Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (44)Di tempat lain, hal yang sama tengah Dina rasakan. Sejak tadi ia mencari kesempatan untuk menghubungi suaminya, namun ia tak kunjung mendapatkannya. Oma Rose melarangnya untuk ia menghubungi suaminya, bahkan walau hanya saling berbalas chat. Sedangkan kini ia tengah berada di dalam kamar wanita sepuh itu, membuatnya benar-benar tak bisa berkutik."Din ....""Ya, Oma?""Ceritain dong gimana pertemuan pertama kamu dengan Alfaro, gimana ceritanya dia bisa jatuh cinta dan menikahi kamu?" pinta Oma Rose membuat Dina terhenyak."Ehm, cerita pertemuan ya, Oma?" tanya Dina ragu."Iya."Dina menghela nafas panjang, "Ya Allah, bagaimana ini? Mana mungkin aku menceritakan yang sebenarnya pada Oma? Itu hanya akan mencoreng nama baikku, terlebih nama baik suamiku.Aku tak tahu, apakah kebiasan Aa' Al datang ke tempat Merry itu diketahui Oma atau tidak. Kalau Oma memang
***PZ***Waktu menunjukkan pukul 8.30 saat Alfaro mulai membuka matanya."Ya Allah, udah pagi aja. Kesiangan gue. Ini pasti gegara semaleman gue nggak bisa tidur mikirin Dina," gumam Al pelan sembari memijat kepalanya yang terasa berat.Lelaki berkulit sawo matang itu lalu meraih ponselnya, kembali mengecek apakah istrinya mengirimkan pesan padanya, namun nihil, hal yang ditunggu-tunggu itu tak kunjung menjadi nyata."Nggak bisa dibiarin nih anak, bisa-bisanya dia pergi dan mengabaikan gue seperti ini?" gerutu Al seraya memencet tombol memanggil, namun ternyata, nomor istrinya itu tidak aktif."Apa-apaan sih ini? Kenapa malah nonaktifin hp?" Al semakin geram dibuatnya."Sepertinya gua memang harus nyusul ke rumah Oma nih, kalau nggak gua nggak akan bisa tenang. Gua harus lihat sendiri apa yang sebenarnya tengah Dina lakukan sampai mengabaikan gue seperti ini? Bocah itu harus diberi pelajaran biar ngerti!" Gumam Al kemudian beranj
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (45)Al memarkir mobilnya asal di halaman rumah Oma, sejenak ia berpikir, mengapa rumah ini tampak sepi? Kemana keluarga yang jumlahnya sekampung itu pergi?Namun Al tak mempermasalahkannya, baginya saat ini yang terpenting adalah segera bertemu dengan istrinya. Al melangkahkan kakinya cepat, memasuki rumah megah yang terlihat sunyi."Din ... Dina ...," Al mulai berteriak memanggil istrinya, ia begitu tak sabaran ingin menemui gadis yang semalaman membuatnya gegana."Addina ... Di mana kamu?" teriak Al sekali lagi, namun tetap tak ada sahutan."Addina Amalia Zahra!" teriak Al sekali lagi, kali ini terlihat Vio keluar dari kamarnya dengan mengucek mata."Lo ngapain sih masih pagi udah teriak-teriak? Ini rumah Oma, bukan hutan!" gerutu Vio seraya berjalan mendekati Al."Di mana istri gue? Ngapain aja dia? Kenapa nggak ada kabar?" cerca Al."Lo bisa nggak sih nanya satu-sat
Setibanya di hotel, Al segera menghubungi Oma untuk bertanya ke mana ia harus pergi, namun wanita sepuh berenergik itu memintanya untuk menunggu di loby.Tak berselang lama, datang dua orang lelaki dengan busana putih tulang yang dipadukan dengan batik coklat, kedua lelaki itu mendekat ke arah Al."Selamat siang, Pak Alfaro," sapa salah satu dari mereka."Siang," jawab Al seraya mengerutkan keningnya."Mari silakan ikut kami, Pak.''"Kalian siapa?" tanya Al tak serta merta mengikuti dua lelaki yang datang menghampirinya."Kami terapist Spa di hotel ini, Pak, yang akan mentreatment Bapak untuk persiapan acara nanti malam. Tadi ibu Rose, sudah menginfokan pada kami bahwa Bapak sudah menunggu di loby, mari, Pak, ikut kami," jelas seorang terapist itu penuh ketelatenan."Oh, gitu. Apa istri saya juga menjalani rangkaian treatment ini?" tanya Al penasaran, membayangkan istrinya di treatment oleh dua lelaki membuat dadanya ber
