Share

Apalah Arti Sebuah Nama

Matanya mengarah pada setiap kerumunan penonton sekali atau dua kali, beberapa juga bertanya setelah ia menjawab pertanyaan sebelumnya, dan menjelaskan teorinya secara hebat. Aku berharap dia tidak melihatku kali ini, walau sebenarnya aku ingin. Tapi terlambat. Dia menemukanku lagi dalam kerumunan manusia, aku terdiam tak tahu harus senyum atau melambaikan tangan.

Dia mengunciku pada pandangannya selama beberapa detik sebelum kembali mengalihkan perhatiannya, dan melanjutkan sesi tanya jawabnya. Aku tidak tahu apa-apa darinya, mungkin karena dia terlihat sangat profesional dan santai. Dia tetap menjadi dirinya yang terbaik di atas panggung itu.

Pembicaraan itu berlangsung sekitar satu jam lebih. Aku sedang mempersiapkan diri untuk pergi, tapi ketika atasan yang memintaku untuk menulis artikel disini menangkapku.

"Hei mau kemana? Mari duduk. Orang besar punya banyak hal untuk dikatakan."

Orang besar? Tentu saja, aku merengek. Kami menghampiri para panelis yang sedang bersantai di belakang panggung. Aku sedang menunggu wajahku jatuh ke lantai saat Fe melihatku untuk kedua kalinya.

"Tuan Fe, saya sangat menikmati pembicaraan anda. Kami dari agen digital di Pekanbaru, Indonesia. Kami sangat menyukai wawasan anda. Jadi anda seorang dosen di Moskow?" Bos ku membuka dengan perkenalan yang tidak jelas. Aku tahu bahwa Fe menjaga ketenangannya dengan sangat baik, tidak seperti ku.

"Ya, benar. Dosen paruh waktu. Saya juga menjalankan konsultasi bisnis saya sendiri untuk pemasaran digital."

"Menarik. Anda tahu, salah satu penulis saya, Gardenia," Bos ini merujuk padaku. "Ia selalu menunjukkan minat untuk melanjutkan studi S2 di luar negeri. Saya pikir anda mungkin menemukan koneksi yang tepat, di sini." Kata bos, berseri-seri dari telinga ke telinga. "Nia, kau bisa bertanya pada Tuan Fe…"

"Hanya Fe." Dia mengoreksi.

"Ah, maaf. Kalau begitu bisa bertanya kepada Fe tentang peluang beasiswa di Moskow sana."

Mengapa Bos ku harus begitu bersemangat. Aku terus tersenyum sopan dan mengangguk. "Penelitian saya tidak akan cukup. Itu akan sangat sulit untuk dihargai."

"Apakah kau baik-baik saja?" Widi, rekan kerjaku bertanya dengan cara berbisik. Aku pikir, aku tidak melakukan pekerjaan dengan baik dalam menyembunyikan ketidaknyamanan ini.

Sekarang, aku tidak punya pilihan selain bertukar kartu nama. Dia menerima tiga kartu nama dari kami, termasuk milikku.

Dia membaca sekilas nama kami, dan ketika dia melihat namaku, dia berlama-lama dan berkata. "Baiklah, senang bertemu dengan anda Pak Galih, Bu Widi dan Bu… Gardenia." Dia memastikan bahwa dia menyebut namaku untuk yang terakhir.

"Saya minta maaf karena saya kehabisan kartu nama. Saya akan menghubungi anda semua dengan e***l pribadi. Kita bisa memperpanjang percakapan kita di sana. Sementara itu, saya punya janji penting untuk dihadiri. Permisi dan semoga hari kalian semua menyenangkan."

Fe menjauh dari kami. Aku membutuhkan waktu beberapa saat untuk mencairkan diri sendiri. Ah, dia tahu kalau aku berbohong.

Beberapa menit setelah Fe pergi, tiba-tiba sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk pada W******p ku. 'Gardenia, nama yang lebih indah dari awal kita berjumpa.' Ah, aku sangat malu dan menyesal hanya karena sebuah perkenalan nama.

Lagipula aku tidak pernah berpikir, akan bertemu kembali dengannya dalam keadaan seperti ini. Siapa yang peduli, bukankah apalah arti sebuah nama.

'Temui aku di belakang gedung 15 menit lagi.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status