Tubuh Indah Bergairah“Wah, mata panda ini muncul,” gumamku ketika melihat penampilanku di depan cermin ruang tengah.“Pasti gara gara aku menangis terlalu lama, seharusnya tidak boleh seperti itu. Menangis harus memiliki alasan, harus ada penyebabnya, sedangkan aku menangis hanya karna sebuah perasaan yang tidak aku mengerti,” gumamku.Aku melihat tubuhku sudah hampir kembali seperti semula, turun enam kilogram dalam dua bulan. Ini cukup bagus, mungkin karena metabolisme tubuhku cukup bagus. Wajahku juga sudah tidak terlalu kusam seperti dulu, namun tetap butuh perawatan rutin.“Apa mas Hanung tidak melihat perubahan ini? atau karna daster ini, jadi lekuk tubuhku tidak terlihat?” ucapku seraya menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri, lalu memutar, sedikit bergoyang.“Biasanya dia akan tahu perubahan sekecil apapun dalam diriku, laki laki metroseksual yang selalu memperhatikan penampilan, dia tidak akan mengabaikan perubahan diriku seperti ini,” ucapku.Aku hanya menghela nafas panjan
Merencanakan SemuanyaAku, bu RT dan ketiga anak anak duduk di sebuah ruangan, restoran mahal yang sedang viral akhir akhir ini.“Bu RT, apa benar kita akan makan di sini? saya dengar harus antri sangat lama, tapi bu RT langsung mendapat tempat,” tanyaku seraya berbisik.“Saya mendapat giveaway yang diadakan pas acara pembukaan, datang bersama keluarga,” ucap bu RT.“Wah, tapi bu RT malah memakainya untuk kita,” ucapku.“Tidak apa apa bu Hesti, suami saya sudah pernah datang ke sini bersama teman kantornya,” ucap bu RT.“Benarkah?” tanyaku.“Iya,” ucap bu RT yakin.“Bu RT tidak apa apa?” tanyaku menelisik.“Ya, tidak apa apa bu, suami saya juga butuh waktu bersama teman temannya, walaupun dia lebih suka di rumah,” ucap bu RT seraya tersenyum.Aku melihat sisi bijaksana yang luar biasa dari bu RT, dia sungguh sangat berjiwa besar, hatinya tulus dan tahu bagaimana cara menjadi seorang istri untuk suami.“Wah, hot pot kita sudah sampai, sepertinya enak,” ucap bu RT yang melihat makanan
Bukti SelanjutnyaAku membuka gerbang untuk mas Hanung. Di depan rumahnya, bu Wahyu terlihat mengamatiku, dengan wajah sengit, aku mengulaskan senyum, lalu dia masuk ke dalam rumahnya.“Mas,” sapaku setelah mas Hanung turun dari mobil. Aku segera meraih tangannya, menciumnya, lalu membantunya mengambil barang barang.“Meetingnya sampai lama ya?” tanyaku.“I-iya, sore baru selesai,” ucap mas Hanung.“Jalan Bogor macet ya?” tanyaku.“I-iya, taulah weekend, ya sudah aku mau mandi dulu,” ucap mas Hanung yang segera masuk ke dalam rumah.“Bogor? bukankah dia meeting di Bandung?” bisikku dalam hati.“Apa dia lelah, sampe lupa,” ucapku lagi seraya mengambil barang barang mas Hanung dari dalam mobil.Di dalam rumah mas Hanung terlihat menghempaskan tubuh lelahnya ke kursi sofa.“Aku sudah menyiapkan air panas mas,” ucapku.“Ya, terima kasih,” ucap mas Hanung.“Mandilah, setelah itu makan, aku membuat makanan kesukaanmu,” ucapku.“Aku sudah makan, aku hanya ingin mandi lalu tidur,” ucap mas Ha
Menemukan Nama Itu“Halo, selamat siang, saya dari kantor ekspedisi,” ucapku ketika telephone tersambung.“Di tempat kami ada paket yang ditujukan untuk ibu Angela dari divisi keuangan PT White Skin. Saya minta tolong untuk diinformasikan mengenai nomor telephone ibu Angela, karena kebetulan ada masalah dengan paket beliau dan pengirim tidak mencantumkan nomor telephone penerima yang bisa kamu hubungi,” ucapku.“Baiklah, kami ucapkan terimakasih,” ucapku yang kemudian menutup panggilan telepon itu.“Bagaimana? dapat?” tanya bu RT.“Iya bu dapat, nomor telephonenya 081326888***,” ucapku.“Wah, daya ingat bu Hesti bagus sekali,” ucap bu RT.“Ah, hanya satu nomor bu,” ucapku.“You did very well,” ucap bu RT terdengar mantap dan yakin.“Baiklah, akan segera saya kirimkan kepada teman saya,” ucap bu RT.Siang ini aku dan Bintang ada di rumah bu RT, untuk menyelesaikan misi kami, menuntaskan rasa curiga yang ada di dalam hatiku.“Wah, bu Hesti ini cocok sekali jadi artis, bisa banget akting
