"Moga ajalah gak ada apa-apa yang di luar ekspetasi," sahut Rasa.
"Iya, Aamiin. BTW, suwun loh udah mau jenguk Ummi. Meskipun lama tak ketemu, kamu tetap saja sayang sama Ummi," ungkap Ciara.
"Itu harus, Bestie!"
***
Haidar dan Ciara melangsungkan niat ke pantai setelah produk barunya launching. Mereka membawa Ice Cream Ecool yang model pororo itu ke tepi pantai. Sangat bersyukur, kehadiran Ciara dalam perusahaan sebagai bintang iklannya pun, sangat mempengaruhi kinerja produk barunya.
"Sayang, mana pemandangan yang menurut njenengan paling indah? Apakah ketika di pantai dengan luasnya air, yang getaran ombaknya semenenangkan ini? Apakah ketika dalam bukit pegunungan, yang mampu menyinggahkan kesejukan? Apa ketika di atas gedung tinggi, yang mampu menggerakkan mata melihat estetiknya dunia? Apakah ketika berada di tempat wisata religi, yang vibesnya
"Awwww, pusing!" rintih Ciara."Mmm, gini aja. Mbak tunggu di samping sana ya. Saya temani istri saya ganti baju dulu karena alergi dengan baju basah yang menempel di tubuhnya." Haidar merangkul Ciara."Baik," jawab perempuan tersebut.Pantai yang didatangi Ciara dan Haidar merupakan pantai di Jawa Tengah, tepatnya Pantai Parang Tritis. Pantai selatan yang konon kisahnya tidak lepas dari kisah Nyi Roro Kidul. Lumayan menjadi misteri bagi Haidar, ia takut ada hal mistis yang menyangkut, apalagi jika yang kena istri dan bayinya. Ciara lebih suka sesuatu yang lokal-lokal saja, kecuali memang perkara yang melibatkan kekentalan sejarah maupun agama, makanya pantai yang dipilih juga tidak yang sampai luar negeri maupun luar Jawa."Baju kami harus ganti, tunggu di sini biar Ocyang ambilkan," kata Haidar.Setelah ganti baju, Ciara tetap ikut su
"Hahaha, sebingung itu kamu.""Apa sih sebenarnya, jangan nambah pusing!""Itu canda, Sayang, tapi emang bener hanya bisa diukur pakai ular. Maksudnya, ular kan sangat panjang, halus, dan ganas, perlu waspada ngitungnya, hanya kiasan. Yang asli mah bener kata kamu, hanya bisa dihitung dengan cinta," kata Haidar."Ooohh, gitu aja muter-muter sampai luar negeri, dalam laut! CAPEK DEH!" Ciara gemas mencubit hidung suaminya."Huaaaaaaaaaa!" Terdengar tangis dari brankar samping.Meskipun Haidar orang kaya, ia tidak memilih untuk ditempatkan di ruang VIP. Sebenarnya, Haidar usul begitu supaya istrinya juga lebih enak dalam merawat. Akan tetapi, Ciara tidak setuju, baginya malah kesepian kalau berada di ruang tersebut sehingga jadinya tetap satu ruang dengan banyak pasien."Sayang, coba tengok itu kenapa pasiennya histeris," pinta Haidar."Boleh, tapi kalau Isbay
"Dibilang takut rusak!" rengeknya."Ahaha, nggak-nggak, entar Ocyang yang tanggung jawab kalau emang rusak," sahut Haidar."Isshh, malu! Entar pasti ditanya rusaknya kenapa. Masa mau dijawab dibuat berduaan, gak lucu!" seru Ciara."Hahaha, gak masalah, emang mau kalau dijawab bertigaan?" tanya Haidar."Bener juga sih tiga, kan sama benih kamu," kata Ciara."Iya ya, kalau gak mau naik, Ocyang juga akan turun duduk di kursi samping kamu," celetuk Ciara."I-iya naik!"Ciara sudah kenyang dengan brankar. Masa sebelum menikahnya sering keluar masuk rumah sakit karena sakit magnya dan alergi air hujan. Ini juga yang membuat keluarga Ciara sangat bahagia dengan pernikahan Ciara, karena semenjak menikah dengan Haidar nafsu makan dan keteledorannya bisa lebih tertata dengan baik.***Ulang tahun Haidar tetap dilaksanakan. Acaranya sangat meriah meskipun Haidar tida
"Kesayangan Om kenapa?" Haidar membuka selimut istrinya."Ada hantu di depan pintu." Ciara langsung mengumpat ke dada bidang suaminya."Hantu apa? Kamu mimpi palingan," kata Haidar.Ciara mencubit lengan suaminya. "Itu di samping almari ada putih-putih!""Oh, jadi di sana liatnya, hahaha." Haidar tertawa lepas."Yaaah, kok diketawain, sih? Emang udah hilang hantunya?""Tarik nafas panjang dulu, itu bajunya Om yang tadi baru Isbay setrika, tapi lupa masukin masukin almari. Daripada kucel lagi, Ocyang gantung aja di sana pas Isbay tidur," ungkap Haidar."Astaghfirullahal'adziim! Om satu ini memang benar-benar meresahkan!""Meresahkan, tapi kamu sayang kan?" tanya Haidar."Sayang dong, rugi gak disayang karena udah memporak-porandakan hatinya Isba
