Share

Energi Negatif

Pasukan Diyu terkapar tak berdaya setelah bertarung dengan Bai Jia. Hal itu membuat sang pemimpin pasukan, Lou Yin murka.

“Hiya!”

Jenderal pasukan Diyu terbang ke arah Bai Jia sembari menghunuskan pedang. Namun, belum sampai ujung pedangnya menyentuh Bai Jia, dia sudah lebih dulu dihempas oleh energi gelap Bai Jia hingga jatuh terkapar ke tanah.

“Uhuk!”—darah keluar dari mulut si jenderal.

Lou Yin menatap Bai Jia. Dia melihat nyalang mata Bai Jia yang saat ini memiliki pupil berwarna merah.

“Energi iblis yang begitu besar,” batin Lou Yin, “mustahil! bagaimana bisa? siapa dia?”

Tidak hanya Lou Yin yang terkejut dan bingung, melainkan juga Jin Hao, Yue Er, Rouku dan para murid Lotus Putih lainnya. Pasalnya, orang yang saat ini bertarung dan mengalahkan salah satu jenderal iblis Diyu itu ialah orang yang selama hidupnya tumbuh tanpa adanya tenaga dalam.

Bai Jia mengepalkan kedua tangannya. Dia berjalan mendekati Lou Yin.

“Kau yang sudah membunuh para guru dan menghancurkan perguruanku?” tanya Bai Jia.

Jenderal pasukan Diyu itupun tertawa lalu berkata, “Jika benar, lalu kenapa? kau mau membalas dendam dan membunuhku untuk mereka?”

Bai Jia masih berusaha menahan diri. “Kau ....”

“Anak muda, keturunan iblis sepertimu harusnya berada di pihak Diyu, bukan orang-orang sok suci seperti mereka. Orang-orang di Negeri Shengren ini, mereka pantas mati.”

Bai Jia dengan aura gelap yang masih begitu pekat membuka kepalan tangannya. Bak ditarik magnet, pedang milik Luo Yin bergerak sendiri menuju genggaman Bai Jia.

“Asal kau tahu, yang seharusnya musnah dari muka bumi ini adalah orang-orang sepertimu, iblis Diyu!”

Pedang itu Bai Jia ayunkan ke leher Lou Yin. Namun, Lou Yin berhasil menepisnya dengan sisa tenaganya.

Ketika Bai Jia terpental karena tepisan tersebut, pada saat itulah Lou Yin melarikan diri. Dia melarikan diri dengan mengubah diri menjadi asap lalu terbang dan menghilang di antara rimbun pepohonan.

“Hahaha! hahaha!”—hanya suara tawa Luo Yin yang masih terdengar. Namun, suara itu semakin lama juga semakin memudar hingga akhirnya benar-benar menghilang.

“Keparat!” umpat Bai Jia.

Amarah Bai Jia semakin tinggi, membuat energi di sekitarnya semakin pekat. Yue Er ingin menghampiri Bai Jia, akan tetapi dia ditahan oleh Jin Hao.

“Guru Hao!”

“Energi negatifnya sangat pekat, Yue Er,” ucap Jin Hao.

Perbincangan yang sebenarnya lirih itu rupanya didengar oleh Bai Jia. Sehingga, Bai Jia segera berusaha meredam emosinya.

Bai Jia sadar atas apa yang terjadi. Dia bisa merasakan gejolak energi yang begitu besar di dalam tubuhnya yang mana juga mempengaruhi emosinya.

Bai Jia menatap guru serta saudara-saudara seperguruannya yang tersisa. Dia berlutut di hadapan Jin Hao—“Murid Bai Jia memberi hormat pada Guru Hao.”

“Bangunlah!” perintah Jin Hao.

Bai Jia berdiri dan Jin Hao mengamatinya dari atas sampai bawah. Terlihat bekas luka dan urat tangan kiri Bai Jia yang menghitam.

“Apa yang terjadi padamu, Bai Jia? dan, ke mana saja kamu sejak kemarin? aku tidak melihatmu di aula teratai,” tanya Jin Hao.

Bai Jia dan Rouku saling menatap. Ada tatapan mengancam dari Rouku yang membuat Bai Jia bingung menjawab pertanyaan Jin Hao.

“Guru, ceritanya cukup panjang,” kata Bai Jia, “bagaimana jika kita pergi dulu dari sini dan mencari tempat untuk bermalam?”

