Zahira menutup pintu kamar perlahan, tatapan Fajar tadi seakan meyakinkan hatinya jika suaminya itu tahu norma agama. Setelah memakai cream malam Zahira membaringkan tubuhnya di atas kasur, matanya sulit terpejam. Suara manja Akila membuatnya ingin muntah, dia lalu menutup telinganya dengan headset lalu memutar sholawat pengantar tidur.Di luar Akila masih enggan masuk ke dalam kamar walau Fajar sudah menyuruhnya berulang kali.“Cepatlah tidur!”“Aku masih ingin bersamamu!” Rengek Akila dengan manja.“Masih ada waktu besok sayang.”Fajar terus membujuk Akila agar segera masuk ke dalam kamar, melihat tingkah Akila yang terus-terusan nempel padanya membuatnya takut kebablasan. “Oh ya, terkait permintaan ibumu, kira-kira apa solusinya?” tanya Akila saat dia teringat perkataan Fajar sebelumnya.“Nantilah kita pikirkan jalan keluarnya, masih terlalu dini untuk membicarakan hal itu!” Fajar terlihat enggan membahas masalah anak.“Aku punya usul!”“Apa?”“Bagaimana jika kita melakukan insemi
Zahira harus ekstra sabar menghadapi dua pasangan kekasih ini, andai bukan karena aturan agama maka dia tak akan perduli apapun yang dilakukan oleh dua sejoli itu. Dia tak ingin kecipratan dosanya.Zahira kembali membersihkan piring kotor yang di tinggalkan begitu saja oleh sepasang kekasih itu. Setelah menaruh piringnya di tempat cucian Zahira kembali ke ruang makan untuk menikmati sarapan pagi.Tengah menikmati sarapannya, Fajar datang bersama Akila dengan saling bergandengan tangan. "Aku akan ke kantor, kemungkinan sore baru pulang!" Zahira tak bersuara dan hanya mengangguk pelan, dia sebenarnya ingin melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri tapi melihat Akila yang bergelayut manja membuatnya terus mengunyah makanannya."Sayang, dasimu sedikit bengkok. Sini aku perbaiki!" ucap Akila.Zahira melirik dengan sudut matanya, lalu tertawa. Tentu saja hal itu membuat Akila tersinggung."Dasar udik, belum pernah melihat orang pakai dasi ya? Huh!" Sindir Akila.Zahira tak mau kalah, "O
Pandu bangun dari tidurnya dan segera keluar dari kamar, wajahnya terlihat cerah. "Mama...aku sudah sembuh!" kata Pandu sambil berlari memeluk ibunya.Nagita meraba dahi anaknya, ternyata benar panasnya sudah turun."Alhamdulillah, berarti kita gak perlu ke dokter lagi!" ucap Nagita."Sebaiknya tetap ke dokter ma, mungkin dokter bisa meresepkan vitamin untuknya!' saran Zahira."Memangnya Pandu sakit apa?" tanya Fajar yang segera melonggarkan dasinya.Dia berniat untuk tak kembali lagi ke kantor, dia tak ingin ibunya mencurigainya. Biarlah Akila ngambek sedikit saja dari pada menghadapi kemarahan ibunya itu malah lebih fatal."Aku gak mau ke dokter ma, kan ada kak Ira. Aku mau kak Ira ikut kita ke rumah dari pada di sini, kak Fajar mengabaikannya!"Anak kecil saja bisa membaca situasi apalagi Nagita. Fajar mendelik gusar ke arah adiknya, ingin rasanya dia menjitak kepala adiknya itu agar tak sok tau."Ya kalau nggak mau ya sudah, nanti mama hubungi dokter keluarga kita. Pandu kan deka
Sebagai seorang istri, Zahira ingin menjalankan perannya dengan baik walau satu yang tak bisa dilakukannya yaitu melayani suami di tempat tidur. Dia tahu hukum agama, tapi diapun memegang teguh perjanjian yang mereka sepakati bersama.Sikap Akila yang terlalu berlebihan membuat Zahira jengah, jika di tanya dia sama sekali tak menyukai Fajar walau pria itu sangat tampan. Zahira punya dunianya sendiri, dia terobsesi ingin menghasilkan uang sendiri dan membantu perekonomian keluarga.Kini menghadapi intimidasi dari Akila membuatnya harus bertindak, saat ini dia adalah nyonya rumah. Dia mau lihat bagaimana reaksi Fajar jika dia mengusir Akila.Saat sedang memasak, Akila datang mencari masalah lagi."Rupanya kau memang cocok tinggal di dapur!"Zahira menoleh, "Oh ya? Setidaknya istri yang baik itu selain mahir di dalam kamar juga harus mahir di dapur!""Oh kau pikir bisa menjadi nyonya Fajar? Hahaha...ngaca penjual pakaian bekas, kau sangat tidak level dengannya!" kata Akila sambil berkaca
