Bukti NyataJam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, mas Hanung sudah tenggelam dalam tidurnya, begitu juga dengan kedua putraku. Aku sebenarnya juga ingin merebahkan punggung, namun pekerjaan masih harus aku selesaikan.Aku mengulaskan senyum, walaupun hari ini mas Hanung mengawali hari dengan kekecewaan yang diberikannya, namun dia berhasil menutup hari dengan bahagia. Adam terlihat begitu bahagia, mendapat makanan kesukaan, juga kasih dari ayahnya. Dia berhasil menjadi ayah yang mampu meredakan kekecewaan anaknya, aku bersyukur.Aku segera melangkah menuju ke belakang, membereskan pakaian kotor. Aku mengeluarkan barang yang mungkin ada di kantong baju dan celana milik mas Hanung. Aku mendapat sebuah kertas kecil, dari kantong celana kerjanya. Aku membuka kertas yang sepertinya sudah diremas remas itu.Jantungku berdegup, kepalaku nyaris terhuyung. Aku membaca tulisan yang ada di sana, itu adalah bukti pembayaran dari debit card milik mas Hanung. Bukan itu masalahnya, namun apa y
Darah Lebih Kental Dari AirHanung dan Bram duduk bersama di jam makan siang. Bram terlihat menyimpan banyak hal yang ingin sekali dia ucapkan."Hanung, aku melihatmu kemarin," ucap Bram."Apa? melihatku?" tanya Hanung."Ya, di hotel," ucap Bram serius."A-apa? pelankan suaramu," ucap Hanung yang mencoba mendekat ke arah Bram."Pelankan suaramu," bisiknya lagi."Apa kamu benar benar akan melakukan ini pada Hesti?" tanya Bram."Kamu bilang tidak akan sejauh itu, tapi nyatanya," ucap Bram serius."Apa kamu membuntutiku?" tanya Hanung menelisik. Mendengar hal itu, Bram hanya tersenyum sinis."Sudah aku katakan, ini hanya sekedar hubungan saling membutuhkan, tidak akan berjalan lebih jauh. Apa kamu akan memberitahu Hesti?" tanya Hanung."Coba pikirkan, bagaimana jika Hesti tahu, lalu situasi tidak dapat dikendalikan, kita berpisah, apa kamu bisa memikirkan itu? Hesti tidak bekerja, dia bergantung padaku," ucap Hanung."Kamu lupa? kamu yang memintanya tidak bekerja," ucap Bram dengan mata
Sisi Lain TaniaAku menata baju untuk mas Hanung, juga perlengkapan mandi.“Mas, apa kamu benar benar harus pergi?” tanyaku seraya merapikan semua yang sudah aku siapkan.“Iya, kamu tahu sendiri, aku kerja keras untuk kalian semua,” ucapnya seraya meraih kemeja dan memakainya. Mas Hanung terlihat mendekat ke arahku, memegang bahuku, lalu memutar tubuhku ke arahnya.“Maafkan aku, aku harus mengikuti meeting penting ini. Semua ini aku lakukan untuk kalian, kalian bertiga. Kamu tahu kan, sebentar lagi Adam akan masuk SD, dan seperti yang sudah kita bicarakan, kita akan pilih sekolah terbaik,” ucap mas Hanung.“Biayanya tidak sedikit, kamu tahu itu,” lanjut mas Hanung. Sungguh ucapan itu langsung membuatku tidak mampu berkutik, dia benar benar membuatku mematung, aku tidak bisa membantunya mencari nafkah, setidaknya aku tidak perlu membebaninya dengan semua rengekanku hanya karna dia lebih sering mengambil lembur atau mengikuti meeting. Ada uang saku yang didapat, juga bonus bagi yang men
Pembukaan Firma Hukum"Bu Hesti," panggil bu RT. Aku mendengar suara bu RT di depan rumah. Kita memang berencana berangkat bersama ke acara pembukaan firma hukum milik Evan."Iya bu RT, ayo masuk dulu bu RT," ucapku seraya membuka pintu gerbang."Baiklah," ucap bu RT yang kemudian masuk ke dalam dan duduk di kursi teras depan."You look so good today!" ucap bu RT."Ya, seperti yang bu RT bilang, saya harus berusaha tenang sebelum menemukan apapun yang mencurigakan," ucapku."Saya ambil tas dulu bu RT," lanjutku."Ok, saya tunggu bu Hesti," ucap bu RT seraya membenahkan rambutnya yang begitu cantik dengan model curly."Bu RT, di sini juga ya, tidak sama suami?" tanya bu Wahyu yang terlihat begitu cantik debgan baju kebaya dan juga batik."Suami daya sedang lembur bu, biasalah akhir bulan," ucap bu RT."I like your make up look," ucap bu RT setelah melihat Putri yang berdiri di samping bu Wahyu.Putri hanya mengulaskan senyum, tersipu malu karena sebuah pujian yang jarang dia dapatkan.
