Setelah menelepon, Sergio kembali ke tempat tidur, tetapi tidak berbaring.Jika terlalu dekat dengan Hazel, dia takut tidak akan bisa mengendalikan dirinya dan langsung melakukannya.Dia dan Hazel sudah tidur di ranjang yang sama sejak menikah. Entah sudah berapa banyak penderitaan yang Sergio alami selama ini.Hazel adalah tipikal orang yang tidur dengan tenang, tetapi sering secara tidak sengaja menyentuh Sergio.Hampir setiap hari setelah Hazel tertidur, Sergio harus mandi air dingin. Dia khawatir kalau hal ini terus berlanjut, dia tidak akan bisa mengendalikan dirinya.Untunglah semua perjuangannya tidak sia-sia.Hazel tidak tahu banyak tentang keadaan mental Sergio saat ini. Rasanya dia ingin mencari lubang di lantai untuk bersembunyi saat mengingat apa yang baru saja dia mulai.Apa sikap yang dia tunjukkan barusan terlalu frontal?Namun, dia tidak merasa menyesal. Setelah menghabiskan waktu bersama, dia bisa melihat kalau Sergio adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan pant
Pipi Hazel memerah. Dengan gerakan cepat, dia menarik selimut untuk menutupi wajahnya.Melihat tubuh Hazel yang terbungkus selimut, Sergio tidak bisa menahan tawanya lagi. "Anak pintar, jangan ditutup rapat-rapat begitu, nanti sesak napas."Mendengar kata anak pintar dari mulut Sergio, Hazel kembali meringkuk ke dalam selimut, tidak berani menghadapi Sergio secara langsung.Sergio tidak punya pilihan selain membuka selimut yang menutupi tubuh Hazel."Sini, biar aku melihat wajahmu."Hazel diam-diam mengintip keluar. Matanya yang basah mengerjap-ngerjap, memberikan kesan polos dan jernih.Melihat ini, hati Sergio tersentak dan menjadi berantakan.Dia menunduk dan mencium kening Hazel. Jari-jarinya yang ramping terulur untuk menyibakkan rambut ke belakang telinga Hazel."Selamat pagi, istriku."Panggilan ini sudah Sergio ucapkan berkali-kali di dalam hatinya. Baru semalam dan hari ini dia akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk mengucapkannya.Orang lain mengatakan kalau dia adal
Reflek Sergio sangat cepat. Dia membantu Hazel berdiri dan menggendongnya kembali ke tempat tidur. Lalu, dia bertanya dengan cemas, "Hazel, kamu baik-baik saja?"Hazel menggelengkan kepalanya yang pusing dan menjawab sambil tersenyum, "Aku baik-baik saja."Namun, Sergio masih belum merasa tenang, malah menjadi lebih tegang. "Nggak bisa. Aku harus panggil dokter buat memeriksa keadaanmu."Melihat Sergio hendak mengeluarkan ponselnya untuk menelepon, Hazel dengan cepat mengulurkan tangan untuk menghentikannya.Dengan wajah merah, dia menggertakkan gigi dan berkata, "Aku cuma kelelahan, sungguh. Nggak perlu sampai panggil dokter segala buat memeriksa keadaanku."Gerakan Sergio berhenti sejenak dan mengamati wajahnya dengan seksama. Melihat raut wajah Hazel yang terlihat tidak baik-baik saja, dia langsung mengatakan, "Kalau begitu kamu berbaring saja dan istirahat. Aku akan minta pelayan bawa makanannya ke mari."Hazel tahu kalau dia tidak bisa turun ke bawah, jadi dia mengangguk patuh.De
Satu jam kemudian, Vexal akhirnya sampai di Grand Permata.Melihat kedatangannya, Adam langsung menyapanya sambil tersenyum, "Tuan Vexal, silakan masuk."Vexal masih menunjukkan tatapan dingin dan hanya mengangguk pada Adam sebagai salam.Adam tahu kalau Vexal memang orang yang cuek dan menyendiri, jadi tidak tersinggung dengan sikap dinginnya. Dia hanya tersenyum dan mengantarnya ke lantai dua.Sambil berjalan, dia berkata, "Saya mendengar kalau beberapa hari yang lalu Tuan Sergio dikasih obat sama seseorang dan Tuan lah yang membantunya. Terima kasih.""Sudah seharusnya aku membantu." Vexal menjawab singkat.Adam kembali melanjutkan, "Nggak menolong itu pilihan, menolong itu kebaikan. Tuan Sergio sangat beruntung bisa punya teman seperti Tuan Vexal."Vexal menarik sudut bibirnya seolah-olah ingin tersenyum, tetapi karena wajahnya sudah terlalu lama tanpa ekspresi, ekspresi yang dibuatnya terlihat sangat kaku.Di bawah cahaya koridor, senyuman itu tampak menyalurkan berbahaya yang tak