Fajar memilih nongkrong di taman sebelah apartemen, dia mengirim pesan pada Zahira agar jangan terprovokasi dengan Akila. Zahira yang membaca pesan suaminya merasa lucu, mereka adalah pasangan yang sah tetapi kini mereka bagaikan sepasang selingkuhan. [Jangan khawatir kak, aku akan berdiam diri di dalam kamar sampai kau kembali].Fajar merasa aneh dengan dirinya, di sisi lain dia sangat mencintai Akila namun di sisi lain dia mengkhawatirkan Zahira.[Satu hal lagi, kalau mau keluar jangan berdandan seperti tadi lagi].Hah? Zahira tertawa tanpa suara, antara senang karena suaminya memperhatikannya dan merasa risih dengan statusnya.[Iya...pulanglah kak, ku dengar Akila mencari kakak].Mendapat balasan seperti itu membuat hati Fajar menjadi tidak enak. Rasanya dia ingin ngobrol berdua dengan Zahira, mungkin harus di mulai dengan saling berkirim pesan seperti ini. Tapi kenyataannya Zahira seakan merasa terganggu dengan pesannya.Menjelang malam Fajar kembali ke apartemen, dia di sambut d
Fajar tak konsentrasi mengerjakan tugas kantor, akhirnya dia hanya mengirimkan pesan pada Zahira. Lucu sekali, mungkinkah aku menyukainya? pikir Fajar. Zahira yang nyaris tertidur mendengar bunyi notifikasi di ponsel segera bangun.[Maaf atas kelalainku padamu, jika kau merasa tidak nyaman kau boleh meminta cerai].Zahira yang merasa bingung dengan pesan itu akhirnya hanya membalas.[Terserah, mana yang terbaik bagimu].Fajar menjadi serba salah, ingin rasanya dia masuk ke dalam kamar Zahira namun dia melihat pintu kamar utama yang masih terbuka membuatnya hanya bisa menarik nafas panjang dan mengirimkan pesan lagi pada Zahira.[Bukan itu maksudku, jangan salah sangka. Bolehkah aku tidur denganmu malam ini?]Pesan Fajar membuat mata Zahira terbelalak, dia bergidik ngeri. Gadis cantik ini mengutuk sendiri dirinya yang sengaja menggoda suaminya dengan berdandan cantik seperti tadi. Zahira tak tahu cara membalas pesan yang baik, takutnya dia keceplosan dan akan membuat suaminya tersinggu
Fajar tiba di apartemen tepat waktu, seperti ditinggalkannya seperti itu pula suasana yang di temui Fajar malam ini. Belum ada yang bergerak dari tempat duduknya. Zahira terlihat sedang meremas-remas tangannya, dia terlihat menahan kantuk. "Duduk!"Fajar duduk di samping Zahira."Papa dan mama tak ingin kejadian ini terulang kembali, kau sudah besar dan tahu mana yang baik dan mana yang tidak!"Fajar menunduk, "Maafkan aku!""Minta maaflah pada istrimu sebelum terlambat, kau akan sulit menemukan istri seperti Zahira!" kata tuan Handoko.Fajar mengakui hal itu, Zahira adalah sosok wanita yang unik. Walau dia belum mencintai gadis ini tapi dia akan berusaha untuk menjadi suami yang baik."Karena ini sudah larut, mama dan papa akan tidur di kamar belakang. Zahira pindah saja ke kamar utama!""Hah?" Zahira tercengang, ini bukan sesuatu yang dia harapkan.Nagita mengerling ke arah suaminya, keduanya segera berdiri menuju ke kamar belakang. Zahira hendak bicara namun Fajar segera mencegahn
Kedua orang tuanya segera pamit pulang setelah memastikan tausiah mereka menyentuh hati Fajar dan Zahira. Keduanya sebelum keluar dari pintu apartemen sempat berpesan pada anak dan menantunya."Jaga diri kalian baik-baik, jangan pernah mengulangi kesalahan yang hanya akan merugikan kalian berdua. Selama seminggu papa sudah mengajukan cuti untukmu, semua pekerjaanmu akan di kerjakan oleh Kevin asisten papa. Temani Zahira ke rumah sakit pagi ini!"Kini hanya tinggal pasangan suami istri itu di rumah, sama-sama canggung tak tahu harus bagaimana."Bersiap-siaplah, kita akan ke rumah sakit!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera masuk ke kamar mandi. Terdengar dering telepon, Fajar melihat panggilan dari orang tua Zahira. Dia mengangkatnya dan memberitahu jika Zahira sedang mandi. Beberapa saat kemudian Zahira keluar dari kamar mandi, dia yang melihat Fajar sedang berdiri menatapnya membuatnya jengah."Bolehkah kau keluar? Aku mau ganti pakaian!"Fajar merasa lucu dengan permintaan Zah