"Oh, jadi kamu orangnya, wanita yang sudah membuat anak saja tergila-gila, dan meminta agar saya, segera menikahkannya denganmu," ucap wanita paruh baya tersebut, dan dia adalah ibu dari Miko, kekasih yang dicintainya.
"Ratih, beliau ini adalah Ibuku," ucap Miko, memperkenalkan ibunya.Ratih langsung bangkit dari duduknya, dan langsung meraih tangan wanita paruh baya itu, bermaksud ingin menciumnya. Namun bukannya mengulurkan tangan, wanita itu malah dengan sengaja melipat tangannya di atas dada, sambil terus melempar pandangan sinis ke arah Ratih.Ratih kembali menarik tangannya, jangan lupakan senyum yang masih menghiasi wajah lembutnya, walaupun tidak mendapatkan respon yang baik, dari ibu kekasihnya, namun Ratih sama sekali tidak mempermasalahkannya."Bagai mana Bu, Miko tidak salah pilihkan? Ratih ini cantik, dan pintar Bu, dan yang lebih penting, Miko sangat mencintainya. Miko harap Ibu segera memberikan restu kepada kami Bu, karena Miko sudah tidak sabar ingin segera menikahi Ratih," ucap Miko, sambil tersenyum ke arah kekasihnya. Membuat Ratih langsung tersipu mendapatkan tatapan penuh cinta dari Miko.'Huh, cantik doang buat apa? Bagusan juga Erni ke mana-mana, entah apa kelebihan gadis ini, hingga Miko lebih memilihnya dari pada Erni yang sudah jelas asal-usulnya,' batin Mirna, yang tidak lain adalah ibunya Miko."Bu, bagai mana menurut Ibu? Cantik kan Ratih?" tanya Miko lagi, yang seketika membuyarkan lamunan Mirna."Kalau hanya cantik luar buat apa Nak, jika nantinya cuma bisa duduk santai di rumah," ucap Mirna dengan nada lembut, namun penuh dengan sindiran.Ratih hanya tersenyum, tidak ingin menanggapi ucapan dari ibu kekasihnya itu.Sedangkan Bu Mirna yang merasa diabaikan terlihat kesal."Kalau boleh tahu, kamu itu kenapa bisa suka sama putra, saya?Apa karena Miko kaya?" ucap Bu Mirna. Memang nada bicara Bu Mirna sangatlah lembut, namun terdengar pedas."Bu, kenapa bertanya seperti itu? Ratih ini tidak memandang status sosial, dia memilihku, karena dia sangat mencintaiku Bu, dan seperti yang Miko bilang tadi sama Ibu, kalau kami berdua akan menikah," ucap Miko dengan yakin."Loh, tapi ibu belum memberikan restu untuk itu Nak," ucap Bu Mirna."Bu, maafkan Miko, setuju atau tidak, Miko dan Ratih akan tetap menikah. Miko sangat mencintainya, apa lagi Ratih rela meninggalkan keluarganya demi Miko, jadi tolong Bu, kali ini penuhi permintaanku, bukankah selama ini Miko selalu menurut dengan apa yang Ibu katakan? Jadi tolong untuk sekali ini saja, ibu restui kami," ucap Miko penuh harap.Setelah cukup lama hening, akhirnya Bu Mirna angkat bicara. " Baiklah, kalau memang keputusanmu sudah bulat untuk menikahi wanita ini, ibu tidak akan menghalanginya. Tapi ingat, sedikit saja dia membuat kesalahan, maka ibu harus ikut campur," ucap Bu Mirna dengan nada datar."Iya Bu, itu sama sekali tidak masalah, yang penting Ibu mau merestui kamu," jawab Miko cepat. Sedangkan Ratih hanya diam, sebenarnya gadis itu sama sekali tidak setuju, jika ada yang ikut campur dalam kehidupan rumah tangganya nanti, sekalipun itu mertuanya sendiri. Namun Ratih juga tidak bisa menyuarakan isi hatinya itu, biarlah nanti waktu yang akan menjawabnya."Tunggu, tadi kamu bilang Ratih meninggalkan keluarganya demi ingin menikah denganmu, apa itu artinya keluarga gadis ini, tidak menyukaimu?" tanya Bu Mirna.Mendapat pertanyaan itu, sepasang kekasih tersebut saling melirik, Ratih menganggukan kepalanya ke arah Miko, seperti memberikan wewenang untuk menjawab. "Iya Bu, Ayahnya Ratih tidak setuju kalau Miko menikah dengan putrinya, mungkin karena Miko baru tamat kuliah saat ini, Pak Restu belum tahu, jika keluarga kita punya usaha. Mungkin karena itulah beliau