuk waktu yang tergantung pada dinding di kamar Alana, lalu kembali melihat Alana. Gadisnya itu, meski terdiam, tapi dia menguping pembicaraan mereka."Tiga puluh menit aku sampai. Siapkan semua dokumen yang berkaitan dengan bagian pemasaran!""Baik, Tuan.""Satu"Om Leo yakin mau ninggalin aku sendirian?"Wajah Alana cemberut mendengar Leo akan pergi ke luar kota dalam beberapa hari karena urusan perkerjaan. "Hanya beberapa hari saja, tidak sampai satu minggu," ucap Leo sembari membereskan pakaian yang akan dibawanya.Leo memilih pakaian dari dalam lemari, lalu memasukkan ke dalam koper, sedangkan Alana duduk bersila di atas ranjang sembari memperhatikan kesibukan Leo mengemasi pakaian. Matanya ikut bergerak seiring arah gerakan Leo. Di saat Leo berdiri di depan lemari, saat itu mata Alana membuka sedikit lebar. Saat Leo berdiri di dekatnya sembari masukkan pakaian di dalam koper, mata Alana otomatis lebih menyipit."Om Leo tidak takut kangen aku?" Alana semakin memberikan wajah cemberut.Leo menghentikan kesibukannya, memberi tatapan lekat pada Alana. Keponakannya itu sedang merajuk dengan wajah cemberut, tapi tubuhnya bergerak maju mundur dengan kedua tangan memengang ujung jari-jari kaki. Leo menghela napas panjang, lalu menghembuskan ka
"Kenapa? Anda tidak yakin?" Leo melihat Dirly dengan lirikan tajam nan lekat.Leo merasa ternganggu saat melihat Dirly menunjukkan rasa cemas dan gelisah. Dia paling tidak suka melihat Dirly kembali meragukan apa yang telah mereka bicarakan dan putuskan.Mendengar pertanyaan Leo, Dilry langsung menegakkan kepala dan membalas tatapan Leo. "Aku hanya merasa cemas. Ini kali pertama mengikuti persaingan sebesar ini," ucap Dirly tidak malu mengakui rasa gugupnya.Leo menepuk salah satu sisi pundak Dirly dengan wajah penuh dukungan dan motivasi."Cemas dan gugup itu wajar, tapi jangan sampai hal ini mengganggu performa dan kualitas Anda!" ucap Leo.Dirly semakin menatap Leo lekat. Dari sorot mata Leo, dia ingin mencari dukungan dan keyakinan untuk menyingkirkan keraguan dan rasa gugupnya. Dari mata Leo juga, akhirnya menemukan apa yang dicarinya. Dirly akhirnya memberanikan diri melengkungkan garis bibirnya dan tersenyum."Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan Anda," ucap Dirly membul
“Buktikan saja!” tantang Ferdi dengan wajah sombongnya.Leo tersenyum semrik menanggapi kesombongan Ferdi. Ini yang dia inginkan. Ferdi menutupi kekurangan dengan kesombongannya. Karena dengan begitu, dia bisa menghancurkan dengan hasil yang menyakitkan.“Kalau Anda bisa membuktikan kecelakaan itu disebabkan oleh produk kami, maka dengan senang hati aku akan menyerahkan proyek ini pada Perusahan Angkasa,” sambung Ferdi. Ekor matanya melihat ke arah Dirly dengan tatapan meremehkan. Dengan tatapan ini, dia mengharapkan keberanian Dirly menciut. Sama saja dia sedang meremehkan dua pria yang sedang duduk bersama Dirly. Leo dan Damian. Padahal dia tau bagaimana kualitas dua orang itu.Di mata Ferdi, Dirly hanyalah anak kecil yang masih ingusan. Baginya Dirly bukanlah saingan yang harus ditakuti. Perusahaannya jauh lebih besar dan memiliki pangsa pasar yang luas sehingga dia pikir semua perusahaan yang menggunakan produknya selama ini tidak akan berpaling.“Anda yakin dengan kata-kata yang
Setelah melihat foto yang dikirim oleh wanita yang tidak dia ketahui siapa namanya, Alana langsung beranjak dari tempat tidurnya. Bahkan gadis itu sampai melompat saat turun. Dia lekas berganti pakaian dan segera bergegas mengendarai mobil mini merahnya menuju Sweet Cafe."Kamu bohong padaku, Om," gumam Alana menahan rasa kecewa dan kemarahannya.Alana merasa kecewa karena Leo membohonginya. Terakhir dia menghubungi Leo, om kesayangannya itu mengatakan masih di luar kota karena pekerjaannya tidak lancar dan masih membutuhkan dirinya. Tapi, wanita itu mengirim foto kalau Leo saat ini sedang berada di Sweet Cafe bersama seorang wanita. Sayangnya, wajah wanita yang bersama Leo tidak terlihat karena posisi wanita itu sedang memeluk Leo.Saat ini perasaan sedang kacau. Dia pikir Leo mencintainya lebih dari cinta seorang om pada ponakan. Dia ingin cinta Leo sebagai sepasang kekasih. Sembari terus menggerutu dan memaki, mata Alana bergerak-gerak waspada. Meski sedang kacau, dia tidak bole la
