SEBENING CAHAYA CINTA 35. **PoV Author.Mendengar ucapan putranya. Bu Heni nggak terima. Begitu pula dengan Ria yang datang beserta Ibunya. Dia melongo seakan-akan yang diucapkan Arman adalah dongeng sebelum tidur. "Kamunya ngehalu ya, Mas? Bagaimana mungkin Mbak Cahaya yang hitam, jelek, dekil bisa menikah sama Bos kamu. Dulu aku pernah lo datang ke acara peresmian kantor atau acara apa gitu, jadi aku ngelihat Bos kamu itu memang keren ganteng dan sayangnya udah punya istri. Aku juga mau sih jadi istri dia. Dan tiba-tiba Mbak Cahaya yang ketiban duren. Rasanya gak mungkin! Gak mungkin dia pilih wanita jelek!" kata Ria gak terima. "Arman kamu ini ngehalu ketinggian sekali. Cahaya memang sudah membohongi kamu. Tapi tidak mungkin dia menggaet Bos kamu. Modal apa dia punya hal seperti itu. Lagian dengar ya, Arman. Di dalam harta Cahaya yang dia bangun toko dan jadi sukses itu ada harta kamu. Kamu nggak boleh berhenti berjuang dong untuk mendapatkan harta itu!" kata Bu Heni geram. Ar
"Mbak, ada yang mau ketemu sama kamu," ucap Fikar. Cahaya sedang berkutat di laptopnya. Ada banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikannya. Cahaya mengernyitkan dahi, siapa ingin bertemu dengan dirinya?"Siapa?" "Mantan suami kamu," ucap Fikar lagi. Cahaya mendesah. Untuk apa lagi Arman kemari. Apalagi yang ingin disampaikannya. Semuanya udah terlambat. Setelah bercerai dari Arman membuat hidup cahaya bebas. Sebenarnya dia ingin dengan kebebasannya menjadi janda beberapa tahun lagi. Namun memang takdir Allah menentukan lain. Dia harus menikah dengan Pras. Mau tidak mau dia harus melakukan itu karena sudah beginilah jalan kehidupannya. "Kenapa, Mbak? Kamu nggak mau bertemu dengan dia. Kalau memang kamu nggak mau bertemu dengannya maka aku akan mengusirnya dan menyuruh dia pulang. Dia membawakan ini untuk Ratu dan Rani."Cahaya tertawa kecut mendengar penuturan Fikar dan melihat bawaan yang dipegang Fikar. Dua boneka. Tumben-tumbennya Arman melakukan itu. Apakah Arman ingin meny
SEBENING CAHAYA CINTA 36. **PoV Cahaya Mas Arman terdiam sebentar ketika ingin menyampaikan pendapatnya. Aku sengaja mengajaknya ke tempat ini, tempat ini tidak jauh dari tokoku dan juga rumahku. Di tempat inilah aku sebagai Ayu dulu makan bersama dengan mantan suamiku. "Cahaya. Tolong jangan katakan kepadaku kalau ini adalah terakhir kita berbicara. Bagaimanapun kita berdua punya anak jadi aku punya hak atas anak-anak kita!" seru Mas Arman menatapku. "Tumben sekali kamu mengatakan punya hak atas anak-anak kita. Selama ini saat aku pergi dari rumah kamu. Bahkan kamu, nggak ada nyariin mereka. Sekarang setelah kamu tahu aku adalah Ayu dan Ayu adalah Cahaya. Kamu menganggap anak itu seolah-olah anak yang kamu sayangi. Di mana pikiran kamu dan hati kamu, Mas." "Kenapa kamu mengatakan hal itu? Saat itu aku khilaf. Tapi bagaimanapun mereka adalah anakku jadi kamu nggak bisa tidak memberikan akses kepadaku untuk berbicara dengan mereka. Walaupun kamu mengatakan kita sudah berpisah dan
Dan saat itu jugalah Allah memberikan pertolongan kepada kami. Aku tahu Tuhan tidak pernah tidur. Waktu yang tepat Allah mengirimkan malaikat yang baik untuk membantu kami. Aku dipertemukan dengan istri Pak Pras. Tak sengaja dan akhirnya menjadi teman. Dengan percaya, dia memberikan modal untukku sebagai pinjaman.Setelah memiliki uang modal sebagai pinjaman dari istrinya. Aku memberanikan diri lari dari kamu. Aku me-ngontrak sebuah ruko dan membuat usaha. Alhamdulillah karena Allah maha baik. Allah tahu suamiku sangat zalim beserta keluarganya. Kami diberikan rezeki yang begitu banyak hingga akhirnya kita bercerai. Dari sanalah aku mengenal Mbak Rahma yang baik dan dia begitu percaya kepadaku, memberikan modal untukku. Hingga dia sakit dan memberikan lagi amanah agar aku menikah dengan Pak Pras sebagai pengganti dirinya. Kami menikah ketika dia sedang sakit parah beberapa jam sebelum meninggal." Aku menarik napas panjang mengatakan itu ke Mas Arman. Ucapanku datar tetapi berhasil me