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (46)"Astaga, ini beneran Dina?" batinnya tak percaya.Sejenak Al terdiam, memandangi istrinya dari atas ke bawah. Ia benar-benar tak mengenali wanita di hadapannya adalah Dina. Wanita itu lebih pantas disebut sebagai jelmaan bidadari surga, sebab begitu cantik dan menawan.Dengan dibalut dres pengantin berwarna putih, juga dengan hijab berwarna senada, membuat aura Dina terpancar begitu indah. Riasan flawless kekinian, juga sebuah kain yang menjuntai dari kepala hingga kakinya, menambah kesan anggun dari mempelai wanita di malam resepsinya.Dina berjalan mendekat ke arah suaminya, meraih tangannya kemudian menciumnya penuh hormat, sedangkan Al masih terdiam, speachless dan terpesona. Segala amarah yang semula tengah memuncak kini runtuh seketika, berganti dengan pandangan penuh cinta untuk istrinya."Assalamualiakum, A'," sapa Dina."Wa ... Waalaikumsalam," jawab Al terbata."Aa
"Gila ya si Dina cakep banget pakai make up!" celetuk salah satu sepupu Al."Kan gue bilang juga apa, dia cuma perlu dipoles doang.""Si Al emang nggak salah sih, ternyata si buntelan itu oke juga."Mereka saling bersahutan memuji kecantikan Dina malam ini. Hal yang sama juga dilakukan oleh segerombol staff dan karyawan Al."Akhirnya, perebutan hati sang pengusaha muda berakhir juga ya?" celetuk salah satu staff Al."Dan tidak ada satu pun di antara kita yang memenangkannnya," sahut staff yang lain diikuti gema tawa mereka."Ya iya lah bukan kita pemenangnya, orang ternyata selera Pak Al daun muda begitu, mana cantik banget lagi," sahut salah satu dari yang sedang berkerumun."Iya lah, Bu Alice yang segitu beningnya aja Pak Al nggak tertarik, apa lagi kita-kita?" ucap staff yang tadi membuka percakapan. "Hahahaha." terdengar merkea kembali tertawa."Ya ampun, Bu Alice, apa kabar dia ya? Ada yang l
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (47)"Baiklah, karena dari perwakilan para tamu sudah mempersembahkan beberapa lagu, bagaimana kalau sekarang kita beri giliran pada kedua mempelai untuk berduet membawakan lagu?" lanjut Tiara yang sontak mendapat jawaban "Setuju" secara serempak dari para hadirin.Hal itu jelas membuat Al semakin gelagapan, tak hanya Al, kini Dina pun merasakan hal yang sama."Astaga, apa lagi ini?" gerutu Al dalam hati."Ayo, A', kita nyanyi?" ajak Dina."Nggak, saya nggak suka nyanyi.""Ayo lah, A', suara Aa' bagus, lho!""Nggak, Addina, saya nggak mau!""Ayo, A', please ... Sekaliii aja. Sama seperti pernikahan ini, sekali seumur hidup," rayu Dina lagi."Ada-ada aja sih, ulah teman-teman kamu!" gerutu Al.Sedangkan di sisi lain, diam-diam Dina sudah menerima mikrofon yang disodorkan pada mereka."A', satu lagu aja mau ya? please ...." bisik Dina tak menyera
Al dan Dina tengah berada di kamar hotel tempat acara resepsi berlangsung, kamar tersebut sengaja dipesan oleh Oma Rose sepaket dengan ballrom yang digunakan sebagai acara resepsi.Al dan Dina baru saja selesai mandi dan membersihkan tubuh mereka, kini mereka duduk bersebelahan di ranjang, memandang setumpuk hadiah pernikahan dari para kerabat dan kawan."Capek juga ya ternyata buat acara resepsi begini," ucap Al seraya merangkul istrinya, mengarahkan kepala sang istri agar bersandar di dadanya."Iya, A', padahal kita nggak ikutan repot ngurusin ya? tapi bahagia sih." Dina menimpali.Al tersenyum tipis, "Iya.""Oiya, A', kita bukain hadiahnya yuk!""Kamu mau buka hadiah? Nggak mau istirahat dulu?" tanya Al."Iya buka sebagian aja, penasaran juga Dina apa isinya, habis itu kita istirahat.""Oke."Al dan Dina kemudian membuka satu per satu hadiah pernikahan yang ada di hadapannya.Bermacam-macam