"Nggih," jawab Haidar. "Acara malam jum'at isinen materi tentang buah ngrekso cinta, " lanjut Ummi Zahro. Ada banyak agenda saat malam jum'at di pesantren. Mulai dari Istighotsah setiap awal bulan, Manaqib Akbar, Manaqib Burhan, sholawat, ubudiyah, khitobah, dan lain-lain. Pasti yang diminta Ummi Zahro ini ialah saat jadwalnya ubudiyah, biasanya memang pengurus mengundang ustadz atau yang lain untuk penyampaian materi. Untuk pesantren, apa yang tidak? Ciara dan Haidar siap menerima perintah dari beliau. *** "Sayang, jadi kebayang amil maknawi ibtida'," kata Ciara. "Kenapa?" "Aku takut ketika nanti amil nawasikh datang, kisah kita pasti tak seindah dulu. Tak seindah saat kamu mengetukku sebagai amil maknawi ibtida', yang berhasil membuka permulaan kalimat kita dengan syair yang begitu candu. Aku tetap ingin menjadi khobarmu, bukan menjadi khobarnya. Karena bersamamu ialah perekat dari kesatuan, pelengkap dari kekurangan, dan perasa dari kehambaran. Lain ketika aku menjadi khobarny
"Gak boleh!" sahutnya. "Hahaha, pasti kecewa kan kalau tiba-tiba Om gak manjain kamu?" "Jelas dong!" "Berarti jelas juga untuk mereka. Kamu ini hanya terlalu khawatir, Sayang. Om baik-baik saja dan justru senang bisa menyebarkan apa yang Om bisa. Jika kamu merasa waktu Om untuk Isbayku ini kurang, Om bisa atur ulang jadwal, tanpa harus menghapus jadwal, mau ditambah, hmmm?" "Gak ada hari tanpa sebuah kenangan manis dari Om," ungkap Ciara. "Ehmm, bisa diulang?" "Xixi, Upps! Barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan!" Mereka saling menggelitik karena kegemasannya. Sita sampai senyum-senyum sendiri yang tak sengaja lewat depan kamar dan mendengar suara tawa mereka. Ada rasa lega yang kuat di hati mertua melihat rumah tangga anaknya aman-aman saja meskipun ia juga tahu goncangan dunia maya sedang kuat-kuatnya. *** "Sayang, bangun!" pinta Haidar. "Masih ngantuk," jawab Ciara. "Waktunya sholat malam," kata Haidar. "Entar aja deh, Om duluan!" seru Ciara. Cupp. Haidar me
"Khawatir amat diabaikan, hahaha." Ciara tertawa lepas."Diabaikan itu gak enak, enaknya juga gendong kamu!" Tanpa persiapan Haidar langsung mengangkat tubuh istrinya."Awwww!" pekik Ciara."Apasih aw aw, kayak disakitin aja," sahut Haidar."Nggendongnya gak bilang-bilang. Gak tahu arti kaget, hah?""Tahu, kaget itu definisi dari aku mencintaimu."Mau marah pun tidak jadi. Lontaran manis Haidar kembali meluruhkan amarah istrinya. Ciara hanya ikutan iseng saja. Pura-pura mau mengabaikan Haidar, tetapi dapatnya malah keromantisan."Isbay pengen ikut beli bukunya, tapi---" kata Ciara."Ya ikut aja dong, Sayang. Kenapa masih ada tapinya?""Karena---" Ciara mendadak gugup, ia takut akan suatu hal.Setelah subuh itu, Haidar jadi heran dengan istrinya. Tiba-tiba terlihat ketakutan. Perasaan, tadi tidak terjadi apa-apa. Justru tersenyum lebar ketika akan sholat s
"Ada apa, Pa?" tanya Sita. Semua sontak membulatkan mata. Jarang-jarang Bunder sepanik itu. Sampai telur yang digoreng oleh Sita dibiarkan begitu saja. Bunder menyebalkan, ia malah diam dan berlagak panik. Namun, Haidar sepertinya sudah mengerti, ini trik yang sama seperti istrinya tadi. "Apa, Pa?" tanya Haidar. "Iiih, Papa cuma prank kah? Kenapa malah diam!" bentak Sita. "I-itu, tempat yang mau dipakai jamaah jadinya di rumah kita, hari ini mendadak gak bisa. Terus dipindah katanya, tadi Papa suruh nyampain ini ke Mama," kata Bunder. "Astagfirullahal'adzim! Gitu doang kok ngajak senam jantung!" "Bukannya Mama suka senam jantung dalam kegelapan sama Papa?" "Ehmm! Ada anak kecil. Kita ke kamar aja, Sayang. Yuk, Om suapin!" Haidar merangkul Ciara dengan senyum merekah. "Gayamu Hai-Hai, nggak lihat perut istrimu sudah mengembang itu," timpal Bunder. "Hahaha, aduh-aduh!" Sita tersenyum dengan cengengesan mereka. "Entar aja makannya, Cia bantu beresin ruang tamu dulu," kata Ciara.