Share

Bab 3. Wanita pilihan ibu

Ratih terkejut bukan main saat pintu kamarnya dibuka oleh seseorang, gadis itu mengusap dadanya beberapa kali, untuk menenangkan diri.

"Maaf, Mba siapa ya? Kenapa tiba-tiba masuk? " tanya Ratih.

Terlihat seorang wanita muda yang lumayan cantik, sedang berdiri di depannya, dengan tatapan menyelidik, Ratih sedikit risih, karena wanita itu terus menelisik penampilannya sejak tadi.

"Jadi kamu calon istri, Bang Miko?" tanya balik gadis itu.

"I-iya, memangnya kamu siapanya Mas Miko?" tanya Ratih lagi.

"Aku adalah adiknya Bang Miko," ucap gadis itu.

"Oh, jadi kamu yang bernama Yati, adiknya Mas Miko ya, senang melihatmu, maaf ya, kalau tadi Mba kurang sopan sama kamu, habisnya Mba kaget saat kamu tiba-tiba buka pintunya," ucap Ratih. Padahal yang seharusnya minta maaf itu adalah Yati, sebab gadis itu yang membuka pintu tanpa mengetuk lebih dahulu.

"Tidak masalah, sebenarnya Ibu itu sudah memiliki seorang gadis yang ingin dijodohkan dengan bang Miko," ucap Yati santai. Gadis itu masih berdiri di depan Ratih, sambil meniupi kuku jarinya, seolah ada kotoran yang menempel di sana.

"Maksud kamu, sebelumnya Ibu sudah menyiapkan gadis lain, untuk Mas Miko?" ulang Ratih, tiba-tiba saja ada sedikit perasaan was-was dihatinya.

"Iya, itu benar. Bang Miko adalah anak lelaki satu-satunya di keluarga ini, apa lagi Bang Miko adalah penerus usaha milik Bapak. Asal Mba tahu, toko mebel kami ini sangat terkenal, dan laku keras, banyak orang luar kota yang memesan di toko kami," jelasnya bangga.

"Oya, hebat ya, Mba ikut senang atas kemajuan toko keluarga ini," ucap Ratih.

"Hem, Oya, Mba Ratih ini kata Mas Miko satu kuliah ya, sama dia?" tanya Yati kepo.

"Iya, kami memang kuliah di tempat yang sama, hanya jurusannya saja berbeda," jelas Ratih.

Saat Yati hendak kembali melayangkan pertanyaan, tiba-tiba Bu Mirna datang dan langsung menegurnya. "Yati, kamu ini tidak ada kerjaan lain ya, malah ngobrol, cepat anterin ibu! Ibu mau ke rumah Pakdemu," ucap Bu Mirna. Sebelum pergi, wanita paruh baya itu sempat melirik sekilas ke arah Ratih, lalu pandangannya kembali pada putrinya.

Sedangkan di tempat lain, terlihat Miko sedang berbincang dengan Kang Joko, entah apa yang kedua lelaki itu bicarakan, hingga wajah Miko terlihat begitu serius saat menanggapi ucapan lawan bicaranya itu.

"Serius Kang? Kok Ibu tidak cerita ya kemarin sama aku," ucap Miko.

"Mana mungkin dia cerita, sedangkan Pak Lurah juga belum diberi tahu, hanya Erna saja yang tahu tentang hal ini," ucap pria yang bernama Joko tersebut.

"Oh, begitu ya, untung aku cepat ya, Kang, kalau tidak, mungkin Ibu sudah melamar Erna untukku," ucap Miko yang merasa lega.

"Iya, tapi sepertinya Erna tidak akan terima begitu saja dengan keputusan ini, sebab sebelumnya Ibumu sudah menjanjikan semuanya, beliau berjanji pada Erna, jika setelah kamu lulus kuliah, Ibumu akan langsung melamar gadis itu, untungnya masih pembicaraan antara aku dan Erna, dan belum melibatkan Pak Lurah," jelas Joko panjang lebar.

"Ya sebenarnya kalaupun Ibu sudah bicara seperti itu tidak masalah Kang, aku bisa bicara baik-baik pada Pak Lurah, bahwasannya aku sudah memiliki gadis idalam lain," ucap Miko.

"Iya, tapi memangnya kamu tidak mikir, jika kamu mengatakan itu, pasti Ibumu yang malu," ucap Joko.

"Iya juga sih, tapi untunglah semua itu belum terjadi," ucap Miko.

