SEBENING CAHAYA CINTA 42.**POV CahayaAku tersentak kaget ketika menerima telepon dari Bu Heni yang mengatakan kalau aku sudah berbuat kesalahan pada putranya."Apa yang kamu lakukan ke anak ku, Cahaya, sehingga dia jatuh sakit. Arman memikirkan kamu. Bahkan dalam tidurnya dia selalu mengatakan dan mengucapkan namamu," ucap Bu Heni membuat kepalaku berdenyut."Aku sama sekali tidak melakukan apa-apa, Bu. Kami sudah bercerai. Tolong biarkan aku hidup bahagia. Selama ini aku selalu tertekan hidup dengan Mas Arman!""Tertekan apa maksud kamu?!" ucap Bu Heni marah.Fikar menatap ku dengan gusar. Sepertinya dia tahu siapa yang menghubungiku. Pasti dari Mas Arman atau keluarganya."Siapa, Mbak?" tanya Fikar kesal."Bu Heni," kataku menjauhkan teleponku dengan suara pelan."Matikan saja, Mbak!" perintah Fikar menaruh tangannya agar aku mematikan sambungan telepon.Aku mendesah lalu menganggukkan kepalaku. Aku masih berpikir untuk mematikan telepon karena aku merasa tidak enak. Dia adalah m
"Alhamdulillah, dokumen Kamu udah selesai. Begitu pula dengan anak-anak. Kita bisa berangkat ke luar negeri. Tidak ada masalah yang berarti. Aku udah nggak sabar membawa kalian semua jalan-jalan dan bahagia," katanya."Benar, Mas. Alhamdulillah, aku senang banget. Anak-anak juga pasti senang karena mereka sekali jalan-jalan langsung ke luar negeri. Terima kasih ya, Mas. Kamu sudah memberikan kebahagiaan kepadaku."Aku nggak tahu kenapa setelah menikah dengan mas Pras, aku selalu tersenyum bahagia. Tersenyum senang, merasa dihargai, merasa dihormati, merasa bahagia itu akhirnya datang. Kebahagiaan yang diberikan Allah di waktu yang tepat.Mas Pras menarikku untuk lebih dekat dengannya. Aku menyambut dirinya dan kami larut dalam syahdunya cinta. Berharap dalam aktivitas kami Allah kirimkan zuriah yang akan membuat kami bahagia dengan tawa dan tangisnya.**Hari ini, aku sengaja pergi ke kantor Mas Pras dengan Bu Tiana, mertuaku. Katanya ada hal yang mau dia bicarakan dengan Mas Pras.Se
SEBENING CAHAYA CINTA 43.**PoV Cahaya"Cahaya, itu kan pegawainya Pras Kamu kenal sama dia?" tanya Bu Tiana heran."Itu ... Anu ... Sebenarnya." Aku bingung mau menjelaskan ke Bu Tiana. Aku harus menjelaskan secara detail kalau sebenarnya Mas Arman adalah mantan suamiku."Eh, Sayang. Kamu duluan aja ke ruangan Pras. Kayaknya Papa hubungin Mama lagi. Ada hal penting mungkin yang mau dibicarakannya lagi," ucap mertuaku fokus ke gawai."Baik, Ma, kalau begitu aku permisi dulu ya," ucapku.Aku berjalan dan bergegas ke ruangan suamiku. Aku juga tidak mau ketahuan Mas Arman sedang berjalan sendiri seperti ini. Kalau ketahuan pasti dia akan mengejarku dan berkata yang tidak tidak. Terkadang perbuatan dan perkataannya membuatku kesal. Dia sama sekali tidak bisa menerima perceraian kami.Setelah mengkonfirmasi ke sekretaris Mas Pras. Aku pun izinkan masuk. sekretaris mengatakan kalau Mas Pras sudah menunggu, aku antusias masuk ke ruangan suamiku. Aku juga membawa makanan yang kami masak deng
"Mas, aku juga nggak suka sama dia karena dia sudah begitu banyak menyakiti hatiku. Tapi walaupun seperti itu. Dia tetap ayah dari anak-anakku dan aku nggak bisa menghilangkan itu. Sekarang, hubungan kami hanya sebatas mantan dan yang menjadi suamiku kamu. Aku juga tidak mau berhubungan dengan dia lagi. Aku sudah mengganti nomor handphoneku supaya dia tidak menghubungiku ataupun keluarganya," kataku. Aku teringat mantan Ibu mertua beberapa waktu lalu menghubungiku mengatakan Mas Arman sakit."Apakah dia dalam waktu dekat ini ada menghubungi kamu Makanya kamu ganti nomor handphone? Benar-benar menyesalkan dia! Udah tahu kalau kamu itu punya ku tapi dia masih aja sengaja berharap kamu balik sama dia!" Mas Pras menatapku cemberut."Enggak kok, Mas. Nomor Mas Arman memang sudah ku blokir sebelumnya tapi nomor keluarganya masih ada menghubungi. Tapi, aku juga udah ganti nomor dan Mas nggak perlu khawatir. Aku juga bisa menjaga batasan Karena sekarang sudah menjadi istri kamu," kataku lagi.
