Aku menampar wajahnya begitu saja. Aku gak suka dia dekat denganku. Dia bukan suamiku lagi.Mas Arman memegang wajahnya yang ku tampar. Aku nggak tahu, apakah mungkin sekarang dia marah kepadaku dan akan membalas hal yang sama dengan apa yang kulakukan?"Aku sama sekali nggak akan marah. Kamu wajar memukulku. Aku banyak bersalah di masa lalu padamu."Dia mengambil tanganku lalu berusaha membuatku untuk memukulnya lagi. Mas Arman sudah gila. Kenapa dia jadi begini?"Kamu ini kenapa sih, Mas? Lepaskan aku!""Aku melakukan ini karena mencintaimu. Tak bisakah kamu balas cintaku!" katanya berteriak.Aku mendelik lalu mencoba mundur karena takut. Dia masih saja memegang tanganku. Mas Arman sepertinya depresi. Dia tertekan karena bercerai dan nyaris di pecat dari pekerjaan. Mungkin seperti itulah membuatnya jadi sedikit gila."Cahaya ...""Jangan dekati aku, Mas ..."Saat dia hendak mendekat lagi. Aku kembali mundur. Aku takut dia semakin menggila atau bahkan menyakitiku dan lebih fatal memb
SEBENING CAHAYA CINTA 38.**PoV CahayaPak Pras menatapku sebentar dengan rasa canggung begitu pula dengan diriku. Apalagi dia memegang tanganku jelas saja perasaan tidak nyaman kami rasakan keduanya. Pak Pras melepaskannya perlahan."Saya tidak apa-apa, Pak. Lagi pula saya heran dengan perbuatan Mas Arman. Kenapa dia jadi seperti orang yang kurang waras? Bapak tahu nggak dia dulu itu nggak pernah bertanggung jawab sama saya sebagai suami dan setelah kami bercerai dia malah berlaku seperti anak kecil."Aku berusaha menghilangkan rasa canggung di dadaku dengan berbicara seperti itu. Kemudian kulihat ekspresi Pak Pras dengan tidak suka. Aku meringis lalu lebih memilih diam."Arman melakukan itu karena dia nggak mau kehilangan kamu. Dia sekarang sudah tahu wanita seperti apa yang dia ceraikan. Sekarang saya mau tanya sama kamu. Apakah kamu masih mencintai Arman?"Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapan Pak Pras. Pertanyaan konyol macam apa itu. Kenapa dia bisa punya pemikiran kalau aku
Aku menelan salivaku. Pria di depanku tanpa ragu mengatakan itu. Sudah sewajarnya memang aku melayani suamiku karena bagaimanapun dia sudah menjadi suamiku."Baik, kalau Mas Pras menginginkannya." Aku berkata sambil tertunduk malu. Dia tersenyum mendengarnya.Mas Pras mengatakan kalau urusan pekerjaannya sudah selesai. Dia ingin kami menghabiskan waktu secara keluarga. Membawa anakku bermain, berkenalan dan juga bersenang-senang itu yang dia katakan kepadaku tadi.Tentu saja dengan senang hati aku menyambutnya. Kami keluar dari ruangan mas Pras. Kemudian dia berjalan bersamaku sambil memegang tanganku. Jujur jantungku berulah kencang. Aku tak pernah di perlakukan seperti ini oleh lelaki. Mas Arman sebagai mantan suami hanya bisa menjelekkan ku dan mengatakan dia malu memiliki istri sepertiku.Ternyata cinta bisa datang di tangan lelaki yang tepat. Lelaki yang lebih menghargai. Aku tak boleh berpersepsi terlalu tinggi karena kami baru saja saling mengenal dan mungkin ini yang dinamakan
SEBENING CAHAYA CINTA 39.**PoV CahayaMas Pras mengatakan padaku perkataan yang menurutku romantis. Lihat kamar kita? Dia sudah berpikir sejauh ini.Melihat kedua putriku sedang tertawa-tawa dengan tempat tidur dan kamar barunya. Mereka terlihat sangat happy, sangat senang, di mana ada boneka yang banyak dan juga mainan yang membuat mereka betah berada di kamar ini. Belum Lagi ada televisi yang mereka nyalakan. Ada program tayangan kartun kesukaan mereka."Yuk, Dek Cahaya," kata Mas Pras.Aku speechless dia berkata demikian."Iya, Mas," lanjutku.Mas Pras menarik tanganku tanpa ragu ke kamarnya. Ini dulunya kamar Mbak Rahma tanpa ragu dia bawa aku ke dalam.Jantungku berdegup kencang. Perasaan ku bergetar ketika berada di dalam kamar tersebut. Ada hal yang berbeda, sepertinya sebagian perabot yang ada di dalam kamar ini baru."Dek Cahaya, kamu suka kamar baru kita?" tanyanya."Kamar baru? Bukannya ini kamar Mas juga sebelumnya bersama Mbak Rahma?" tanyaku meringis.Dia tertawa lalu
Alhamdulillah, aku bisa tersenyum senang kalau aku sehat. Tak ada penyakit kelamin yang kuderita dan berharap Mas Arman juga tak kena. Tak tahu sekarang apakah dia masih pacaran atau tidak lagi dengan wanita lain. Berharap dia berubah lebih baik.Sekarang siapa yang sangka wanita kampungan sepertiku menikahi sultan kaya, Prasetyo. Ini bagaikan mimpi. Aku tak kuasa menahan rasa bahagia bersama lelaki lemah lembut sepertinya. Teringat Mbak Rahma yang mengatakan kalau suaminya sangat baik. Sekarang lelaki baik itu sudah menjadi milikku.Setelah selesai mandi. Aku menggunakan pakaian di dalam kamar mandi saja karena aku merasa malu untuk menggunakan di luar. Walaupun aku sudah menjadi seorang istri tetap saja kami belum saling mengenal. Tidak tahu mau dibawa ke mana setelah ini keadaannya.Aku keluar kamar mandi dengan baju tidur terusan. Rasanya nyaman sekali. Hijabku sudah kulepas. Aku ingin bersisir karena rambutku basah dan ingin kukeringkan lebih dulu."Mas, saya sudah selesai mandi.