kurang setuju, mungkin semua orang tua juga akan melakukan hal yang sama Bu, takut anak mereka tidak makan kalau pasangannya belum memiliki pekerjaan yang tetap," jelas Miko panjang lebar. Ada sedikit rasa kesal dihatinya, saat mengingat hinaan yang dilontarkan oleh ayah dari wanita yang dicintainya."Sombong sekali orang tuamu, bilang pada calon besanku itu, walaupun tidak bekerja sekalipun, saya sebagai ibunya, masih bisa menafkahi anak dan keturunannya nanti," ucap Bu Mirna sambil melirik tajam ke arah Ratih."Maafkan papa saya Bu, sebenarnya beliau tidak--,""Sudahlah Ratih, Ibu itu benar. Setelah menikah nanti, hidupmu akan terjamin, dan kamu tidak akan kelaparan hidup bersamaku," ucap Miko cepat, memotong kalimat Ratih.'Maaf Ratih, aku tidak ingin kamu membahas tentang orang tuamu di sini, sejujurnya aku masih sakit hati dengan semua makiannya,' batin Miko.***Saat ini Miko dan Ratih sudah berada di dalam sebuah kamar, rencananya minggu depan mereka akan melangsungkan acara pernikahan, awalnya Bu Mirna keberatan, karena menurutnya terlalu cepat, namun karena Miko terus memohon akhirnya Bu Mirna pasrah."Mas, sepertinya Ibu kamu tidak menyukaiku," ucap Ratih sendu."Sayang kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu tentang Ibu? Ibu sangat baik, dan sangat menyayangiku, aku yakin dia juga akan bersikap demikian denganmu. Sudahlah, kamu jangan berpikiran buruk tentang Ibu, walaupun terlihat tidak perduli, tapi yakinlah, Ibu itu orangnya sangat menyayang," ucap Miko. "Sebaiknya kamu istirahat, aku ada keperluan sebentar, nanti aku balik lagi," ucap Miko. Setelah mengatakan itu, pemuda tersebut langsung melangkah keluar dari kamar yang nantinya akan ditempati Ratin untuk beberapa hari ke depan.Setelah kepergian Miko, Ratih langsung menghela nafas panjang. "Aku merasa Bu Mirna memang tidak menyukaiku, saat bicara pun beliau selalu menatapku dengan sinis, tapi demi Mas Miko, aku akan berjuang, lagi pula aku juga sudah kabur dari Papa, pasti sekarang beliau marah besar padaku, atau mungkin sedang mengutukku sebagai anak durhaka, maafkan aku Pa, karena sudah pergi tanpa ijin Papa," gumam Ratih dengan nada lirih. Ada gurat kesedihan di mata gadis itu, saat mengatakannya.***"Miko, kamu mau ke mana Nak?" tanya Bu Mirna."Miko mau kerumah kang Surya, mau menyampaikan niat Miko, yang ingin segera menikah," jawab pemuda itu, terlihat raut wajah bahagia saat ia mengatakan hal tersebut."Nak, apa kamu benar-benar yakin ingin menikahi gadis itu? Ibu rasa, Erna jauh lebih baik dari wanita itu, lagi pula ibu sudah kenal keluarganya, sedangkan Ratih, ibu sama sekali tidak tahu asal-usulnya," ucap Bu Mirna, yang masih berusaha mempengaruhi putranya. Sejak awal, Bu Mirna memang ingin menjodohkan Miko dengan anak dari seorang Lurah yang ada di kampungnya, namun sayang itu semua harus pupus, karena kehadiran Ratih, yang menurut Bu Mirna jika gadis itu hanya ingin memanfaatkan putranya saja.Sedangkan di dalam kamar, Ratih terkejut saat tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan paksa.Ratih terkejut bukan main saat pintu kamarnya dibuka oleh seseorang, gadis itu mengusap dadanya beberapa kali, untuk menenangkan diri."Maaf, Mba siapa ya? Kenapa tiba-tiba masuk? " tanya Ratih.Terlihat seorang wanita muda yang lumayan cantik, sedang berdiri di depannya, dengan tatapan menyelidik, Ratih sedikit risih, karena wanita itu terus menelisik penampilannya sejak tadi."Jadi kamu calon istri, Bang Miko?" tanya balik gadis itu."I-iya, memangnya kamu siapanya Mas Miko?" tanya Ratih lagi."Aku adalah adiknya Bang Miko," ucap gadis itu."Oh, jadi kamu yang bernama Yati, adiknya Mas Miko ya, senang melihatmu, maaf ya, kalau tadi Mba kurang sopan sama kamu, habisnya Mba kaget saat kamu tiba-tiba buka pintunya," ucap Ratih. Padahal yang seharusnya minta maaf itu adalah Yati, sebab gadis itu yang membuka pintu tanpa mengetuk lebih dahulu."Tidak masalah, sebenarnya Ibu itu sudah memiliki seorang gadis yang ingin dijodohkan dengan bang Miko," ucap Yati santai. Gadis itu masih berdiri
