Share

Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!
Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!
Penulis: Kirana Quinn

1. Penjual Pakaian Bekas

"Aku terima nikahnya Zahira Alesha binti Mulyono dengan mas kawin sebuah cincin emas lima gram tunai," Fajar mengucapkan ijab Qabul dengan suara lantang.

"Sah?! tanya penghulu.

"Sah!" seru tamu undangan serempak.

Mendengar seruan itu membuat Zahira terkejut, dia tidak bermimpi. Ini nyata, ayahnya sedang terbaring menjalani operasi patah tulang sehingga walinya di wakilkan kepada wali hakim dari kantor urusan agama setempat.

"Suami Zahira tampan ya? Beruntung sekali dia, penjual pakaian bekas tapi dinikahi pengusaha tampan!" bisik tetangga depan rumahnya.

"Kalau wajah sih tak masalah, Zahira juga cantik kok, yang salah itu profesinya," ucap tetangga lainnya.

Semua omongan itu begitu menyakitkan telinga Zahira, ingin rasanya dia melabrak ibu-ibu hebring itu. Zahira teringat ibunya, dia khawatir ibunya akan mendengar obrolan itu. Dia mengangkat kepalanya mencari keberadaan sang ibunda tercinta, tak sengaja matanya sempat beradu dengan pria yang baru saja sah menjadi suaminya.

Ternyata ibunya diapit ibu mertuanya, Zahira merasa heran sejak kapan ibunya bisa seakrab itu dengan mertuanya. Zahira melihat wajah ibunya yang tersenyum bahagia, haruskah dia mempermalukan ibunya ini? Di sebelah ibunya duduk pula Akila yang terus menunduk meremas-remas tissue di tangannya. Jika dia merasa sakit melihat pernikahan ini mengapa dia sendiri yang harus menjodohkan pacarnya itu?

"Sekarang proses pemasangan cincin kawin!" pembawa acara mengagetkannya.

Sekali lagi Zahira menatap ibunya, anggukan kepala ibunya membuatnya sadar jika ini bukan sandiwara. Dengan gemetar Zahira menyerahkan tangan kanannya untuk di pasangkan cincin kawin, begitu juga sebaliknya. Zahira sempat melihat wajah Fajar yang tanpa ekspresi ketika memegang tangannya.

"Cium...cium...!"

Ah..entah siapa yang berteriak usil itu membuat Zahira panas dingin. Yang membuat Zahira semakin terbelalak ternyata Fajar mengecup keningnya. Zahira tak bisa melukiskan seperti apa perasaannya saat ini. Dia terbayang masa-masa ketika dia menjadi penjual pakaian bekas dan bertemu Akila.

Fajar ketika mendengar suara ibunya menyuruhnya mencium isterinya sedikit terhenyak, dia melirik sesaat kepada kekasihnya Akila yang saat itu juga menatapnya. Dengan berat hati Fajar menghalalkan isterinya dengan mengecup keningnya sesaat lalu menunduk. Dia ikut membayangkan hari-hari menyakitkan ketika diminta menikahi gadis penjual pakaian bekas yang kini menjadi isterinya.

***

Flash Back On

Kecelakaan yang menimpa Mulyono pengemudi truk bermuatan material ini memupuskan angan Zahira putrinya untuk melanjutkan kuliah. Kecelakaan yang menimpa Mulyono membuatnya patah tulang di kedua kakinya dan harus menjalani operasi.

"Mama jangan sedih, mungkin ini sudah menjadi kehendak yang kuasa, kita berdoa saja mudah-mudahan papa baik-baik saja," hibur Zahira pada ibunya Naning yang tak henti-hentinya menangis karena tulang punggung mereka kini terbaring tak berdaya di Rumah Sakit dan membutuhkan pertolongan secepatnya.

"Apakah kau tidak akan kuliah nak?" tanya Naning tersedu-sedu.

"Kuliah kapan saja bisa ma, pokoknya kita akan pikirkan bagaimana caranya menolong papa, pihak perusahaan hanya menanggung setengah biaya perawatan papa, jadi kita harus mencari setengahnya lagi ma, aku sudah menemukan pekerjaan," jawab Zahira tegar. Dia ingin menunjukkan pada ibunya bahwa diapun bisa dijadikan tulang punggung.

"Pekerjaan apa nak? Sekarang ini mana ada yang mempekerjakan orang yang hanya lulusan SMA, lihat papa dan mama nak, mama hanya ibu rumah tangga dan papamu supir truk, untunglah ada perusahaan yang mau menerima jasanya," ucap Naning pilu.

