Zaara menatap ke arah telapak tangan dari Willy yang ditunjukkan ke depan wajahnya. Tentu saja ia langsung merutuki kebodohannya karena membuang bekas pembungkus testpack di tempat sampah yang ada di kamar mandi.
"Bang Willy, itu ...."
Karena merasa kebingungan untuk menjawab, membuat Zaara tidak bisa melanjutkan perkataannya. Ia merasa sangat kebingungan saat menjelaskan tentang apa yang saat ini tengah dialaminya.
Willy yang pagi tadi membuang bekas alat cukur di tempat sampah, tidak sengaja indera penglihatannya melihat ke arah bungkus testpack di tempat sampah. Sehingga ia yang ingn memastikannya, meraih bungkus alat tes kehamilan tersebut dan menunggu waktu yang pas untuk berbicara dengan Zaara. Dan di saat inilah waktu yang tepat untuk membicarakannya saat Zaara sudah muntah-muntah.
Willy yang daritadi menatap tajam gadis yang terlihat sangat kebingungan itu, masih ingin mendengar penjelasan da
Zaara masih terus menatap wajah tampan Willy yang terlihat tidak bermain-main dengan ucapannya. Karena terlihat sebuah keseriusan dari netra pekat dengan silinder hitam yang masih intens menatapnya. Menyadari posisinya yang sangat intim, yaitu tubuhnya masih dalam pelukan Willy, membuat Zaara refleks menjauh."Maaf Bang, aku jadi lemah seperti ini. Apa kata Abang tadi, menikahiku? Abang Willy bercanda," ujar Zaara yang sudah bangkit dari posisinya yang daritadi berjongkok dan sekarang ia sudah berdiri. Perasaannya kini tak menentu saat mendengar keputusan dari pria yang sudah dianggapnya sebagai abangnya sendiri.Willy mengikuti pergerakan dari Zaara dengan bangkit dari posisinya dan kini posisinya sejajar dengan gadis di depannya yang terlihat sangat gelisah tersebut. "Hanya inilah jalan keluarnya, Zaara. Tidak ada cara lain karena janin yang ada dalam rahimmu butuh nama ayah. Agar tidak ada yang menyebutnya anak haram."
Willy membenarkan perkataan dari sang ibu dengan sebuah anggukan kepala dan sekilas melirik ke arah sosok gadis yang saat ini tengah meremas roknya. Tentu saja ia bisa membaca kegelisahan dari Zaara yang terlihat sangat jelas seperti seorang anak yang ketakutan setelah tertangkap basah melakukan kesalahan."Zaara, kamu tidak apa-apa?""A-aku ...."Zaara menoleh ke arah wanita paruh baya di samping kanannya, "Ibu, aku butuh waktu untuk memikirkannya. Tolong, jangan hubungi papaku dulu karena aku masih belum siap. Aku mohon, Bu," lirih Zaara yang sudah menyatukan telapak tangannya dan menampilkan sorot mata penuh permohonan.Endang langsung menurunkan tangan Zaara ke bawah dan merengkuhnya ke dalam pelukannya. "Jangan seperti ini, Zaara. Ibu bisa mengerti apa yang tengah kamu rasakan. Pasti kamu takut papamu akan marah padamu, kan? Tenang saja, biar kami yang memikirkannya."
Arkan dan Krisna tengah fokus menatap ke arah benda pipih yang menampilkan video dari seorang gadis dengan rambut panjang di bawah bahu. Tentu saja suara rintihan kesakitan bisa didengar oleh indera pendengaran mereka. Sedangkan bocah berusia 3 tahun itu terus berbicara dengan menyebutkan 'atak Sara' dengan jari telunjuk yang mengarah pada ponsel tersebut.Tentu saja Arkan kini mulai mengerti apa yang dimaksud oleh Arka dan saat ia melihat sosok gadis yang sudah diperlakukan sangat kasar oleh Rini, membuatnya benar-benar tidak bisa berpikir jernih."Zaara? Dia ... adalah anak tiri yang selalu diceritakan oleh Rini dan menjadi pelampiasannya untuk membalas dendam pada Cakra Baihaqi. Jadi, Zaara adalah putri pria yang merebut kekasihku dan aku sudah memperkosa gadis malang yang sudah tidak mempunyai ibu kandung dan selalu menangis saat mengingat almarhumah ibunya. Takdir macam apa ini? Bagaimana mungkin?" batin Arkan yang langsung menole
Zaara terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamar dengan perasaan yang tidak menentu. Tentu saja saat ini yang dipikirkannya adalah mengenai perkataan dari Endang dan Willy yang akan memberitahukan pada papanya tentang kehamilannya."Bagaimana ini? Papa tidak boleh tahu mengenai kehamilanku. Bagaimana jika papa bertanya padaku tentang siapa ayah dari janin yang aku kandung ini? Aku tidak mungkin mengatakan bahwa daddy Arkan lah yang menghamiliku. Daddy Arkan ... aku bahkan tidak bisa menghilangkan panggilan sayangku padanya setelah apa yang dia lakukan. Harusnya aku membencinya," lirih Zaara yang meremas rok panjang yang dikenakannya.Semenjak ia diperkosa, penampilannya berubah total. Karena selama ini ia lebih menyukai memakai rok mini dengan atasan lengan pendek. Namun, semua itu berubah karena sekarang ia selalu memakai rok panjang dan kaos casual dengan lengan panjang. Seolah ia saat ini benar-benar menjaga tubuhnya setelah ternoda.