Bu Mirna melangkah mendekati ketiga wanita yang berbeda usia tersebut. Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah wanita yang bernama Erna."Tumben kamu ke sini, ada perlu apa?" tanya Bu Mirna lembut. Berbeda sekali saat ia berbicara dengan Ratih, kata-katanya selalu kasar, dan terkesan sinis."Kebetulan tadi aku ke pasar, lalu membeli kue ini buat Ibu," ucapnya sambil menyerahkan satu kotak kue pada Bu Mirna."Wah, kamu baik sekali Nak, beruntung sekali Miko jik mendapatkan seorang istri seperti kamu," puji Bu Mirna."Ibu bisa saja, ini juga beli Bu, bukan buatan sendiri," jawab Erna tersenyum malu." Ya tidak masalah Sayang, kalau pun beli, toh yang penting itu kan niatnya, jaman sekarang sangat susah mencari istri yang pengertian dengan ibu mertuanya," ucap Bu Mirna, lalu melirik sinis ke arah Ratih, dan itu disadari oleh Erna."Yati bilang, katanya Ibu sedang masak ya, apakah boleh aku bantu?" tanya Erna, sepertinya wanita itu berniat sedikit lama berada di sana."Tentu saja, nanti j
Ratih terhuyung dan hampir saja tersungkur di atas lantai, jika saja Miko tidak cepat menangkapnya, namun ternyata nasib buruknya tidak sampai disitu, belum lagi hilang rasa kagetnya, tiba-tiba saja Ratih merasakan panas diarea pipinya karena tamparan seseorang.Plaak ..."Dasar wanita murahan, berani-beraninya kamu melakukan hal yang tidak senonoh di rumah saya, merayu Miko, hingga berbuat hal seperti ini, untung saja saya cepat melihatnya, coba kalau tidak, saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi," ucap Bu Mirna, dengan nafas naik turun karena amarahnya."Ibu, apa yang Ibu lakukan? Kenapa menampar wajah Ratih Bu," ucap Miko tidak terima dengan perlakuan Ibunya terhadap sang kekasih. Ya Bu Mirna lah yang dengan berani mendaratkan tangannya diatas wajah cantik Ratih, bahkan wajahnya terlihat ada gambar lima jari milik calon ibu mertuanya itu."Apa yang ibu lakukan kamu bilang? Tentu saja untuk memberi pelajaran pada perempuan murahan ini," ucap Bu Mirna sambil menunjuk ke arah Rati
Ratih cukup terkejut saat melihat seorang lelaki dari masa lalunya, berada di rumah Miko, calon suaminya. Membuat berbagai pertanyaan langsung bersarang di kepalanya."Kamu ..." ucap Ratih, membuat lelaki tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara."Ratih," gumam lelaki itu. Walaupun tidak begitu jelas, namun pria itu tahu pasti, sosok gadis yang ada di depannya adalah Ratih. Mantan kekasihnya dua tahun yang lalu."Sedang apa kamu di rumah ini?" tanya Ratih."Seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kamu di sini?" tanya balik lelaki itu."Aku--,""Sayang, sedang apa kamu di dapur?" suara Miko tiba-tiba mengagetkan keduanya, lebih tepatnya Ratih, gadis itu langsung terlihat tegang. Seolah sedang tertangkap basah, padahal mereka sama sekali tidak melakukan apapun."Mas Miko," ucap Ratih sambil memaksakan senyum.Miko menekan tombol lampu, agar ruangan tersebut lebih terang. " Loh Andi, kamu sudah pulang ternyata," ucap Miko, saat melihat seorang lelaki yang ternyata bernama Andi."I
