Share

Perapian Yang Enggan

"Hei, cerita ini kurang detail. Seharusnya kau jelaskan juga siapa laki-laki brengsek itu, jelaskan bagaimana kedua orangtuamu berpisah, dan bagaimana kita dulu berjumpa. Ayolah, jangan buat membaca mu kebingungan terlalu lama."

Inilah yang kadang membuatku sedikit jengkel dengannya, keikutsertaannya dalam setiap ketikan yang bahkan belum aku beri titik di ujungnya.

"Seharusnya aku mengurung diri sebelum menulis. Aku butuh sedikit ruang, jangan ganggu. Lagipula tadi kau sendiri yang meminta untuk menulis." Aku menghembuskan napas sebagai tanda muak padanya.

"Bagaimana kalau masukan beberapa cerita ini?" Lelaki itu memberikan buku harian lamaku. Ya, catatan yang seharusnya sudah lama aku buang atau tiba dalam perapian. Tapi sepertinya perapian yang enggan untuk menelan setiap kenangan.

Aku menatapnya untuk meyakinkan bahwa ia tak akan terluka. "Kau yakin?" tanyaku dengan hati-hati.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status