Jin Hao menyetujui tawaran itu. “Baiklah, kita pergi dulu dari sini. Ada gua tidak jauh dari tempat ini, kita istirahat dan obati luka di sana!”

“Baik, Guru.”

Pada akhirnya, Bai Jia pun ikut dalam rombongan Jin Hao dan lainnya. Mereka berencana akan menuju wilayah utara untuk meminta pertolongan perguruan Mudan (Peony) Es.

“Itu gua yang kumaksud, malam ini kita beristirahat di sini,” ucap Hao Jin, “Rouku, bantu aku mengobati saudara-saudaramu!”

“Baik, Guru.”

“Guru, aku akan bantu menyiapkan makan malam dan perapian,” inisiatif Bai Jia.

“Hem!” sahut Hao Jin.

“Aku akan membantu Kak Jia,” ucap Yue Er yang langsung pergi menyusul Bai Jia.

“Yue Er!”—Rouku hendak menahan Yue Er, akan tetapi dihentikan oleh Jin Hao—“Guru ....”

“Sudahlah, biarkan dulu mereka! Sebaiknya cepat bantu aku!”

Rouku tidak bisa membantah gurunya. Pada akhirnya dia hanya bisa berdecak kesal.

Sementara itu di sisi lain, Yue Er mencoba memulai obrolan dengan Bai Jia yang sejak tadi terlihat seperti menghindarinya. “Bagaimana Kakak bisa menemukan kami?” tanya Yue Er, “Kakak pergi ke perguruan?”

Bai Jia menundukkan kepalanya. Dia menghindari Yue Er bukan karena tidak mau melihat atau tidak menganggap Yue Er, akan tetapi karena Bai Jia tidak sanggup menatapnya.

Kematian Tao Jin dan hancurnya perguruan Lotus Putih membuat Bai Jia tidak tega melihat kesedihan Yue Er. Bai Jia heran kenapa selalu dia yang menjadi orang terakhir yang bersama keluarga Yeu Er sebelum mereka meninggal. Bai Jia mulai berpikir bahwa dirinya benar pembawa sial.

“Kak, apa Kakek ...?”

“Maafkan aku, Yue Er! seharusnya aku bisa datang lebih awal dan menolong kakek.”

Yue Er paham maksud Bai Jia. “Jangan meminta maaf untuk kesalahan yang tidak kamu perbuat, Kak!”

“Tetap saja, andai ....”

“Kakak Jia, itu sungguh bukan salahmu! kakek sendiri tahu bahwa dia bukan tandingan para keturunan iblis, oleh sebab itu beliau meminta kami melarikan diri,” jelas Yue Er.

Meskipun Tao Jin memiliki ilmu dengan tingkatan ajaib yang tinggi, akan tetapi dia bukan immortal yang ilmunya sudah di tingkat langit dan memiliki keabadian. Yue Er tahu bahwa kakeknya tidak akan pernah menang melawan para keturunan iblis yang ilmunya setara dengan ilmu bela diri tingkat langit itu.

Yue Er lanjut berkata, “Jika kakek dan para tetua empat perguruan bisa mengalahkan para iblis, mereka tidak mungkin memberi perintah untuk mencari pusaka legendaris.”

Cerita Yue Er menarik perhatian Bai Jia. “Pusaka legendaris?”

“Kakak pasti tahu cerita tentang pendekar suci dan Pedang Surga. Kemarin kakek mengumpulkan semua orang di aula teratai adalah untuk membicarakan hal itu.”

Yue Er bercerita tentang apa yang terjadi kemarin di aula teratai, dan Bai Jia dengan antusias mendengarkan.

Setelah matahari terbenam ....

Seusai mendengar cerita Yue Er tentang Pedang Surga, Bai Jia mulai menerka-nerka banyak hal. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya sejak tadi.

Bai Jia membuka balutan pakaian yang membungkus pedang temuannya kemarin. Dia mengusap besi mengkilap itu dan mencurigai sesuatu.

“Tidak mungkin, ‘kan, kalau ini pedang legendaris itu?” gumam Bai Jia.

Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat. Bai Jia buru-buru membungkus kembali pedangnya.

Pemilik suara langkah kaki tersebut rupanya adalah Rouku. “Kakak Rouku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status