"Om Leo tidak percaya lagi padaku?" Wajah Alana semakin cemberut. Alana merajuk."Jelas saja aku percaya padamu," jawab Leo. "Lalu?" Alana meminta penjelasan atas jawaban Leo.Tangan Leo berpindah mendekap lembut wajah basah Alana. Mengusap dan menyapu air mata Alana dan memberinya tatapan penuh cinta."Aku ingin mendengar sekali lagi apa yang kamu ucapkan tadi. Aku hanya ingin memastikan bila telingaku tidak rusak dan apa yang aku dengar benar-benar keluar dari bibir ini," ucap Leo. Ibu jarinya menyentuh lembut bibir kenyal Alana.Alana tersipu malu. Tangis yang tadinya sudah reda, kini kembali terdengar, hanya saja kali ini bercampur dengan senyum malu. Bahkan Alana menyembunyikan wajah meronanya dalam dada bidang Leo. Kedua tangan yang sejak tadi terkulai di sisi tubuh, kini melingkari pinggang Leo. Dia benar-benar malu atas perasaannya."Alana, sejak kapan kamu mulai memiliki perasaan ini?" Leo kembali mendekap wajah Alana dan membawanya sedikit tengadah saling berhadapan sehing
"Alana, apa yang kamu lakukan di sini?" Leo terkejut ketika malam pulang kerja dan masuk ke dalam kamar, Alana sudah rebahan di atas tempat tidurnya sembari membaca buku. Yang membuat Leo semakin terkejut dan hampir tidak berani melihatnya, Alana mengenakan pakaian seksi, pakaian haram, alias lingerie. Padahal dalam anggannya, setelah pulang ke rumah dan mandi, dia akan langsung merebahkan tubuh dan langsung tidur karena pekerjaannya hari ini terasa sangat melelahkan.Leo menutup kedua mata menggunakan tangan dengan sedikit terpejam. Meski begitu, jari-jarinya membuat celah untuk memastikan keberadaan Alana. Saat melihat Alana belum juga beranjak dari tempat tidurnya, melainkan hanya mengubah posisi tidur menjadi duduk, Leo dengan cepat memutar tubuh membelakanginya."Alana, kenapa kamu memakai pakaian seperti itu?" tanyanya dengan suara tegas.Alana tersenyum. "Kenapa? Bukankah ini seksi?" balas Alana sembari memperhatikan diri sendiri.Dia pikir reaksi ka
"Selamat pagi, Sayang," sapa Alana saat melihat Leo membuka mata."Selamat pagi," jawabnya dengan suara khas bangun tidur.Leo tersenyum menanggapi sapaan Alana. Namun, sesaat kemudian matanya kembali terpejam. Sepertinya Leo belum benar-benar menyadari keberadaan Alana di sampingnya, di atas tempat tidurnya.Alana tersenyum menahan tawa melihat wajah tampan Leo kembali tidur dengan tenang seakan tidak terngganggu dengan kehadirannya. Sangat pelan dan hati-hati Alana menggeser tubuh merapatkan diri pada tubuh Leo. Dia tidak bermaksud mengganggu, dia hanya ingin memandangi wajah tampan pria yang telah teguh menjadi suaminya."Tampan sekali!" lirihnya mengagumi ketampanan Leo.Jemari lentik Alana menyentuh pangkal hidung Leo, dengan lembut dan sangat hati-hati menelusuri tulang bangir hingga ke ujung dan berhenti di puncak tertinggi. Senyumnya semakin mengembang mengagumi keindahan karya Tuhan."Mancung sekali!" pujinya lagi.Alana semakin mendekatkan wajah
"Om Leo yakin, aku harus ikut?" Alana ragu mendengar keputusan Leo yang mengatakan bila kepergiannya kali ini, dia harus ikut."Ya," jawab Leo sembari memandangi layar laptop karena dia harus mempelajari lebih mendalam tentang pekerjaannya kali ini."Om, sebenarnya aku di rumah saja tidak apa-apa. Aku berani, kok." Alana tidak ingin mengganggu pekerjaan Leo. Karena dengan ada dirinya di sana, dia khawatir Leo tidak fokus pada pekerjaan dan kehadirannya malah menjadi beban.Leo mengalihkan pandang menatap lekat Alana dengan tatapan teduh. Bibirnya pun tersenyum manis. Dia mengerti apa yang Alana cemaskan, makanya menolak ajakannya."Tidakah kamu ingin belajar berbisnis? Kelak kamu harus mengambil alih dan memimpin perusahaan yang ditinggalkan oleh orangtuamu." Mendengar perkataan Leo, wajah Alana langsung murung dan sedih."Om, aku tidak mau mengambil alih perusahaan itu. Cukup Om Leo saja yang menjalankan semua itu. Aku tidak mau. Aku mau jadi istri Om