SEBENING CAHAYA CINTA 33**PoV Cahaya Aku menunggu Pak Pras mengucapkan kalimatnya. Dia mau berkata apa kepadaku?"Cahaya, sebaiknya kamu jangan memanggil Bapak lagi kepadaku karena aku sekarang suami kamu," katanya lembut. Aku hanya menganggukkan kepalaku tersenyum kecut tanda menyetujui ucapannya. "Begini, Cahaya. Aku tahu kita semua sedang pusing dan dilanda kelelahan apalagi secara tiba-tiba Rahma meninggalkan kita semua. Maafkan aku kalau fokus sekarang mengurusi Istriku yang meninggal. Aku harap kamu paham." "Tentu aku mengerti, Pak. Eh, maksudku Mas. Kalau seperti ini lebih bagus saya pulang saja, ini juga sudah malam. Mungkin besok pagi saya datang kemari bersama anak-anak juga untuk melihat dan menghadiri pemakaman Mbak Rahma." Aku bingung mau mengatakan apa. Sebenarnya aku nggak betah ada di rumah ini. Inginku pulang ke rumah dan tidur bersama kedua putriku. "Mungkin pernikahan ini tidak seperti yang kamu harapkan. Itu pula tidak seperti yang saya harapkan. Kejadianny
Mas Arman mulai drama. Dulu saja dia tidak begitu peduli dengan kuda putriku. Dia juga tidak pernah menunjukkan iktikad baik ke anak-anakku tetapi aku malas bertengkar di sini. Di sini pemakaman Mbak Rahma yang baru saja terjadi. Lebih bagus aku kalem dan tidak memulai pertengkaran dengan dia. "Ayah. Kami mau ikut Om Fikar," kata Ratu. Aku tersenyum saat anakku mengatakan itu. Ternyata benar peribahasa yang mengatakan apa yang kita tabur itulah yang kita tuai. Mas Arman selama ini nggak pernah peduli dengan anakku. Dia nggak pernah memberikan kasih sayang ke anakku dan itulah sekarang yang dia tuai. Anak-anakku juga tidak mencintainya. Bahkan mereka juga tidak terlalu kenal karena sikap acuh tak acuh Mas Arman ke anaknya sendiri. "Kok gitu. Ikut Ayah yuk. Ayah kangen banget sama kalian. Nenek serta Tante Arum dan Ria juga kangen." "Selama ini mereka juga nggak pernah kok rindu sama kami. Kami mau pulang aja, Ayah. Kami mau ngerjakan PR setelah itu mau mengaji," kata Ratu memegang
SEBENING CAHAYA CINTA 34. **PoV Author. "Cahaya. Masalah apa ini apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Pras yang datang secara tiba-tiba. Cahaya tersentak kaget begitu pula Arman. Arman melirik Pras dengan perasaan tidak senang. Meskipun lelaki itu adalah bosnya. Saat ini tidak boleh mencampuri urusan pribadinya. Ada hal yang harus dibicarakannya dengan Cahaya. Arman tidak ingin Pras mendengarkan."Nggak ada masalah apa-apa kok, Pak. Hanya masalah kecil saja. Tadi tidak sengaja bertemu dengan Mas Arman dan juga dia menyapa anak-anak saya. Hanya sekedar seperti itu saja," sambung Cahaya. Pras melirik Arman dengan rasa tidak suka. Lelaki itu memegang bahu Cahaya. Cahaya tersentak ketika Pras melakukan itu. Dia sama sekali tidak ada rasa canggung. Arman melirik dengan mata melotot. Bagaimana mungkin Pras bisa memegang bahu cahaya dan cahaya tidak marah sama sekali? Apakah mereka punya hubungan dan selingkuh?Ini adalah hari pemakaman istri Pras. Tetapi dengan tidak merasa bersal
"Aku sudah mempertimbangkannya. Kita sudah menikah tetapi kita belum berbicara lebih banyak tentang pernikahan kita ini. Masih banyak sekali yang harus kita bicarakan dan aku akan memberikanmu waktu karena aku juga perlu waktu setelah Rahma meninggal. Nanti kita akan saling bercerita, yang penting Arman nggak mengganggu kamu karena kamu ada istriku." Pras berkata tegas. Cahaya hanya meringis seakan-akan hubungan pernikahan mereka memang benar-benar pernikahan asli. Mereka memang belum berbicara tentang pernikahan mereka yang mau dibawa ke mana. Apakah pernikahan sungguhan atau pernikahan seperti apa karena mereka berdua juga tidak terlalu kenal. "Kalau seperti itu Pak saya permisi dulu. Nanti setelah semuanya kondusif dan Bapak juga sudah tenang kita harus berbicara satu sama lain untuk menyelesaikan masalah ini." "Baik, Cahaya. Hanya saya minta sama kamu tolong jangan panggil saya Bapak sudah saya bilang sama kamu panggil saya Mas karena sekarang saya suami kamu." "Eh, Iya, Mas."