SEBENING CAHAYA CINTA 37.**PoV CahayaMengetahui kenyataan kalau liftnya rusak dan aku harus bersama Mas Arman di tempat ini membuatku kacau. Aku berusaha keras untuk menghindarinya. Setelah pertemuan kami di Kafe tempo hari. Aku tidak mau mengangkat teleponnya. Bagaimana mungkin aku terjebak di sini bersamanya. Padahal aku hendak berjumpa dengan Pak Pras."Sabarlah, Cahaya. Sebentar lagi pertolongan akan datang tidak mungkin kita terjebak di sini selamanya. Cahaya ..."Dia berkata dengan suara pelan kemudian berjalan ke arahku. Aku tersentak kaget, aku tidak mau dekat dengan dia. Dia mantan suamiku dan kami sekarang tidak punya hubungan apa-apa lagi. Hubungan kami hanya sebatas orang tua dari putri-putri kami."Apa yang kamu inginkan dariku, Mas?Menjauhlah dariku! Tolong, jangan dekati aku. Kita udah nggak punya hubungan apa-apa lagi. Kalau kamu semakin mendekatiku maka aku akan berteriak!"Ancamanku sepertinya berhasil. Mas Arman menjauhkan dirinya dariku. Aku mundur hingga aku ti
Aku menampar wajahnya begitu saja. Aku gak suka dia dekat denganku. Dia bukan suamiku lagi.Mas Arman memegang wajahnya yang ku tampar. Aku nggak tahu, apakah mungkin sekarang dia marah kepadaku dan akan membalas hal yang sama dengan apa yang kulakukan?"Aku sama sekali nggak akan marah. Kamu wajar memukulku. Aku banyak bersalah di masa lalu padamu."Dia mengambil tanganku lalu berusaha membuatku untuk memukulnya lagi. Mas Arman sudah gila. Kenapa dia jadi begini?"Kamu ini kenapa sih, Mas? Lepaskan aku!""Aku melakukan ini karena mencintaimu. Tak bisakah kamu balas cintaku!" katanya berteriak.Aku mendelik lalu mencoba mundur karena takut. Dia masih saja memegang tanganku. Mas Arman sepertinya depresi. Dia tertekan karena bercerai dan nyaris di pecat dari pekerjaan. Mungkin seperti itulah membuatnya jadi sedikit gila."Cahaya ...""Jangan dekati aku, Mas ..."Saat dia hendak mendekat lagi. Aku kembali mundur. Aku takut dia semakin menggila atau bahkan menyakitiku dan lebih fatal memb
SEBENING CAHAYA CINTA 38.**PoV CahayaPak Pras menatapku sebentar dengan rasa canggung begitu pula dengan diriku. Apalagi dia memegang tanganku jelas saja perasaan tidak nyaman kami rasakan keduanya. Pak Pras melepaskannya perlahan."Saya tidak apa-apa, Pak. Lagi pula saya heran dengan perbuatan Mas Arman. Kenapa dia jadi seperti orang yang kurang waras? Bapak tahu nggak dia dulu itu nggak pernah bertanggung jawab sama saya sebagai suami dan setelah kami bercerai dia malah berlaku seperti anak kecil."Aku berusaha menghilangkan rasa canggung di dadaku dengan berbicara seperti itu. Kemudian kulihat ekspresi Pak Pras dengan tidak suka. Aku meringis lalu lebih memilih diam."Arman melakukan itu karena dia nggak mau kehilangan kamu. Dia sekarang sudah tahu wanita seperti apa yang dia ceraikan. Sekarang saya mau tanya sama kamu. Apakah kamu masih mencintai Arman?"Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapan Pak Pras. Pertanyaan konyol macam apa itu. Kenapa dia bisa punya pemikiran kalau aku
Aku menelan salivaku. Pria di depanku tanpa ragu mengatakan itu. Sudah sewajarnya memang aku melayani suamiku karena bagaimanapun dia sudah menjadi suamiku."Baik, kalau Mas Pras menginginkannya." Aku berkata sambil tertunduk malu. Dia tersenyum mendengarnya.Mas Pras mengatakan kalau urusan pekerjaannya sudah selesai. Dia ingin kami menghabiskan waktu secara keluarga. Membawa anakku bermain, berkenalan dan juga bersenang-senang itu yang dia katakan kepadaku tadi.Tentu saja dengan senang hati aku menyambutnya. Kami keluar dari ruangan mas Pras. Kemudian dia berjalan bersamaku sambil memegang tanganku. Jujur jantungku berulah kencang. Aku tak pernah di perlakukan seperti ini oleh lelaki. Mas Arman sebagai mantan suami hanya bisa menjelekkan ku dan mengatakan dia malu memiliki istri sepertiku.Ternyata cinta bisa datang di tangan lelaki yang tepat. Lelaki yang lebih menghargai. Aku tak boleh berpersepsi terlalu tinggi karena kami baru saja saling mengenal dan mungkin ini yang dinamakan