Lebih dari setengah jam kemudian, Vexal akhirnya menyelesaikan pemeriksaannya dan menyimpan peralatannya satu per satu di kotak obat.Dia melakukannya dengan efisien dan terampil. Kotak obat di tangannya pun bisa kembali tertata dengan rapi dalam waktu singkat.Sergio yang sudah terbiasa dengan hal ini pun beranjak dan berjalan ke samping tempat tidur. Dia bertanya, "Bagaimana keadaannya?"Vexal sempat menatapnya dengan curiga dan tidak langsung menjawab.Hati Sergio menjadi tegang dan alisnya berkerut. "Apa ada masalah? Apa ada efek karena dia tersiksa saat berada di Keluarga Vandana?"Melihat pemikiran Sergio yang makin bergerak liar, Vexal langsung menghentikannya, "Nggak ada masalah serius. Dia cuma kelelahan dan tertidur."Mendengar Vexal mengatakan itu, Sergio akhirnya menghela napas lega.Untunglah semuanya baik-baik saja ....Melihat perubahan pada ekspresi Sergio, Vexal merasa geli. "Kamu nggak perlu panik begitu. Meskipun fisiknya lemah, dia masih sehat secara keseluruhan, ta
Mendengar kata-kata Sergio, pipi Hazel langsung memerah. Dia memelototinya dengan cemberut, membuat Sergio tertawa terbahak-bahak.Mereka berdua berpelukan di tempat tidur untuk beberapa saat sebelum Adam datang mengetuk pintu. "Tuan, makan malam sudah siap. Apa Tuan akan keluar dan mencicipinya?"Sergio menoleh ke arah Hazel. "Kamu lapar? Mau makan sesuatu nggak?"Hazel membuka tangannya ke arahnya. "Gendong aku ke kamar mandi. Aku mau mandi."Sergio tidak berdaya. Dia membungkuk dan menggendong Hazel dan membawanya ke kamar mandi.Hazel segera membersihkan diri dan meminta Sergio untuk mengambilkan sandal rumahnya. Dia akan berjalan sendiri ke bawah.Sergio tampak khawatir. "Apa kamu bisa jalan sendiri? Kenapa nggak digendong saja? Nggak jauh, kok.""Nggak perlu. Aku sudah baik-baik saja!"Bakal sememalukan apa kalau mereka kepergok main gendong-gendongan di hari yang masih cerah ini! Hazel tidak akan melakukannya.Sergio tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menggendong Hazel ke samping t
Liana mengerutkan kening dan memarahinya, "Mereka memang pelayan, tapi mereka adalah pelayan Keluarga Hardwin. Kamu nggak punya hak buat ngatur-ngatur."Darra tiba-tiba tertawa, sorot matanya penuh dengan sarkasme. "Kalau aku bukan bagian dari Keluarga Hardwin, apa Hazel lah yang jadi bagian dari Keluarga Hardwin? Nyonya Liana, sikap pilih kasihmu kentara sekali.""Aku berteman dengan ibu Hazel dan aku melihatnya tumbuh dewasa. Kenapa memang kalau aku pilih kasih kepadanya?"Liana belum pernah melihat perempuan yang kurang ajar dan tidak tahu malu seperti ini. Bukan hanya tidak menghormati tetua di keluarga mertua, dia bahkan menuduhnya pilih kasih.Benar-benar perempuan yang tidak berpendidikan!Namun, Darra tidak berniat untuk mengalah dan terus mengejek, "Kenapa memangnya kalau kamu suka sama Hazel? Akulah yang akan meneruskan garis keturunan keluarga. Nyonya Liana, aku peringatkan. Jangan repot-repot mengurusiku atau saat aku menjadi orang yang bertanggung jawab atas Keluarga Hardw
Jika Sergio memiliki anak, tentu saja hal yang sama akan terjadi. Kalau anak Sergio punya kemampuan, dia akan menjadi penerus.Kalaupun anak Sergio tidak punya kemampuan dalam bisnis, Liana juga tidak akan mengabaikannya. Dia akan memberikan saham bahkan jaminan untuk masa tua kepada anak Sergio.Namun, Justin tidak memiliki ketajaman dalam berbisnis.Beberapa tahun lalu bahkan Irma memohon padanya untuk mengizinkan Justin magang di perusahaan dan Liana menyetujuinya.Namun apa yang terjadi? Di hari pertamanya, Justin membuat kesalahan dalam jumlah kontrak, menyebabkan perusahaan rugi sampai miliaran.Di hari kedua, dia mencetak informasi yang salah untuk sebuah rapat dan hampir saja merusak kerja sama perusahaan.Kesalahan semacam ini terus berlanjut.Setelah itu, Liana tidak pernah mengatakan akan mewariskan perusahaan kepada Justin.Sekarang, dia tidak menyangka akan mendengar kata pilih kasih dari mulut Darra!Dia tiba-tiba kehilangan minat untuk membela diri. Beberapa orang bahkan