Pagi-pagi sekali, Ratih terpaksa berkutat di dapur. Sesekali gadis itu menutup mulutnya, karena menguap, bagai mana tidak, gadis yang berasal dari keluarga kaya itu, sudah terbiasa bangun siang, setidaknya paling pagi pukul 6 pagi. Namun hari ini, dirinya harus bangun lebih awal di rumah calon suaminya.Bu Mirna melirik ke arah Ratih, tampak seringai tipis yang menghiasi wajah tuanya."Aduk itu nasinya di majicom, biar merata," perintah Bu Mirna. Ratih yang saat itu sedang menggoreng ikan, langsung melangkah menuju meja yang ada di atas meja dapur, di samping lemari tempat menyimpan makanan."Uh, Ratih merasakan sedikit panas, bersamaan uap yang keluar, saat dirinya membuka tutup majicom tersebut. Gadis itu mengibaskan tangannya di atas ucap yang mengepul tersebut, lalu mengambil sendok nasi, dan mengaduknya. Setelah selesai, Ratih menutupnya, dan kembali dengan aktivitasnya semula.Sreeng ....Ratih memasukan ikan ke dalam minyak panas, dengan sedikit melemparnya, membuat minyak ters
Ratih mengamati wajah Miko, yang terlihat sedang serius saat mengobati luka di jari tangannya. Ratih tersenyum tipis, sungguh ia merasa sangat beruntung mendapatkan Miko, lelaki itu terlihat sangat menyayanginya. Walaupun keluarganya memperlakukannya dengan tidak baik, namun Ratih tidak begitu mempermasalahkannya, yang terpenting baginya adalah, dirinya selalu bisa bersama dengan Miko, sang kekasih hati."Lain kali kamu hati-hati," ucap Miko setelah selesai mengobati luka goresan ditangan calon istrinya tersebut."Iya Mas, lain kali aku akan lebih hati-hati lagi," jawab Ratih."Harus itu, lagian kamu tadi ngapain berada di dapur sih? Apa Ibu yang menyuruhmu? Kamu itu calon istriku, aku tidak mau kamu merasa terbebani dengan tinggal di sini, dan melakukan semua pekerjaan di rumah ini," ucap Miko, yang merasa keberatan jika kekasihnya itu ikut turun ke dapur, ada saatnya nanti, pikir Miko."Tidak apa-apa Mas, aku juga tidak ada kerjaan, tidak masalah jika aku ikut membantu Ibu di dapur,
Sudah tiga hari Ratih tinggal di rumah Miko, selama tiga hari pula Pak Restu sang ayah tidak pernah menghubunginya, walaupun Ratih marah dengan penolakan ayahnya pada pilihan hatinya, namun sebagai seorang anak, Ratih juga merasa rindu dengan sosok tersebut. Karena setelah kepergian sang ibu, hanya tinggal Pak Restu lah keluarganya. Walaupun Pak Restu tidak pernah ada untuknya disaat dia butuh sosok seorang ayah. Namun Ratih tetap menyayangi dan menghormati ayahnya.Pernah suatu hari Ratih meminta perhatian sang ayah, walaupun hanya untuk sekedar makan malam saja, ataupun teman untuk bercerita, sebenarnya Ratih merasa kesepian, semenjak kematian sang ibu, Pak Restu sudah jarang di rumah, setiap waktunya selalu ia habiskan diluar, pergi pagi, dan pulang dimalam hari, itupun disaat Ratih sudah tertidur pulas di kamarnya. Jadi, walaupun mereka tinggal satu rumah, namun sangat jarang bertemu.Namun setiap Ratih mengutarakan keinginannya, Pak Restu selalu menolak, dengan alasan banyak kerj
"Dasar anak durhaka, bisa-bisanya kamu melawan papa hanya karena laki-laki kere ini," ucap seorang lelaki paruh baya, sambil menunjuk ke arah putrinya, yang saat ini sedang berdiri di depannya, bersama seorang lelaki yang dicintainya."Pah, aku dan Mas Miko saling mencintai, tolong restui kami, Pah." ucap gadis itu mohon, dengan netra yang terlihat sudah berkaca-kaca."Iya Om, saya mohon ijinkan kami untuk menikah, saya sangat mencintai Ratih, Om, saya janji akan membuat putri Om bahagia," ucap lelaki itu, mencoba meyakinkan ayah dari wanita yang dicintainya."Apa tadi kau bilang? Membahagiakan putri saya? Apa saya tidak salah mendengar? Bahkan kau sendiri saja belum bekerja, bagai mana caramu untuk membahagiakan anak saya? Jangankan membahagiakan nya, mungkin memberi makan saja belum sanggup kamu," ucap remeh lelaki paruh baya tersebut, dengan amarah yang mulai memuncak."Tapi orang tua saya punya usaha Om, dan saya yang akan meneruskan usaha tersebut, saya yakin, putri Om tidak akan