Joko adalah keponakan dari almarhum ayahnya Miko, memang keluarga mereka sangat dekat, sebab rumah mereka juga hanya berjarak beberapa meter saja. Joko sendiri adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya karena kecelakaan dua tahun lalu, dan sampai sekarang Joko belum ada niatan untuk menikah lagi.

Sore harinya, terlihat Bu Mirna telah berkutat dengan pekerjaannya di dapur, wanita paruh baya itu sedang memasak makanan untuk makan malam, saat sedang asik memetik sayuran, tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara seseorang dari belakang.

"Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang yang kini sudah berdiri disampingnya.

"Kamu ini, bikin kaget saya saja, apa kamu sengaja, mau bikin saya cepat mati ya?" ucap Bu Mirna, dengan nada ketus.

"Maaf Bu, saya tidak bermaksud buat Ibu kaget. Saya hanya ingin membantu Ibu memasak," jawab orang tersebut, yang tidak lain adalah Ratih.

"Memangnya kamu bisa masak? coba lihat kuku lentikmu itu, memangnya tidak takut kotor dan patah nantinya," ucap Bu Mirna menyindir.

Ratih memang mempunyai kulit yang putih bersih, tubuhnya juga sangat mulus, jari-jari tangannya yang lentik dengan kuku cantiknya, membuat Bu Mirna berpikir jika kekasih putranya itu tidak pernah berjibaku dengan dapur. Walaupun seperti itu, bukan berarti Ratih tidak bisa memasak, hanya memang jarang saja ia berada di dapur, sebab dulu Pak Restu tidak pernah mengijinkan putri semata wayangnya itu berada di dapur, hanya saja, tanpa sepengetahuan sang ayah, Ratih sering belajar memasak dengan asisten rumah tangganya.

"Iya, Mba Ratih sepertinya anak orang kaya ya, Mba?" tanya Yati, yang tiba-tiba saja muncul dari belakang.

"Hah? Yati, kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" bukan Ratih yang menjawab, tetapi Bu Mirna.

"Ya soalnya kalau Mba Ratih anak kampung Bu, tangannya tidak akan secantik dan selembut ini," ucap Yati yang langsung menyentuh tangan Ratih, kemudian dengan cepat langsung menghempaskannya.

"Ibu rasa kamu salah Yati, dia itu hanya sok kaya, dan satu lagi, kenapa tangannya bisa semulus itu, karena dia tidak pernah memegang peralatan dapur," ucap Bu Mirna, yang terus menyudutkan Ratih.

"Masa sih Bu," ucap Yati.

"Tuh, orangnya ada di depan kamu, tanya saja Sam dia, apakah ibu ini berkata benar atau tidak," sambung Bu Mirna lagi.

"Benar yang dikatakan Ibu, Mba?" tanya Yati penasaran.

"I-itu--,"

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang, membuat kalimat Ratih terpotong.

"Wa'alaikum salam," jawab mereka serempak.

"Ratih sebaiknya kau lihat siapa yang datang, dari pada terus di sini, malah mengganggu pekerjaan saya saja," ucap Bu Mirna.

"Baik Bu," Ratih lalu melangkahkan kakinya menuju ruang depan.

"Kamu juga sana ikut, lihat siapa yang datang," ucap Bu Mirna.

"Loh, aku juga?" ucap Yati, sambil menunjuka dirinya sendiri.

"Iya, sudah sana," sambung Bu Mirna.

"Maaf, mau cari siapa ya?" tanya Ratih, saat melihat seorang gadis yang lumayan cantik, berdiri di depannya.

"Saya mau cari Bu Mirna, apa dia ada?" tanya gadis itu. Matanya terus menelisik penampilan Ratih.

'Siapa wanita ini, apa dia salah satu kerabat Bu Mirna,?' batin gadis itu bertanya-tanya.

"Siapa yang datang, Mba?" tanya Yati, yang baru saja datang dari arah dapur.

Keduanya langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Mba Erna, masuk Mba," ucap Yati, mempersilahkan. Ya, dia adalah wanita yang ingin dijodohkan oleh Bu Mirna dengan Miko.

"Iya Yat, Oya, ini siapa?" tanya Erna, yang sejak tadi sudah sangat penasaran.

"Dia adalah teman kuliah Miko," jawab seseorang, membuat ketiganya langsung menoleh ke arah sumber suara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status