Share

Bab 207: Izinkan Aku Meminjam Matamu

Bab 207: Izinkan Aku Meminjam Matamu

**

Barangkali, hanya diriku saja yang ‘parno’ karena merasa dibuntuti oleh seseorang. Kenyataannya, hanya kebetulan pengendara lain yang tujuannya sama dengan diriku.

Mungkin ini beralasan pada masa laluku di Jakarta, sehingga ketakutan dari kejaran anak buah Josep dan Big Boss tetap saja menghantui aku.

Sampai di Bandar Baru, aku sakit lagi, demam lagi, dan lagi-lagi aku harus berurusan dengan sinshe untuk membenahi otot atau uratku yang terkilir ketika terlibat kecelakaan dalam perjalanan pulang.

“Mengenaskan ya, Jo?” Tanyaku pada Johan, ketika kami berdua berbincang lewat telepon pada malam harinya.

“Belum, belum, Fat. Belum mengenaskan. Karena nyatanya, kamu masih punya dua tangan dan dua kaki untuk diurut dan dipijat.”

Di Bandar Baru sini, aku merengut. “Aku sudah bilang ‘kampret’ belum, Jo?”

“Kampret? Belum, Fat.”

“Kampret kamu, Jo!” Umpatku.

“Hahaha..!” Johan di Jakarta sana tertawa.

“Untuk apa kamu pergi ke Taluk Kuantan, Fat?” Tanya Johan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status