Arkan mengemasi barang-barangnya karena ingin menginap di hotel lain agar tidak bertemu atau terganggu dengan keberadaan Rini. Karena ia ingin fokus untuk mencari keberadaan dari Zaara yang sudah diketahuinya adalah putri dari Cakra Baihaqi. Ia memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper dan saat melihat gaun pesta yang merupakan milik Zaara, membuatnya mengarahkan hidungnya untuk mengendus aroma yang tertinggal di sana. Karena ia sengaja tidak mencuci gaun indah itu. Hal itu sengaja dilakukannya untuk mengingatkan kesalahannya saat mencium aroma khas dari Zaara yang telah diperkosanya. "Bahkan aromamu masih tertinggal di gaun ini, Zaara. Aku tidak bisa melupakan aroma tubuhmu di malam aku memperkosamu. Sekarang kamu ada di mana? Jika kamu tidak pulang ke Mansion dan tidak memakai kartu kredit yang aku berikan padamu, kamu hidup dengan apa?" Jantung Arkan langsung berdegup kencang ketika membayangkan kemungkinan buruk yang ada di pikirann
Willy masih terdiam beberapa saat ketika merasakan rasa sakit yang dirasakan olehnya begitu mendengar isi hati dari gadis yang saat ini tengah dipeluknya. Hingga ia merasakan pergerakan dari Zaara yang melepaskan diri dari pelukannya dan menghapus kasar air mata di pipi putih itu."Bagaimana perasaanmu, Zaara? Kamu sudah merasa tidak khawatir lagi, kan? Jadi, batalkan niatmu yang ingin pergi dari sini. Karena aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi." Willy mengarahkan tatapan tajam pada gadis yang membulatkan kedua matanya begitu mendengar ucapannya.Zaara mundur 1 langkah ketika merasa seperti seorang pencuri yang sudah ketahuan, "Abang Willy, apa maksudmu? Apakah kamu mengetahui kalau aku akan pergi dari sini nanti malam? Astaga," keluh Zaara yang sudah berkali-kali menepuk jidatnya begitu menyadari kebodohannya."Dasar bodoh, kenapa kamu malah mengungkapkan sendiri rencanamu," batin Zaara yang merutuki kebod
Arkan saat ini sudah berada di sebuah kamar hotel, ia sengaja memilih menjauh dari Rini dengan tinggal di hotel lainnya. Selain ingin sebuah ketenangan, ia ingin fokus mencari keberadaan Zaara. Terlihat Arkan sudah sibuk mencari tentang informasi mengenai Zaara dan bisa diketahuinya bahwa nama lengkap dari putra Cakra Baihaqi itu."Aisyahzaara Bellova, nama yang sangat cantik secantik wajahmu. Zaara, aku harus menemukanmu. Semoga kamu baik-baik saja, karena jika sampai terjadi sesuatu padamu, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku."Arkan saat ini tengah memandangi foto Zaara yang ada akun media sosial. Terlihat Zaara sangat cantik saat memakai gaun tanpa lengan yang berwarna putih dengan rambut hitam panjangnya yang terurai di bawah bahu dengan senyuman manis dan beberapa foto yang ada di sana. Bahkan ia sudah menyalin semua foto itu ke dalam ponselnya.Sehingga sekarang, galeri fotonya sudah dipenuhi dengan foto-f
Satu bulan telah berlalu dan hari ini adalah hari di mana Willy akan menikahi Zaara secara siri. Karena permintaan dari Zaara dan juga gadis itu sama sekali tidak membawa tanda pengenal apapun. Sehingga untuk menutupi gunjingan para tetangga yang nanti akan menghina Zaara saat perutnya semakin membuncit, akhirnya hanya itu satu-satunya jalan keluar.Endang Susanti membangunkan gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri. Bahkan jauh di lubuk hatinya, ia sangat senang ketika Zaara menikah dengan putranya. Meskipun sebenarnya merasa tidak pantas karena mereka berbeda kasta. Dengan penuh kelembutan, Endang mengusap rambut panjang gadis yang terlihat tertidur dengan posisi memeluk guling."Zaara, bangun Sayang. Ini sudah siang. Kamu harus bersiap."Zaara yang sudah mulai kembali dari alam bawah sadarnya, mengucek matanya beberapa kali. Lalu, bangkit dari posisinya yang awalnya berbaring dan langsung duduk di