Sebuah PerselingkuhanTania melempar tubuhnya ke atas tempat tidur empuk berseprai putih.“Melelahkan sekali, aku bersyukur bisa berada di sini denganmu,” ucap Tania. Hanung terlihat membuka gorden, melihat ke sekeliling.“Hotel ini sangat mewah, aku dengar kita harus melakukan pemesanan dulu,” ucap Hanung.“Ya, aku memiliki banyak koneksi. Kamu tahu, kekasihmu ini sangat luar biasa,” ucap Tania.“Ya, kamu sangat memukau,” ucap Hanung seraya berjalan mendekat ke arah Tania.Hanung mulai memegang wajah Tania, hendak mendaratkan bibirnya ke bibir Tania.“Mandi dulu, akku sudah memesan makan malam yang romantis untuk kita berdua,” ucap Tania.“Benarkah?” tanya Hanung yang menghentikan gerakan kepalanya.“Baiklah, mau mandi bersama?” tanya Hanung.“Tentu saja,” ucap Tania seraya tersenyum.Hanung dan Tania melangkah menuju ke kamar mandi, mereka saling bercanda. Hanung beberapa kali menggelitik tubuh Tania, membuatnya menggelinjang kegelian, sungguh pemandangan yang tidak pernah terlihat
FirasatAku menepuk nepuk punggung Bintang, lembut, mengantarkannya pada tidur nyamannya. Aku bersama anak anakku, namun entah kenapa pikiran ini begitu tidak tenang, aku memikirkan mas Hanung. Apa yang sedang dia lakukan? apa jam segini rapat sudah selesai? apa dia istirahat dengan nyaman? apa dia makan dengan baik? aku memikirkan mas Hanung, entah khawatir atau rindu. Sudah lama sekali mas Hanung tidak pernah meeting di luar kota, seingatku itu terjadi lima tahun yang lalu, sewaktu pergantian direksi, itupun dia diperbolehkan membawa keluarga, hanya saja saat itu aku baru memiliki Adam, dia belum genap satu tahun.Aku melihat Bintang dan Adam sudah tertidur dengan pulas. Aku segera mengendap endap keluar, ada yang harus aku lakukan.Aku duduk di ruang tamu, memandangi ponsel, tidak ada panggilan tak terjawab atau pesan yang masuk, sejak tadi pagi.Aku menghela nafas panjang, apa mas Hanung sesibuk itu? Aku mencari nomor Bram, lalu menghubunginya."Bram, kamu di rumah?" tanyaku se
Tubuh Indah Bergairah“Wah, mata panda ini muncul,” gumamku ketika melihat penampilanku di depan cermin ruang tengah.“Pasti gara gara aku menangis terlalu lama, seharusnya tidak boleh seperti itu. Menangis harus memiliki alasan, harus ada penyebabnya, sedangkan aku menangis hanya karna sebuah perasaan yang tidak aku mengerti,” gumamku.Aku melihat tubuhku sudah hampir kembali seperti semula, turun enam kilogram dalam dua bulan. Ini cukup bagus, mungkin karena metabolisme tubuhku cukup bagus. Wajahku juga sudah tidak terlalu kusam seperti dulu, namun tetap butuh perawatan rutin.“Apa mas Hanung tidak melihat perubahan ini? atau karna daster ini, jadi lekuk tubuhku tidak terlihat?” ucapku seraya menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri, lalu memutar, sedikit bergoyang.“Biasanya dia akan tahu perubahan sekecil apapun dalam diriku, laki laki metroseksual yang selalu memperhatikan penampilan, dia tidak akan mengabaikan perubahan diriku seperti ini,” ucapku.Aku hanya menghela nafas panjan
Merencanakan SemuanyaAku, bu RT dan ketiga anak anak duduk di sebuah ruangan, restoran mahal yang sedang viral akhir akhir ini.“Bu RT, apa benar kita akan makan di sini? saya dengar harus antri sangat lama, tapi bu RT langsung mendapat tempat,” tanyaku seraya berbisik.“Saya mendapat giveaway yang diadakan pas acara pembukaan, datang bersama keluarga,” ucap bu RT.“Wah, tapi bu RT malah memakainya untuk kita,” ucapku.“Tidak apa apa bu Hesti, suami saya sudah pernah datang ke sini bersama teman kantornya,” ucap bu RT.“Benarkah?” tanyaku.“Iya,” ucap bu RT yakin.“Bu RT tidak apa apa?” tanyaku menelisik.“Ya, tidak apa apa bu, suami saya juga butuh waktu bersama teman temannya, walaupun dia lebih suka di rumah,” ucap bu RT seraya tersenyum.Aku melihat sisi bijaksana yang luar biasa dari bu RT, dia sungguh sangat berjiwa besar, hatinya tulus dan tahu bagaimana cara menjadi seorang istri untuk suami.“Wah, hot pot kita sudah sampai, sepertinya enak,” ucap bu RT yang melihat makanan