Pertemuan Tak TerdugaAku menonton televisi, menemani Adam dan Bintang menyaksikan acara kesukaan mereka. Aku melihat animasi animasi bertingkah polah, namun pikiranku tidak ada di sana. Aku memikirkan nama itu, Tania, ya Tania. Apa mungkin mas Hanung memiliki hubungan dengan Tania.Aku memikirkan hal itu, hingga pikiranku tidak lagi fokus pada televisi, juga anak anak.“Mah,” ucap Adam. Aku terdiam, tidak mendengar suaranya dengan jelas.“Mamah,” ucap Adam lebih kencang.“Ah, iya Adam,” ucapku setelah tersadar dari lamunan.“Ada orang,” ucap Adam yang menunjuk ke arah luar.“Orang?” tanyaku seraya menoleh ke arah luar.“Assalamualaikum,” teriak orang itu.“Wa-waalaikumsalam,” ucapku.“Adam, tolong jaga adek Bintang ya, mamah ke depan sebentar,” ucapku.“Iya mah, jangan lama lama,” ucap Adam.Aku segera menuju ke arah depan, melihat seseorang yang mengucapkan salam itu.“E-Evan,” ucapku setelah mendapati Evanlah yang ada di luar pagar.“Hesti, aku baru pulang dari Bali dan membawa ole
Tidak Dapat Berkutik“Evan,” bisik mas Hanung.“Selamat malam,” ucap Evan yang kemudian mengulurkan tangan pada mas Hanung. Tangan itu kemudian diterima mas Hanung, terlihat sedikit bergetar, namun berusaha disembunyikan.“Karena mas Hanung sudah pulang, silahkan, kalian bisa mengobrol, aku permisi dulu untuk menidurkan anak anak,” ucapku yang kemudian segera meraih tangan Adam.Dari wajahnya, mas Hanung terlihat jelas ingin melontarkan pertanyaan, namun melihatku buru buru masuk, dia mengurungkan niat untuk mengutarakan pertanyaan padaku.Aku sengaja membiarkan mereka mengobrol, aku juga tidak ingin ada kesalahpahaman, walaupun sudah lama berlalu, Evan tetaplah mantan kekasihku, sedangkan mas Hanung adalah suamiku, ayah dari anak anakku.***“Bagaimana kabarmu?” tanya Evan.“Ba-baik, untuk apa kamu datang?” tanya Hanung.“Berkunjung,” ucap Evan singkat.“Oh iya, mungkin Hesti belum menceritakannya. Aku membuka Firma hukum di perumahan depan,” ucap Evan.“Oh jadi dia yang membuka firm
Kekhawatiran Hanung“Apa dia benar benar mengancamku?” ucap Hanung di dalam kamar mandi seraya membasahi tubuhnya dengan air yang keluar dari shower mandi.“Jangan jangan dia memiliki rencana, karena itu dia tidak memberitahu Hesti tentang apa yang sebenarnya terjadi,” gumam Hanung.“Aku harus pastikan Hesti tidak akan tahu,” ucapnya lagi.“Sial, kenapa jadi begini,” ucap Hanung yang kemudian menggosok rambutnya dengan shampo, menggosoknya dengan keras seolah menyalurkan amarahnya.“Harusnya Hesti sadar diri, jika dia bisa menjaga tubuhnya, melayani suami dengan baik, aku tidak mungkin sejauh ini dengan Tania,” ucapnya kesal.“Tapi aku juga tidak mau jika Hesti dimiliki orang lain, dia ibu yang baik,” ucap Hanung lagi, beberapa saat dia menghentikan gerakan tangannya.“Apa yang dia suka dari Hesti, Hesti hanya ibu rumah tangga dengan dua anak, tidak ada yang menarik,” ucap Hanung kesal.“Kenapa juga dia harus datang ke dalam kehidupanku lagi, padahal sudah delapan tahun, harusnya dia
Perselingkuhan PanasHanung sudah berada di kantor, dia terlihat meletakkan kotak makan berwarna biru di meja Tania.“Apa kamu akan terus melakukan itu?” tanya Bram.“Bram, mengagetkan saja,” ucap Hanung yang terlihat menekan dadanya.“Hanung, apa kamu akan terus seperti ini? aku rasa Hesti sudah mulai curiga, dia sering menghubungiku untuk menanyakan segala hal tentangmu,” ucap Bram.“Benarkah? apa dia menyinggung mengenai hal itu?” tanya Hanung.“Tidak,” jawab Bram singkat.“Mungkin dia hanya menyelidiki sesuatu yang tidak diketahui, dia tidak akan menemukan apapun,” ucap Hanung.“Hanung, apa kamu akan terus menjalin hubungan dengan dia?” tanya Bram seraya menarik tangan Hanung.“Kecilkan suaramu,” ucap Hanung yang melihat beberapa karyawan lain sudah datang.“Sebaiknya kamu mengakhirinya sebelum Hesti benar benar tahu,” ucap Bram.“Tenang saja, selama kamu menutup mulut, pernikahanku akan baik baik saja,” ucap Hanung yakin.“Aku khawatir, Hesti juga manusia, punya perasaan,” ucap B