SEBENING CAHAYA CINTA 40.**POV CAHAYAMas Pras membawa ku masuk dengan masih memelukku dari belakang. Jantungku berulah cepat. Meskipun aku seorang janda tetap saja, aku manusia biasa. Apalagi perhatian seperti ini tidak pernah kurasakan dari mantan suamiku.Setelah masuk ke kamar. Pintunya di tutup Mas Pras dengan kakinya. Dia lalu membalik tubuhku. Aku menelan salivaku dengan tangan bergetar.Aku melihat sejenak ke arahnya. Dia juga melakukan hal yang sama. Jakunnya naik turun dengan tubuhnya yang gemetaran. Mas Pras sepertinya sama denganku. Tapi dia lebih memberanikan diri."Mas ..."Belum selesai ku berkata dia mencium ku. Aku melotot ketika dia melakukannya. Dia dengan lembut membawaku ke peraduan. Di sana kami saling memandang satu sama lain setelah kecupan itu terlepas. Menikmati kelebihan masing masing diantara kami."Dek, apa kamu mau malam ini?" tanyanya.Aku gugup. Pertanyaan apa itu? Namun, aku juga terhipnotis dengan pesonanya sehingga aku menganggukkan kepalaku tanda
"Ada hal yang ingin Mas katakan kepadamu. Mas akan pergi ke Jepang untuk tujuan bisnis. Kamu mau ikut gak dengan anak-anak?"Aku terperangah ketika mas Pras mengatakan itu kepadaku. Dia mengajak kami liburan sekaligus jalan-jalan. Padahal dia dalam kondisi bekerja. Apa tidak mengganggunya?"Ini acara bisnismu, Mas. Apa nggak mengganggu kamu kalau anak-anak juga ikut serta dengan diriku?""Ini memang acara bisnis tapi aku tidak selamanya akan melakukan bisnis. Mas juga memiliki keluarga, istri dan juga anak-anak. Kalau memang ini perjalanan pertamamu maka kita harus segera menyiapkan dokumennya. Lagi pula anak-anak juga bisa bersama baby sitter yang menjaga. Kita tidak terlalu repot, 'kan? Kalau masalah toko kamu, apakah nggak apa-apa Kalau ditinggal?""Kalau masalah pekerjaan ku. Ada Fikar yang memantau, tidak masalah dan tidak sebesar pekerjaan kamu, Mas. Kalau kamu memang merasa tidak mengganggu. Aku juga kepingin jalan-jalan bersama kamu."Mas Pras mencubit pipiku gemas. Dia menguk
SEBENING CAHAYA CINTA 41.**PoV CahayaAku bisa bernapas lega setelah Mas Pras mengatakan itu. Sudah beberapa kali aku bertemu Ibu Tiana. Tetapi sedikit sekali kami berbicara. Hanya berbicara ketika Mbak Rahma sedang kritis dan kami menikah. Saat itu Bu Tiana juga sedang bersedih, aku menghiburnya.Alhamdulillah, dia mendukung pernikahanku dengan Mas Pras dan membuat hatiku semakin lega. Senyumannya tetap manis dan orangnya juga menawan. Ibu Tiana adalah wanita yang berkelas. Aku merasa yakin kalau dia benar-benar perempuan baik."Bunda ... Papa ..."Dengan riang gembira kedua putriku menyambut kami. Mereka sudah rapi. Pergi ke Kafe seperti yang dikatakan Mas Pras."Eh, anak-anak Papa udah cantik-cantik, siap ketemu nenek ya," kata Mas Pras."Iya, Pa," ucap mereka kompak."Sayang, bawa apa itu?" tanya Mas Pras padaku.Suamiku melihat sesuatu yang memang ku letakkan di sebuah tempat berukuran petak. Ada dua tempat makanan, rantang petak berukuran sedang."Mas, aku sengaja membuatkan k