"Apapun pekerjaannya ma, yang penting halal.!" kata Zahira menyemangati ibunya.

"Iya tapi kau bekerja dimana?" tanya Naning penasaran.

"Aku di terima menjadi karyawan penjual pakaian bekas di terminal lantai dua ma!" jawab Zahira pelan.

"Penjual pakaian bekas? Apa tidak salah nak? Lalu berapa gaji yang kau terima nak, sebaiknya bantu mama membuka warung makan di depan rumah untuk menopang kebutuhan kita sehari-hari nak," pinta Naning.

Ibunya ini tidak setuju dia menjual pakaian bekas, bukan pekerjaannya yang membuat Naning keberatan, tetapi berapa banyak penghasilan yang akan di dapatkan Zahira. Lebih baik jadi karyawan toko saja itu lebih jelas.

"Ah mama, jualan pakaian bekas ini santai ma, pokoknya aku bisa lebih santai sambil mencari penghasilan tambahan dengan menulis novel, pokoknya restui aku kali ini saja ma, jika pekerjaannya berat aku bisa minta berhenti kok!"

Zahira terus membujuk ibunya agar diijinkan bekerja. Akhirnya luluh hati ibunya setelah melihat kegigihan Zahira meminta restunya.

"Baiklah, tapi mama ingin melihat tempatnya di mana agar mama bisa sewaktu-waktu menyusul kesana saat ada keperluan," ujar Naning akhirnya.

Zahira memeluk erat ibunya, "Mama adalah yang terbaik deh!"

Zahira tak henti-hentinya mencium ibunya

"Sudah, sudah, ayo temani mama ke Rumah Sakit, kita perlu menjenguk papamu, siapa tahu sudah menunjukkan perkembangan!"

"Baiklah ma, aku ganti baju dulu ya?" Zahira melepaskan pelukannya.

"Begitu saja kau sudah cantik kok!" ujar ibunya namun Zahira sudah menghilang dari pandangannya.

Rumah mereka terbilang sederhana dengan dua kamar tidur, Zahira anak satu-satunya. Demi anak semata wayangnya ini Mulyono rela bekerja keras untuk membiayai sekolah anaknya. Tapi nasib berkata lain baru juga setahun bekerja di perusahaan setelah sebelumnya hanya bekerja serabutan, kini Mulyono harus terbaring di Rumah Sakit tanpa bisa berbuat apa-apa

Rumah sederhana memiliki pekarangan yang luas adalah peninggalan orang tuanya Naning yang belum lama ini meninggal dunia. Dengan pekerjaannya Mulyono tak bisa membangunkan rumah untuk isterinya, akhirnya dia hanya bisa bertekad untuk menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.

"Ayo ma, aku sudah siap!"

Zahira membuyarkan lamunan ibunya. Dengan menggunakan angkot mereka berdua menuju Rumah Sakit tempat Mulyono dirawat. Tak lupa pula mereka berdua membawakan makanan, untunglah Mulyono di temani adik Naning yang bergantian setiap hari menjaganya di Rumah Sakit.

"Bagaimana kondisi papa paman, apa kata dokter?" tanya Zahira ketika mereka tiba di ruang perawatan.

Di ruang kelas tiga ini terdapat tiga pasien, semuanya korban kecelakaan. Rata-rata kecelakaan tunggal, dua orang di sebelah ranjang Mulyono mengalami kecelakaan motor.

"Menunggu hasil pemeriksaan CT-SCAN, perkiraan dokter ada tulang yang retak jadi harus di operasi," jawab Akbar adik Naning.

Zahira dan ibunya menghela nafas dalam, Zahira mengelus-elus kepala ayahnya yang terlihat sedang tidur.

"Kak, aku perlu bicara sebentar!" pinta Akbar pada kakaknya Naning.

Dia menarik tangan kakaknya keluar ruangan, tapi Zahira sempat mendengar pembicaraan mereka.

"Biaya operasinya mahal, pihak perusahaan tidak menanggung semua biayanya, jadi kita harus mencari uang tambahan untuk biaya operasinya.," ucap Akbar.

"Katakan pada dokter lakukan yang terbaik, aku akan segera mengusahakannya. Kebetulan aku masih memiliki perhiasan peninggalan ibu, siapa tau itu bisa di gunakan!" jawab Naning.

Keduanya kembali masuk ke dalam ruangan, tapi Zahira terlanjur mendengar semua pembicaraan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status