SEBENING CAHAYA CINTA 44.**PoV Author."Bu, Kenapa sih beberapa hari Mas Arman sering uring-uringan nggak jelas banget. Kayak nggak ada perempuan lain gitu! Apa Cahaya begitu penting? Dulu aja Cahaya itu layaknya babu. Apa nggak bisa diberitahu Mas Arman untuk melupakan dia. Lagian dia juga udah dicampakkan sama Cahaya. Kenapa masih mengharapkannya?!" kata Arum kesal dengan perubahan yang terjadi dengan Arman."Kamu pikir Ibu gak kesal. Udah lama Arman berubah. Apalagi sekarang dia itu semakin bangkrut. Kita nggak bisa kayak dulu lagi berfoya-foya dan mendapatkan gaji Arman. Arman mengaku kalau gajinya itu udah dipotong besar-besaran sama Perusahaan dan itu membuat Ibu benar-benar pusing!" ucap Bu Heni juga mendengkus sebal."Bu, kalau menurut pendapat Ria mungkin saja ini ada hubungannya dengan Mbak Cahaya yang dulu pernah kita dzolimi." Ria buka suara."Maksud kamu ini apa? Kenapa kamu tiba-tiba belain dia? Ibu nggak suka ya kamu ucapin kayak gitu. Lagian siapa yang zalimi Cahaya.
Namun Bu Heni tetap saja mengoceh menyalahkan Arman karena sekarang dia miskin. Arman bisa membahagiakan dia lagi sebagai ibunya."Arman dari tadi Ibu ngomong panjang lebar tapi kamu nggak mendengarkan. Kamu ini mau ngejek ibu ya sebagai radio rusak dengan cara kamu diam aja kayak gini. Ibu nggak suka kamu nggak menanggapi perkataan ibu!" Bu Heni masih mengomel."Tadi Mas Arman kayaknya menggigil. Coba kita periksa dulu. Sepertinya dia sakit," kata Arum melihat Arman yang merintih.Bu Heni dan Arum akhirnya memeriksa Arman. Dia memang menggigil dan mengeluarkan keringat dingin. Mereka tersentak kaget ternyata Arman sakit dan sepertinya parah harus dilarikan ke Rumah Sakit secepatnya."Astaga kamu ini sakit apa, Nak? Kenapa kamu bisa sakit kayak gini? Kamu benar-benar diguna-guna oleh Cahaya!" kata Bu Heni sedih saat sang putra mahkota tak berdaya.Rasa jijik juga di rasakan Bu Heni ketika melihat ada muntahan berupa plastik di bawah tempat tidur Arman. Kenapa anaknya bisa jorok sekali
SEBENING CAHAYA CINTA 45.**PoV CahayaAku menerima dari Fikar yang mengatakan kalau Mas Arman sakit dan dia benar-benar dirawat di Rumah Sakit. Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan dia di kantor dan dia bekerja dengan baik sebelum berangkat ke Jepang. Wajahnya memang sedikit pucat, mungkin saja dia stres akibat hantaman PHK dan gajinya dipotong secara besar-besaran.Namun, kata Mas Pras itu semua tidaklah berlangsung lama. Setelah semua situasinya kondusif maka gaji akan dikembalikan seperti dulu lagi. Seharusnya Mas Arman bersyukur karena dia nggak dipecat. Kenapa dia harus banyak pikiran mungkin aja ini cobaan dari Allah dan dia itu harus lebih bersabar. Aku berharap dia nggak mikirin aku seperti yang dikatakan Fikar."Sayang, Mas udah selesai," kata Mas Pras.Dia mendekatiku dan aku masih berpikir beberapa waktu."Dek ...," katanya. Aku tersadar dan tersentak ternyata Mas Pras sudah selesai bersih-bersih. Aku menelan ludah ketika dia memakai handuk dan dia sudah tidak malu
"Nyaman banget, Mas," kataku."Apasih yang enggak untuk kamu, Sayang," katanya.Dia memercikkan air ke wajahku. Aku kemudian cemberut sambil pura-pura merajuk. Aku juga melakukan hal yang sama Kemudian kami saling menggoda satu sama lain. Hingga akhirnya tindakan kami semakin brutal."Udah, Dek," katanya cekikikan.Mas Pras memegang tanganku. Aku menghentikan aktivitasku mengganggunya setelah dia lebih dulu menggangguku. Kemudian kami saling menatap satu sama lain memancarkan perasaan cinta diantara kami. Merasakan kebahagiaan itu benar-benar datang. Melihat wajahnya. Aku semakin menyayanginya dengan kelembutan dan kebaikan. Dia yang bisa menerima ku sebagai seorang istri. Padahal aku pun punya banyak kekurangan.Begitu pula mas Pras bisa menerima anak-anakku dan menganggap seolah-olah mereka juga anak-anaknya. Itu sudah jauh lebih dari cukup untukku. Entah kapan bibir kami pun saling menempel satu sama lain menikmati romansa bulan madu yang membahagiakan."Kamu bahagia?" bisiknya pad