SEBENING CAHAYA CINTA 35. **PoV Author.Mendengar ucapan putranya. Bu Heni nggak terima. Begitu pula dengan Ria yang datang beserta Ibunya. Dia melongo seakan-akan yang diucapkan Arman adalah dongeng sebelum tidur. "Kamunya ngehalu ya, Mas? Bagaimana mungkin Mbak Cahaya yang hitam, jelek, dekil bisa menikah sama Bos kamu. Dulu aku pernah lo datang ke acara peresmian kantor atau acara apa gitu, jadi aku ngelihat Bos kamu itu memang keren ganteng dan sayangnya udah punya istri. Aku juga mau sih jadi istri dia. Dan tiba-tiba Mbak Cahaya yang ketiban duren. Rasanya gak mungkin! Gak mungkin dia pilih wanita jelek!" kata Ria gak terima. "Arman kamu ini ngehalu ketinggian sekali. Cahaya memang sudah membohongi kamu. Tapi tidak mungkin dia menggaet Bos kamu. Modal apa dia punya hal seperti itu. Lagian dengar ya, Arman. Di dalam harta Cahaya yang dia bangun toko dan jadi sukses itu ada harta kamu. Kamu nggak boleh berhenti berjuang dong untuk mendapatkan harta itu!" kata Bu Heni geram. Ar
"Mbak, ada yang mau ketemu sama kamu," ucap Fikar. Cahaya sedang berkutat di laptopnya. Ada banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikannya. Cahaya mengernyitkan dahi, siapa ingin bertemu dengan dirinya?"Siapa?" "Mantan suami kamu," ucap Fikar lagi. Cahaya mendesah. Untuk apa lagi Arman kemari. Apalagi yang ingin disampaikannya. Semuanya udah terlambat. Setelah bercerai dari Arman membuat hidup cahaya bebas. Sebenarnya dia ingin dengan kebebasannya menjadi janda beberapa tahun lagi. Namun memang takdir Allah menentukan lain. Dia harus menikah dengan Pras. Mau tidak mau dia harus melakukan itu karena sudah beginilah jalan kehidupannya. "Kenapa, Mbak? Kamu nggak mau bertemu dengan dia. Kalau memang kamu nggak mau bertemu dengannya maka aku akan mengusirnya dan menyuruh dia pulang. Dia membawakan ini untuk Ratu dan Rani."Cahaya tertawa kecut mendengar penuturan Fikar dan melihat bawaan yang dipegang Fikar. Dua boneka. Tumben-tumbennya Arman melakukan itu. Apakah Arman ingin meny
SEBENING CAHAYA CINTA 36. **PoV Cahaya Mas Arman terdiam sebentar ketika ingin menyampaikan pendapatnya. Aku sengaja mengajaknya ke tempat ini, tempat ini tidak jauh dari tokoku dan juga rumahku. Di tempat inilah aku sebagai Ayu dulu makan bersama dengan mantan suamiku. "Cahaya. Tolong jangan katakan kepadaku kalau ini adalah terakhir kita berbicara. Bagaimanapun kita berdua punya anak jadi aku punya hak atas anak-anak kita!" seru Mas Arman menatapku. "Tumben sekali kamu mengatakan punya hak atas anak-anak kita. Selama ini saat aku pergi dari rumah kamu. Bahkan kamu, nggak ada nyariin mereka. Sekarang setelah kamu tahu aku adalah Ayu dan Ayu adalah Cahaya. Kamu menganggap anak itu seolah-olah anak yang kamu sayangi. Di mana pikiran kamu dan hati kamu, Mas." "Kenapa kamu mengatakan hal itu? Saat itu aku khilaf. Tapi bagaimanapun mereka adalah anakku jadi kamu nggak bisa tidak memberikan akses kepadaku untuk berbicara dengan mereka. Walaupun kamu mengatakan kita sudah berpisah dan
Dan saat itu jugalah Allah memberikan pertolongan kepada kami. Aku tahu Tuhan tidak pernah tidur. Waktu yang tepat Allah mengirimkan malaikat yang baik untuk membantu kami. Aku dipertemukan dengan istri Pak Pras. Tak sengaja dan akhirnya menjadi teman. Dengan percaya, dia memberikan modal untukku sebagai pinjaman.Setelah memiliki uang modal sebagai pinjaman dari istrinya. Aku memberanikan diri lari dari kamu. Aku me-ngontrak sebuah ruko dan membuat usaha. Alhamdulillah karena Allah maha baik. Allah tahu suamiku sangat zalim beserta keluarganya. Kami diberikan rezeki yang begitu banyak hingga akhirnya kita bercerai. Dari sanalah aku mengenal Mbak Rahma yang baik dan dia begitu percaya kepadaku, memberikan modal untukku. Hingga dia sakit dan memberikan lagi amanah agar aku menikah dengan Pak Pras sebagai pengganti dirinya. Kami menikah ketika dia sedang sakit parah beberapa jam sebelum meninggal." Aku menarik napas panjang mengatakan itu ke Mas Arman. Ucapanku datar tetapi berhasil me